Professional Documents
Culture Documents
A. Teknologi Pengolahan
TBS hasil panen dari kebun akan diolah di pabrik kelapa sawit untuk
diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti hasil proses pengolahan pada PKS
merupakan produk setengah jadi. Umumnya PKS memproduksi CPO dan inti
(kernel, IKS) saja, namun ada juga pabrik yang melakukan pengolahan lanjutan
inti menjadi PKO pada KCP yang terintegrasi dengan PKS.
Berikut adalah neraca massa pengolahan TBS menjadi CPO pada PKS
Rama Rama :
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
9
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
10
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
11
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
12
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Bruto truk dengan muatan TBS secara otomatis akan nampak beratnya
pada Avery Berkel yang telah terhubung pada jembatan timbang. Berat maksimal
truk yang dapat terbaca pada Avery Berkel adalah 60.000 Kg, sedangkan berat
minimalnya adalah 400 Kg. Operator Weight Bridge akan memberi kode kepada
supir truk apabila selesai melakukan penimbangan pertama. Truk kemudian dapat
masuk untuk melakukan bongkar muat.
b. Loading Ramp
Buah hasil grading (sortasi) ditampung sementara pada stasiun loading
ramp sebelum masuk ke dalam stasiun perebusan. Loading ramp pada PKS Rama
Rama memiliki pintu sebanyak 12 bays pada masing-masing line. Pintu-pintu
dengan kapasitas 10-15 ton/bays tersebut dapat terbuka dan tertutup dengan
hydraulic. Loading ramp dirancang sedemikian rupa dengan sisi kemiringan
bidang luncur ± 45 derajat. Semen area Loading ramp (lantai grading) PKS Rama
Rama berukuran masing-masing 2190x3430 cm, yang dapat menampung sekitar
500 Ton TBS pada satu sisi, sehingga total daya tampung tersedia ± 1000 Ton
TBS. Loading ramp pada line A terpasang lima buah trolley bad yang
dimaksudkan untuk mempermudah grading buah dari kebun plasma, sedangkan
sortasi pada line B hanya dilakukan pada lantai grading.
13
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Line A Line B
Gambar 3. Loading Ramp
TBS yang telah ditimbun sementara pada loading ramp dimasukkan pada
lori berkapasitas 3,75 ton sebelum masuk ke perebusan. Lori yang masih kosong
dibariskan pada line masing- masing dengan menariknya menggunakan capstand.
Barisan lori untuk pengisian TBS dibuat bergiliran antara line A dan line B.
Sementara pada line A dilakukan penimbunan TBS pada loading ramp, maka
pengisian TBS pada lori dilakukan di line B sampai loading ramp pada line A
penuh. Manajemen pengisian TBS yang seharusnya adalah berdasarkan ketentuan
FIFO (First in First Out), namun aktualnya di lapangan adalah terkadang TBS
yang datang terlebih dahulu justru menunggu lebih lama untuk dimuat. Hal ini
disebabkan karena lantai grading harus terus menampung truk TBS yang masuk
agar tidak terjadi banyak antrian di luar pabrik, sehingga whell loader harus
secepatnya mendorong TBS yang berada di bagian luar lantai grading masuk ke
loading ramp. Sehingga pintu yang efektif digunakan untuk mengisi TBS dari
loading ramp ke lori terkadang hanya 8 pintu dari 12 pintu loading ramp yang
ada.
Lori yang sudah terisi TBS pada barisan loading ramp kemudian
dipindahkan dengan transfer carriage pada rail track yang terhubung ke ketel
rebusan. Penentuan penempatan lori pada rail track tergantung urutan ketel
rebusan yang terlebih dulu siap. Idealnya lori yang telah terisi TBS selalu stand
by di depan pintu ketel rebus sehingga proses perebusan dapat berjalan lancar
tanpa harus menunggu datangnya lori TBS.
14
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2. Stasiun Perebusan
3.5
3
Tekanan(kg/cm2)
2.5
2
Tekanan
1.5
1
0.5
0
0
0
0
10
20
60
70
80
90
30
40
50
10
11
12
Waktu (menit)
15
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
16
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
12 O S S 24:00 51:00
13 O O S 2:00 53:00
14 O S S 24:00 77:00
15 O O S 5:00 82:00
16 S O O 8:00 90:00
Keterangan: O = Buka S = Tutup
3. Stasiun Pemipilan
TBS rebus berikut lori selanjutnya dikirim menuju stasiun pemipilan.
Stasiun pemipilan merupakan satu desain dengan sistem yang sederhana, namun
tak kalah pentingnya untuk menjembatani kelangsungan dan keberhasilan proses
pengolahan TBS pada pabrik kelapa sawit. Tujuan dari stasiun ini antara lain
adalah untuk melepaskan brondolan buah (TBS hasil rebusan) dengan tandannya
melalui sistem bantingan, serta untuk menjaga oil loss maupun kernel loss
seoptimal mungkin agar berada dibawah target/parameter yang sudah ditetapkan
perusahaan.
Urutan kerja stasiun ini adalah dimulai dari lori yang sudah siap dari
rebusan ditarik menuju daerah thresher menggunakan capstand. Lori kemudian
diangkut menggunakan hoist crane untuk menuang TBS hasil rebusan ke dalam
hopper. TBS yang ditampung dalam hopper diumpankan ke drum thresher
memanfaatkan prinsip gravitasi. Namun, proses jatuhnya TBS hasil rebusan ke
drum thresher ini diatur kecepatannya oleh auto feeder. Pengaturan kecepatan ini
dimaksudkan agar tidak terjadi penumpukan TBS di dalam drum thresher
sehingga proses perontokan brondolan dapat berlangsung optimal.
Thresher yang ada pada PKS Rama Rama berjumlah 3 unit, dengan 2 unit
yang berjalan dan 1 stand by sebagai cadangan apabila terdapat kerusakan pada
salah satu thresher yang bekerja. Selain itu terdapat juga satu unit second thresher
yang ditujukan untuk melakukan bantingan kedua untuk janjangan yang keluar
dari thresher sebelumnya, sehingga brondolan yang mungkin masih tersisa
sebelumnya dapat dirontokkan pada second thresher.
Drum stripper adalah alat utama untuk melakukan pemipilan/pelepasan
brondolan dari janjangannya. Pemipilan berlangsung di dalam drum thresher oleh
shaft drum yang berputar sehingga bantingan terjadi dari plate stripper 6 sampai
7 kali dari ketinggian optimalnya. Pemasangan stripper dengan panjang ± 80 cm
17
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Gambar 7. Thresher
18
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
19
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
20
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
menggumpal sambil dipecah oleh gerakan pisau-pisau CBC yang berputar. Pisau -
pisau (paddle) CBC dipasang dengan kemiringan (sudut) tertentu untuk
mendapatkan efek penghantar (gerakan ke depan) dengan kecepatan gear motor
70-72 rpm atau 2,4 m/det. Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan
pengoperasian CBC adalah kadar minyak yang terkandung dalam press cake
harus minimal.
Pada stasiun nut & kernel ini dilakukan pengutipan inti sawit (kernel
extraction) yang tingkat efisiensinya sangat ditentukan oleh perlakuan di
dalamnya. Tahapan kerja pada stasiun ini adalah pemisahan nut dengan serabut,
pemecahan nut, pemisahan/pengutipan inti dan pengeringan inti. Tingkat
keberhasilan pada stasiun ini adalah kernel extraction yang maksimal dengan
losses yang seminimal mungkin dengan kualitas standar yang memenuhi standar
pasar.
Nut dan serabut yang dibawa CBC akan masuk ke dalam Separating
Coloum kemudian dilakukan pemisahan berdasarkan perbedaan berat jenisnya.
Serabut yang memiliki berat jenis lebih ringan akan terbawa udara yang terhisap
oleh blower menuju transport/convening ducting. Udara yang membawa serabut
bergerak dengan kecepatan 12 – 14 m/detik. Sedangkan nut karena memiliki berat
jenis lebih berat dari serabut secara otomatis akan jatuh ke polishing drum dengan
bantuan gaya gravitasi. Keberhasilan proses pemisahan nut dan serabut dapat
dilihat dari persentase kernel losses pada serabut harus kurang dari 0,11% to FFB,
selain itu juga harus dipastikan bahwa serabut tidak tertinggal atau menumpuk
pada nut polishing drum.
21
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Serabut yang telah terpisah dengan nut justru kemudian tercampur dengan
udara ketika dihisap oleh blower. Serabut kemudian diangkat dari Separating
Coloum dan kemudian akan masuk ke bagian atas Fibre Cyclone untuk dilakukan
pemisahan dengan udara menggunakan sistem vortex (pusaran). Ketika serabut
diteruskan dari separating coloum ke fibre cyclone, terjadi pembesaran volume
pada fibre cyclone sehingga kecepatan udara hisap menjadi berkurang dan pada
titik tertentu serabut akan jatuh ke bagian bawah cyclone. Serabut yang jatuh ke
bagian bawah cyclone kemudian akan dikeluarkan secara kontinyu oleh air lock
yang berputar terus-menerus. Serabut kemudian akan dimanfaatkan sebagai bahan
bakar boiler.
Nut hasil pemisahan dengan inti yang jatuh ke polishing drum dilakukan
perlakuan pembersihan sisa-sisa serabut yang masih menempel di permukaan nut.
Di dalam polishing drum, nut diaduk dengan cara dilempar ke atas dan dibanting
oleh pelat pelempar. Kecepatan putar nut polishing drum disesuaikan 12-14 rpm.
Sebagian besar serabut yang masih menempel pada nut pun kemudian bisa
terlepas karena adanya gesekan antar nut yang dibanting di dalam polishing drum.
Serabut yang terlepas kemudian terbawa oleh udara yang dihisap oleh blower
menuju fibre cyclone. Nut yang sudah cukup bersih dari serabut selanjutnya
masuk ke lubang-lubang kecil yang ada di bagian luar polishing drum. Nut
selanjutnya dipindahkan dari depericarper menuju kernel recovery menggunakan
transport fan (nut distoner), yang juga sekaligus berfungsi untuk memisahkan nut
dari partikel berat seperti batu dan potongan besi. Pertama kali nut akan diterima
oleh nut hopper yang merupakan tempat penampungan sementara sebelum nut
dipecah dengan ripple mill. Selain kernel losses yang harus kurang dari 0,11% to
FFB atau kurang dari 1% terhadap sampel, ukuran keberhasilan depericarper
station juga dapat dilihat dari penampakan fisik nut yang harus bersih dari
serabut, serta pengoperasian depericarper harus seimbang dengan kapasitas press.
22
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
23
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
memiliki berat jenis yang hampir sama, sehingga perlu dilakukan pemisahan
lanjutan pada LTDS 2. Inti dan cangkang yang masih belum terpisah pada LTDS
2 selanjutnya dipisahkan dengan cara pemisahan basah pada claybath.
Proses pemisahan inti dan cangkang pada claybath ini menggunakan
penambahan larutan Kalsium Karbonat (CaCO3) dengan prinsip pemisahan
berdasarkan perbedaan spesifik gravitasi inti, cangkang, dan larutan pada
claybath. Larutan CaCO3 yang telah dibuat di bak penampungan larutan kemudian
dipompakan pada cyclone pemisah untuk membantu pemisahan inti dan
cangkang. Spesifik gravitasi larutan CaCO3 dipertahankan berkisar antara 1,12-
1,14 sehingga dapat memisahkan inti yang memiliki s.g. 1,06-1,09 dengan
cangkang yang memiliki s.g. 1,25-1,45. Inti yang memiliki s.g lebih ringan akan
berada di bagian atas larutan CaCO3 dan kemudian akan diteruskan pada vibrating
screen untuk pemisahan akhir dengan cangkang yang masih tercampur karena
memiliki s.g yang sama. Inti hasil pemisahan kemudian dibawa Kernel conveyor
untuk diteruskan pada proses pengeringan, sedangkan cangkang akan dibawa oleh
shell conveyor.
Inti yang telah terpisah dengan cangkang kemudian dikeringkan pada
kernel drier untuk mendapatkan inti dengan kadar air standar yaitu 6-7%. Selain
itu parameter kualitas inti juga ditentukan dari kadar kotoran (dirt) yang hanya
boleh 5-6%, serta dengan inti rusak harus kurang dari 15%. Inti kemudian dapat
disimpan sementara pada storage bin sebelum dilakukan pengiriman.
Penyimpanan inti pada Rama Rama Mill/KCP menggunakan tipe Bisley.
Penyimpanan tipe Bisley ini dilengkapi dengan exhaust blower untuk
menghindari terjadinya kelembaban udara akibat kondensasi sehingga kualitas inti
dapat dijaga agar tetap baik.
24
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
serendah mungkin. Stasiun ini terdiri dari beberapa mesin pemisah dan pemurni
minyak dari sludge (lumpur), air, pasir, dan kotoran lain yang terdapat pada
Dilution Crude Oil (DCO) hasil mesin press. Komposisi crude oil yang dihasilkan
stasiun press antara lain adalah minyak 40-50% (minyak dalam DCO 35-39%), air
30-35%, dan sludge 30-35%.
Prinsip dasar pemisahan minyak pada stasiun ini adalah sistem
pengendapan dan sistem sentrifugal. Hal penting yang harus diperhatikan pada
proses pemisahan di stasiun ini adalah penambahan air (water dilution) dan
temperaturnya, sehingga dengan pengenceran dan temperatur yang sesuai akan
dapat membantu proses pemisahan minyak dan Non Oil Solid (NOS) dengan lebih
optimal. Penambahan air yang baik disesuaikan dengan kondisi crude oil hasil
press, biasanya dipakai 1:1, sedangkan temperatur tergantung pada standarisasi
mesin-mesin yang digunakan, antara 80-95 oC.
Proses operasi stasiun klarifikasi ini diawali dari sand trap tank, yang
merupakan tempat penampungan sementara DCO yang mengalir melalui oil
gutter dari press. Di dalam sand trap tank ini dilakukan pemisahan crude oil
(DCO) dari pasir ataupun pengotor lain dengan dibantu oleh panas dari steam
yang diinjeksikan ke dalam tangki bertemperatur 90-95 oC. Sand trap tank
berbentuk kerucut pada bagian bawah yang dilengkapi dengan termometer dan
steam injektor. Prinsip pemisahan pada sand trap tank ini adalah berdasarkan
perbedaan berat jenis crude oil dan pasir. Pasir karena memiliki berat jenis lebih
berat maka secara otomatis akan mengendap di bagian bawah sand trap tank,
sedangkan crude oil akan berada di bagian atas dan keluar melalui pipa over flow
menuju vibrating screen untuk pemisahan lanjutan.
Fungsi vibrating screen adalah untuk memisahkan NOS yang berupa
sampah dan serabut yang berukuran besar serta pasir yang terikut bersama crude
oil karena tidak mengendap di sand trap tank. Vibrating screen yang digunakan
adalah tipe single deck, hanya dengan satu tingkat penyaringan yang digunakan
untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Deck yang digunakan adalah dengan
ukuran screen 40 Mesh. Crude oil dari over flow sand trap tank masuk ke
Vibrating screen, partikel yang lebih halus akan menembus lubang saringan dan
ditampung pada crude oil tank, sedangkan sel-sel yang kasar (NOS) akan tertahan
25
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
pada deck tersebut dan dialirkan dengan getaran ke arah luar deck menuju ke
sludge waste conveyor yang akan mengirim kembali ke fruit elevator.
Keberhasilan penyaringan dengan vibrating screen ini dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain amplitude dan frekuensi getaran, dimensi mesh saringan,
kapasitas umpan, dan temperatur.
Crude oil tank berbentuk segi empat dengan lantai yang dibuat miring,
dilengkapi dengan steam injektor dan termometer untuk memonitor temperatur
yang harus tetap terjaga ±90ºC. Crude oil tank selain sebagai tempat
penampungan sementara crude oil dari vibrating screen juga untuk
mengendapkan pasir (NOS) halus yang masih terikut dari vibrating screen
sebelum diteruskan pada sand cyclone.
Fungsi sand cyclone adalah untuk memisahkan pasir dengan cara
memompakan kotoran (sludge) melalui unit ini. Sand cyclone berbentuk tabung
silinder yang didesain agar kotoran yang melewati dapat berputar mengikuti gaya
sentrifugal yang berakibat benda yang memiliki berat jenis lebih berat (pasir-
pasir) akan turun atau mengendap. Konstruksi sand cyclone terdiri dari cyclone
terbuat dari bahan keramik tahan gesekan serta sebuah tabung stainless steel yang
dipasang dibawah cyclone tersebut sebagai tempat menampung pasir hasil
operasional unit tersebut. Hal yang harus diperhatikan saat pengoperasian adalah
tekanan kotoran yang masuk ke cyclone minimal 1,5 Kg/cm2, hal ini sangat
berpengaruh sekali terhadap gaya sentrifugal yang dihasilkan pada saat kotoran
melewati cyclone tersebut, selain itu frekuensi drain atau mengeluarkan pasir dari
tabung harus dilaksanakan secara rutin agar kerja alat bisa optimal.
Decanter merupakan tempat operasi lanjutan untuk memisahkan crude oil
dan kotoran (slurry) berdasarkan prinsip perbedaan fasa kedua bahan tersebut.
Dengan penggunaan decanter dapat mengganti penggunaan continuous settling
tank (CST) dan sludge sentrifuse pada PKS, sehingga dapat meminimalkan biaya
serta perawatan dan dalam pengoperasiannya pun mudah karena bekerja secara
otomatis. Penggunaan decanter ini pun dapat meminimalkan penambahan air pada
proses sebelumnya. Decanter yang digunakan merupakan tipe dua fasa yang
dihasilkan, yaitu berupa heavy phase (slurry) dan light phase yang berupa crude
oil untuk diteruskan pada oil tank.
26
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
27
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2. Loading Ramp
a. Lantai Loading Ramp 2
b. Trolley Bed 5
c. Pintu Loading Ramp 24 bays
d. Cat Walk 2
e. Capstand 4
f. Transfer Carrier 2
g. Rail Track 4 jalur
3. Sterillizer
a. Sterilizer Vessel 4
b. Pipa kondensat
6"x18m 4
3"x1,5m 4
c. Pressure Gauge 8
d. Pneumatic Actuator 12
e. Automatic st. control 1
f. Air compressor 1
g. Sterillizer cat walk 1
h. Connecting rail 4
i. Guicle bollard 2
28
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
4. Threshing Station
a. Threshing Drum 4
b. Fruit Conveyor Below Thresher 4
c. Auto Feeder 3
d. Bottom Cross Conveyor 2
e. Hoist Crane 3
f. Capstand 2
g. Pendorong lori 2
h. Horizontal Empty Bunch Conveyor 1
i. Rethreshing elevator Empty Bunch 1
j. Empty bunch storage 35 m x 35 m
5. Pressing Station
a. Fruit Elevator 3
b. Top Cross Conveyor 2
c. Fruit Distributing Conveyor 2
d. Fruit recycling conveyor 2
e. Digester 6
f. Screw Press 6
g. Crude Oil Gutter 2
h. Sand Trap Tank 2
i. Cake breaker conveyor 2
6. Depericarper Station
a. Polishing drum 2
b. Fibre cyclone 2
c. Airlock fibre cyclone 2
d. Auger conveyor 2
e. Nut transport fan 2
f. Distoner split 2
g. Nut Silo 2
h. Ripple Mill 4
i. Cracked mixture conveyor 2
j. LTDS 1 2
LTDS 2 2
k. Kernel elevator 2
l. Kernel conveyor 2
m. Kernel distribution Silo 2
n. Shell elevator 2
o. Conveyor cucian Claybath 2
p. Conveyor Cross Creaked Mixture 2
q. Vibroscreen claybath 2
r. Stirrer 2
s. Worm gear reduction 2
t. Fan/blower kernel silo 4
u. Heater Kernel Silo 4
29
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
7. Clarification Station
a. Vibrating screen 3
b. Crude oil tank 2
c. Sand Cyclone 4
d. Decanter 2
e. Desanding cyclones 3
f. Collection oil tank 1
g. CST 2
h. Pure oil tank 1
i. Oil purifiers 4
j. Vacuum dryer 2
k. Vibrator screen Sludge 2
l. Sludge centrifuge 7
m. Back tank 2
n. Slud oil recovery tank 1
9. Power Plant
a. Steam separator 1
b. Turbine 3
c. Back pressure header 1
d. Diesel storage tank 1
30
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
h. Pemadam kebakaran 1
i. Water intake pump 2
11. Boiler
a. Bosster pump 2
b. Softener 2
c. Boiler feed water tank 1
d. Dearator pump 2
e. Boiler feed system 4 Boiler feed pump
f. Boiler chemical feed system 4 Chemical pump
g. Condensate return tank 1
h. Chemical stirer 2
i. Boiler 2
j. Over fire fan 2
k. Fuel feeder fan 2
l. Dust collector 3
m. Compressor 2
n. Air resevoir tank 1
o. Conveyor abu boiler 1
p. Hammer meal shell 1
q. Conveyor Hammer Meal 1
31
Nur Hidayat
Departemen Teknologi Industri Pertanian
Institut Pertanian Bogor
32