You are on page 1of 1

Modalitas Deontik Bahasa Indonesia

Ika Riya Wijiastuti HP

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (1) Penanda apa sajakah yang termasuk dalam
unsur leksikal pengungkap modalitas deontik dalam kalimat bahasa Indonesia? (2) Bagaimanakah perilaku
sintaksis dari masing-masing penanda modalitas deontik dalam kalimat bahasa Indonesia? (3)
Bagaimanakah tingkat keizinan dan perintah yang ditunjukkan oleh masing-masing penanda modalitas
deontik dalam kalimat bahasa Indonesia?

Tujuan penelitian ini ialah: (1) Memberikan gambaran penanda-penanda yang termasuk dalam unsur leksikal
pengungkap modalitas deontik dalam kalimat bahasa Indonesia. (2) Memaparkan perilaku sintaksis dari
masing-masing penanda modalitas deontik dalam kalimat bahasa Indonesia. (3) Mendeskripsikan tingkat
keizinan dan perintah yang ditunjukkan oleh masing-masing penanda modalitas deontik dalam kalimat
bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode distribusional. Populasi dalam penelitian ini
mencakup keseluruhan kalimat yang di dalamnya mengandung modalitas deontik bahasa Indonesia dalam
media massa cetak yang terdapat dalam harian Kompas, Solopos, Jawa Pos, dan Suara Merdeka edisi 10
Januari - 29 Maret 2005. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling.
Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini ialah: teknik urai pilih unsur langsung, teknik permutasi
(pembalikan), teknik substitusi (penggantian), teknik ekspansi (perluasan), teknik delesi (pelesapan), dan
teknik interupsi (penyisipan).

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: (1) Unsur-unsur leksikal penanda modalitas deontik
berdasarkan makna dibedakan menjadi dua, yaitu yang bermakna izin dan perintah. Unsur leksikal
penanda modalitas deontik yang bermakna izin antara lain penanda boleh, bisa, dan dapat. Adapun unsur
leksikal penanda modalitas deontik yang bermakna perintah antara lain: penanda harus, mesti, perlu, dan
wajib. (2) penanda leksikal modalitas deontik dalam bahasa Indonesia mempunyai perilaku sintaksis yang
berbeda satu sama lain, yaitu: di dalam kalimat, penanda modalitas deontik hanya mendududuki posisi
tertentu biasanya berfungsi sebagai predikat dan berkategori verba, dengan teknik substitusi dapat diketahui
bahwa antarapenanda modalitas deontik dengan verbanya dapat disisipkan unsur-unsur lain, penanda
modalitas deontik sebagai alat pengungkap sikap pembicara terhadap proposisi/peristiwa yang sifatnya
nonfaktual kehadirannya bersifat wajib karena bila penanda modalitas deontik tersebut dilesapkan akan
menghasilkan suatu kalimat yang sifatnya faktual sehingga tidak lagi mencerminkan sikap pembicara
terhadap suatu proposisi/peristiwa. (3) Modalitas deontik bahasa Indonesia memiliki tingkat keizinan dan
perintah yang berbeda. Untuk mengukur tingkat keizinan dan perintah penanda modalitas deontik
didasarkan pada maknanya. Sebagai pedoman untuk mengungkapkan makna dari masing-masing penanda
modalitas deontik bahasa Indonesia digunakan KBBI 1996 (edisi kedua). Dari hasil penelitian diketahui
bahwa penanda leksikal modalitas deontik yang memiliki tingkat keizinan yang relatif tinggi ialah penanda
boleh kemudian diikuti penanda dapat dan penanda bisa. Adapun penanda leksikal modalitas deontik yang
memiliki tingkat perintah yang relatif tinggi ialah penanda harus kemudian diikuti penanda mesti, wajib, dan
penanda perlu. Tingginya tingkat keizinan dan perintah dari masing-masing penanda juga didasarkan pada
frekuensi kemunculan dan kuantitas penanda modalitas deontik bahasa Indonesia dalam media massa
cetak.

1/1

You might also like