You are on page 1of 10

Akumulasi Pb dan pengaruhnya pada kondisi daun Swietenia

macrophylla King*.
Accumulation and effect of lead on the condition of Swietenia macrophylla
King.’s leaves
Ebynthalina Sembiring1 , Endah Sulistyawati2

1) Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Bandung 40132, e-mail : ebyn.sembiring@gmail.com.id
2) Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Bandung 40132, e-mail : endah@sith.itb.ac.id

Abstrak
Pencemaran udara akibat pemakaian bensin bertimbal merupakan problem lingkungan serius di kota-kota
besar di Indonesia termasuk Bandung. Salah satu pendekatan untuk mereduksi kandungan partikel timbal di
udara adalah dengan bioremediasi menggunakan tumbuhan. Suatu tumbuhan dikatakan berpotensi sebagai
agen bioremediasi jika mampu menyerap pencemar tanpa mengalami kerusakan atau gangguan pertumbuhan.
Dalam penelitian ini ingin dilihat apakah Swietenia macrophylla King (mahoni), pohon pelindung jalan yang
cukup banyak di Bandung mampu menyerap dan mengakumulasi Pb di daun dan mengamati apakah
akumulasi Pb tersebut berpengaruh pada kondisi daun. Sampel daun untuk pengujian konsentrasi Pb dan
pengamatan kondisinya (kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah stomata) diambil dari empat
jalan yang berbeda tingkat kepadatan lalulintasnya yaitu : Jalan Kyai Gde Utama, Kapten Tendean, Ir. H.
Djuanda dan Siliwangi. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi Pb di seluruh sampel daun berkisar antara
0.038 sampai 2.281 μg/g. Uji ANOVA dengan selang kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa konsentrasi Pb
daun dari keempat jalan tidak berbeda nyata. Hasil analisis regresi linear menunjukkan adanya
kecenderungan penurunan kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah stomata seiring dengan
naiknya konsentrasi Pb daun, namun nilai koefisien korelasi untuk ketiga parameter tersebut sangat kecil,
(0.0132, 0.0109, 0.0003). Secara umum dapat disimpulkan bahwa S. macrophylla mampu menyerap dan
mengakumulasi Pb pada daun dan akumulasi Pb tidak menunjukkan pengaruh terhadap kondisi daun, paling
tidak dalam kisaran konsentrasi antara 0.038- 2.281 μg/g, sehingga jenis ini dapat dipertimbangkan sebagai
agen bioremediasi polusi timbal.

Kata kunci : bioremediasi, Pb, pencemaran udara, Swietenia macrophylla.

Abstract
Air pollution caused by leaded-gasoline is a serious problem in many cities in Indonesia including Bandung.
A method to reduce particle lead content from the air is by using plant as biormediation agent. A plant can
be used as bioremediation agent only if it can absorb pollutants without causing damage and retarding
growth. This study aims to study the ability of Swietenia macrophylla King (mahoni), a common roadside
tree in Bandung, to absorb and accumulate lead on the leaf and investigates the impact of lead accumulaiton
on the leaf condition. Leaf samples for investigating lead concentration and analyzing their condition with
regards to chlorophyll content, leaf area and number of stomata were taken from four streets having
different level of traffic density, i.e : Kyai Gde Utama, Capitan Tendean, Ir. H. Juanda, and Siliwangi. The
result showed that range of the lead concentration in all leaves samples were 0.038- 2.281 μg/g. The analysis
using ANOVA showed that there was no statistical difference in the concentration of lead among the leave
samples taken from those four streets. The analysis using regression linear showed that the decrease in
chlorophyll content, leaf area and number of stomata tended to be followed by the increase in the
concentration of lead, although the coefficient correlations for those relationships were very low (0.0132,
0.0109, 0.0003). In general this study showed that Swietenia macrophylla has ability to absorb lead and
accumulate lead on its leaves and lead accumulation did not negatively affect its performance, at least

*
Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Penelitian Lingkungan di Perguruan Tinggi 2006, di
Kampus Institut Teknologi Bandung, 17-18 Juli 2006.
within the concentration of 0.038- 2.281 μg/g. This suggests that S. macrophylla is potential to become a
bioremediation agent for improving air quality.

Key words : air pollution, bioremediation, lead, Swietenia macrophylla.

PENDAHULUAN
Pb merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup
karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu yang
lama dan tokisisitasnya yang tidak berubah (Brass dan Strauss, 1981). Pb dapat mencemari
udara, tanah, air, tumbuhan, hewan dan bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia
dapat melalui pencernaan bersamaan dengan tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia
seperti padi, teh, dan sayur-sayuran. Ahmad (1994) melaporkan bahwa beberapa jenis
sayuran yang ditanam di pinggir jalan di kota besar mengakumulasi Pb di daunnya. Selain
melalui pencernaan, Pb masuk ke tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Sekitar 25-50
% Pb akan diserap oleh paru-paru karena ukurannya yang kecil (< 0,5μm) sehingga lebih
mudah diserap oleh alveoli (Francis, 1994; Ahmad, 1994).
Akumulasi Pb pada anak-anak di bawah usia 12 tahun dapat mengakibatkan penurunan
IQ. Selain itu Pb dapat menghambat pertumbuhan otak, menurunkan kemampuan belajar
dan membaca, kurangnya pendengaran, gagap, dan kecenderungan menggunakan
kekerasan. Pada orang dewasa, Pb dapat menyebabkan penyakit yang berkenaan dengan
kardiovaskular, tekanan darah tinggi, serangan jantung, kerusakan paru-paru, gangguan
sistem reproduksi, keguguran dan bahkan menimbulkan kanker. (Ghai et al., 2003; Lestari,
2005, Haro dan Pujadas dalam Ebadi et al., 2005).
Penyumbang polusi Pb terbesar di udara adalah sektor transportasi, yang diakibatkan
oleh penggunaan Pb sebagai zat aditif untuk meningkatkan bilangan oktan pada bahan
bakar. Di Indonesia, sebagian besar BBM masih mengandung Pb, kecuali pada beberapa
kota di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang. Kadar Pb pada bensin yang
beredar di Bandung kurang lebih 0.117 g/L, padahal kadar Pb dalam BBM yang
diperbolehkan adalah 0.013 g/L (www.indonesian-lic.org). Mengingat sebagian besar Pb
dalam BBM (70-80%) akan dikeluarkan sebagai partikulat ke udara (Francis, 1994), maka
jumlah kandungan Pb dalam BBM di Bandung secara tidak langsung mengindikasikan
besarnya emisi Pb di kota Bandung.
Melihat besarnya dampak negatif Pb terhadap manusia maka diperlukan tindakan
untuk mereduksi Pb dari udara. Selain dengan mengganti semua bahan bakar dengan bahan
bakar bebas timbal, ada cara lain yang dapat digunakan untuk mereduksi Pb di udara
dengan dengan menggunakan tumbuhan sebagai agen bioremediasi. Tumbuhan dapat
dikatakan sebagai agen bioremediasi untuk pereduksi polusi timbal di udara bila mampu
menyerap Pb namun tidak menunjukkan gejala kerusakan yang signifikan (Larcher,
1995).Untuk memilih tumbuhan yang dapat mereduksi Pb dari udara maka diperlukan
pengkajian mengenai respon tumbuhan terhadap Pb.
Swietenia macrophylla merupakan salah satu pohon peneduh jalan yang cukup banyak
dijumpai di Kota Bandung (Usman, 1993a). Fakuara (1996) mengindikasikan bahwa
pohon ini berpotensi untuk menurunkan kadar Pb di udara. Permukaan anak daun S.
macrophylla yang cukup lebar diperkirakan mampu menyerap lebih banyak Pb
dibandingkan dengan jenis yang berdaun sempit (Brass dan Strauss, 1981). Dalam
penelitian ini ingin dipelajari sejauh mana S. macrophylla mampu mengakumulasi Pb dan
apakah akumulasi Pb menyebabkan pengaruh pada organ daun.

PROSEDUR PENELITIAN
Penentuan Lokasi Pencuplikan
Peningkatan jumlah kendaraan yang melintas di suatu jalan akan diikuti dengan jumlah
emisi bahan bakar yang umumnya mengandung Pb. Dalam penelitian ini akan dipelajari
apakah terdapat hubungan antara tingkat kepadatan lalulintas, sebagai parameter pengganti
tingkat emisi bahan bakar di udara, dengan kandungan Pb pada pohon pelindung jalan,
dengan melakukan pencuplikan pada pohon yang terletak pada jalan-jalan yang memiliki
tingkat kepadatan yang berbeda. Untuk tujuan tersebut dipilih empat jalan yaitu : Jalan
Kyai Gde Utama, Jalan Ir. H. Djuanda, Jalan Kapten Tendean dan Jalan Siliwangi.
Penghitungan Kepadatan Lalulintas
Untuk mengetahui kepadatan lalulintas, pada setiap titik dari keempat lokasi jalan
dilakukan penghitungan jumlah kendaraan sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi,
siang dan sore hari, masing-masing selama satu jam. Dalam satu minggu, penghitungan
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada hari Senin, Rabu dan Sabtu. Jadi pada setiap jalan
dilakukan penghitungan jumlah kendaraan sebanyak sembilan kali.
Penghitungan jumlah kendaraan dilakukan pada kedua arah jalan. Jumlah kendaraan
yang melintas dihitung dengan menggunakan alat counter terhadap semua jenis kendaraan
bermotor.
Pengambilan Sampel Daun
Dari setiap jalan dipilih 10 pohon S. macrophylla dan dari setiap pohon diambil sampel
daun untuk dianalisis. Anak daun yang diambil adalah yang terletak pada lapisan tajuk
paling bawah karena bagian tersebut paling dekat dengan sumber emisi. Selain itu daun
diambil dari cabang yang dekat pada batang utama, dan yang berwarna hijau tua.
Pengukuran Konsentrasi Pb di Daun
Sampel daun dipanaskan dalam oven bersuhu 70 °C sampai mencapai berat kering
yang konstan. Sampel daun hasil pengeringan diabukan dalam furnace bersuhu 600 °C
selama 1 jam. Abu daun diberi HNO3 pekat (65%) dan akuades masing-masing sebanyak 5
mL, dipanaskan, dan ditambah air sampai tanda batas 25 mL. Larutan tersebut diukur
kadar timbalnya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometery). Perhitungan kadar
Pb daun :
V
Cy ' = Cy × (bisa tidak penjelasan dimulai dari baris ini / sejajar dengan rumus untuk
W
menghemat tempat?)
Cy’ = kandungan Pb pada jaringan daun (μg/g)
Cy = konsentrasi Pb terukur pada AAS (μg/mL)
V = volume pengenceran (mL)
W = berat kering daun (g)
Pengukuran Kadar Klorofil Daun
Sampel daun sebanyak satu gram diekstraksi menggunakan alkohol 95% dengan cara
menggerusnya dalam mortar sampai seluruh klorofil terlarut. Larutan tang diperoleh
ditambah alkohol sampai tanda batas 25 mL. Absorbansi diukur dengan menggunakan
optical density 649 dan 665 nm pada Spectronis-20 Baush and Lamb. Kandungan klorofil
total dihitung dengan rumus : Klorofil total (g/mL) = 20,0 OD649 + 6.1 OD665
Pengukuran Luas Daun
Pada kertas kalkir digambar bujursangkar dengan luas 1 cm², yang kemudian
ditimbang beratnya. Potongan bujursangkar ini akan menjadi standar untuk mengukur luas
daun. Pola setiap helai daun digambar pada kertas kalkir dan ditimbang beratnya. Untuk
mengetahui luas masing-masing daun tersebut digunakan rumus :
Wt
A= × 1cm 2
Wi
A = luas daun (cm²)
Wt = berat kertas dari masing-masing sampel daun (g)
Wi = berat kertas yang dijadikan standar (g)
Penghitungan Jumlah Stomata
Pada permukaan bawah daun diberi cutex bening untuk mendapatkan cetakan stomata,
setelah mengering lapisan dibentuk berukuran 1x1 cm. Lapisan bening ini kemudian
diamati dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 400x, untuk melihat jumlah
cetakan stomata.
Pengolahan Data
Untuk mengetahui kemampuan penyerapan Pb oleh Swietenia macrophylla maka
dilakukan uji ANOVA (Analyses of Variance) terhadap konsentrasi Pb daun dari keempat
lokasi (Walpole dan Meyrs, 1986). Sedangkan untuk mengamati pengaruh Pb terhadap
daun S. macrophylla, yang ditinjau dari kadar klorofil, luas permukaan dan jumlah
stomatanya, maka dilakukan regeresi liner dengan melihat nilai koefisien korelasi antara
konsentrasi Pb pada daun dengan ketiga parameter tersebut. Uji ANOVA dilakukan
dengan menggunakan statistik dengan perangkat program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perbandingan Jumlah Kendaraan pada keempat Lokasi
Dari penghitungan jumlah kendaraan pada keempat lokasi (Tabel 1) terlihat bahwa
jalan Kyai Gde Utama memiliki tingkat kepadatan lalulintas yang paling rendah sedangkan
jalan Siliwangi memiliki tingkat kepadatan lalulintas yang paling tinggi. Hal ini
disebabkan karena jalan Kyai Gde terletak pada kawasan perumahan sedangkan jalan
Siliwangi merupakan jalan utama yang menghubungkan kawasan perkantoran, pertokoan
dan pendidikan, dan dilalui beberapa trayek angkutan kota.

Tabel 1. Jumlah kendaraan yang melintasi empat ruas jalan di Kota Bandung pada bulan
Maret 2005. Data adalah rata-rata ± standar deviasi dari tiga kali pengulangan
Rata-rata
Lokasi Pagi Siang Sore
KG Utama 552 ± 32.70 561 ± 90.57 581.33 ± 14.01
Kapt.Tandean 817.66 ± 9.87 773.33 ± 51.87 823 ± 32.70
Ir.H.Djuanda 2549 ± 366.33 3469.33 ± 565.16 2844.33 ± 454.37
Siliwangi 4484 ± 764.42 4322.33 ± 513.08 4372 ± 964.22

Konsentrasi Pb pada Sampel Daun


Dari seluruh sampel daun S. macrophylla yang berasal dari keempat lokasi diperoleh
kisaran konsentrasi Pb daun antara 0.038 – 2.281 μg/g. Besarnya rata-rata konsentrasi Pb
daun berdasarkan lokasi disajikan pada Tabel 2. Akumulasi Pb pada daun S. macrophylla
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan temuan-temuan penelitian lain seperti pada daun
teh dengan konsentrasi Pb rata-rata 4.42 – 5.30 ppm (Ebadi et al., 2005); Plantago
lanceolata dengan konsentrasi Pb rata-rata 21 – 311 ppm per berat kering, Cynodon
dactylon dengan konsentrasi rata-rata 10 – 21 ppm (Wu dan Janis, 1976). Perbedaan
kemampuan daun dalam mengakumulasi Pb selain dipengaruhi oleh jenis daun (majemuk
atau tunggal), juga dipengaruhi oleh struktur daun. Daun yang memiliki rambut dan yang
permukaan daunnya kasar biasanya mampu menyerap Pb lebih banyak dibandingkan
dengan daun yang tidak berambut dan permukaannya halus (Flnagen et al 1980 dalam
Siregar 2005).

Tabel 2. Rata-rata konsentrasi Pb pada daun S. macrophylla ± standar deviasinya dari 10


ulangan
Rata-rata konsentrasi Pb
Lokasi (μg/g)
KG Utama 0.6305 ± 0.25
Kapt. Tandean 0.3173 ± 0.17
Ir.H.Djuanda 0.5360 ± 0.65
Siliwangi 0.3677 ± 0.22

Pada penelitian ini konsentrasi Pb di udara tidak diukur. Diasumsikan bahwa tingkat
kepadatan lalulintas akan menggambarkan tingkat pencemaran Pb di udara karena semakin
tinggi kepadatan lalulintas pada suatu daerah maka semakin besar emisi Pb yang
dilepaskan ke udara di daerah tersebut. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan
bahwa tumbuhan yang hidup pada daerah dengan tingkat kepadatan lalulintas tinggi akan
mengandung Pb lebih besar dibandingkan dengan yang hidup pada daerah dengan tingkat
kepadatan lalulintas rendah (Dudka et al., 1999 ; Haro dan Pujadas, 2000 dalam Ebadi et
al., 2005). Namun, dalam penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi Pb rata-rata daun S.
macrophylla pada keempat lokasi tersebut tidak memiliki perbedaan yang nyata
berdasarkan uji ANOVA pada selang kepercayaan 95 %. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi Pb pada daun S. macrophylla tidak dipengaruhi oleh perbedaan tingkat
kepadataan lalulintas pada keempat lokasi pencuplikan. Hubungan antara tingkat
kepadatan lalulintas keempat lokasi dengan konsentrasi Pb pada daun Swietenia
macrophylla dinyatakan dalam Gambar 1.
0.7 5000
4500
0.6

Jumlah kendaraan/jam
4000

Konsentrasi Pb(ug/g)
0.5 3500
0.4 3000
2500
0.3 2000
0.2 1500
1000
0.1
500
0 0
Kyai Gde Kapt. Tandean Ir.H.Djuanda Siliwangi
Utama Konsentrasi Pb

Lokasi Jlh kendaraan

Gambar 1. Kadar Pb daun S. macrophylla di keempat jalan dengan tingkat kepadatan


lalulintas yang berbeda

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi Pb daun yang berasal dari Jalan Kyai
Gde Utama dan Jalan Ir.H.Djuanda memiliki rata-rata konsentrasi Pb yang tidak jauh
berbeda, sedangkan Jalan Hegarmanah memiliki konsentrasi Pb daun yang tidak jauh
berbeda dengan sampel daun yang berasal dari Jalan Siliwangi. Kecenderungan miripnya
tingkat konsentrasi Pb daun dari lokasi-lokasi yang berdekatan kemungkinan berkaitan
dengan adanya kecenderungan penyebaran emisi buangan dari titik dimana emisi itu
dikeluarkan seperti dikemukakan Mengel dan Kirkby (2001 dalam Olivares, 2003),
sehingga konsentrasi Pb udara pada suatu lokasi akan dipengaruhi juga oleh emisi yang
dikeluarkan dari kawasan sekitarnya. Mengel dan Kirkby menyatakan bahwa Pb hasil
emisi kendaraan bermotor sebanyak 50% akan menyebar sampai jarak 100 meter dari
sumbernya. Dalam kasus ini, meskipun di jalan Kyai Gde Utama tingkat kepadatan
lalulintasnya rendah, tingginya konsentrasi Pb daun di lokasi ini tampaknya berkaitan
dengan kedekatannya dengan ruas-ruas jalan yang memiliki tingkat kepadatan lalulintas
yang tinggi yaitu : Jalan Ir. H. Djuanda, Jalan Dipati ukur dan Jalan Hasanuddin.
Karena perbedaan tingkat kepadatan lalulintas tidak mempengaruhi konsentrasi Pb di
daun maka analisis selanjutnya mengenai pengaruh konsentrasi Pb pada kondisi daun S.
macrophylla tidak dilakukan berdasarkan tingkat kepadatan lalulintasnya. Analisis
hubungan antara konsentrasi Pb dan kondisi daun (kandungan klorofil, luas permukaan
daun dan jumlah stomata) dilakukan berdasarkan data gabungan dari seluruh sampel daun.

Kandungan Klorofil Daun


Hubungan antara konsentrasi Pb daun dengan kandungan klorofilnya dinyatakan pada
Gambar 2. Kandungan klorofil sampel daun S. macrophylla berkisar antara 18.18 – 39.75
mg/mL. Nilai ini lebih tinggi dari yang dilaporkan untuk Filicium decipiens, yaitu antara
2.54 – 6.48 mg/mL (Usman, 1993b). Kandungan klorofil pada daun sangat dipengaruhi
oleh usia daun, dimana daun tua akan mengandung klorofil jauh lebih banyak dibanding
daun muda (Bildwell, 1979). Oleh karena itu dalam penelitian ini, sampel daun yang
diambil hanyalah yang berwarna hijau tua.
Gambar 2 menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya penurunan kadar klorofil
seiring dengan naiknya kadar Pb. Beberapa pustaka telah menyatakan adanya kaitan antara
konsentrasi Pb dengan perubahan kandungan klorofil total pada daun, dimana kandungan
klorofil total akan mengalami penurunan sejalan dengan meningkatnya kadar Pb (Ewais,
1997; Xiong, 1997; Kastori et.al, 1998; Fargaśová, 2001 dalam Olivares 2003). Perubahan
kandungan klorofil akibat meningkatnya konsentrasi Pb terkait dengan rusaknya struktur
kloroplas. Pembentukan struktur kloroplas sangat dipengaruhi oleh nutrisi mineral seperti
Mg dan Fe. Masuknya logam berat secara berlebihan pada tumbuhan, misalnya logam
berat Pb akan mengurangi asupan Mg dan Fe sehingga menyebabkan perubahan pada
volume dan jumlah kloroplas (Kovacs, 1992
Walaupun kandungan klorofil S. macrophylla menunjukkan adanya kecenderungan
penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi Pb di daun namun nilai koefisien
korelasinya sangat kecil yaitu R = 0.0655. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada
konsentrasi 0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu mempengaruhi kandungan klorofil daun.

45
40
35
Klorofil Total (mg/ml)

30
25
20
15 y = -4.0369x + 29.933
R 2 = 0.0655
10
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Pb(ppm)

Gambar 2. Pengaruh Pb terhadap kandungan klorofil pada daun tua S. macrophylla

Luas Permukaan Daun


Hubungan antara konsentrasi Pb dengan luas permukaan daun dinyatakan pada Gambar
3. Gambar 3 menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan terjadinya penurunan luas
permukaan daun seiring dengan meningkatnya konsentrasi Pb pada daun. Menurunnya luas
permukaan daun dapat dipengaruhi oleh menurunnya kandungan klorofil akibat akumulasi
Pb. Penurunan kandungan klorofil mengakibatkan penurunan laju proses fotosintesis
sehingga hasil proses fotosintesis juga berkurang. Terhambatnya asupan hasil fotosintesis
kepada sel-sel apikal akan menyebabkan terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel
sehingga mempengaruhi pertumbuhan luas permukaan daun (Kovacs, 1992).
Walaupun luas permukaan daun S. macrophylla menunjukkan adanya kecenderungan
penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi Pb di daun namun nilai koefisien
korelasinya sangat kecil yaitu R = 0.0109. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada
konsentrasi 0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu mempengaruhi luas permukaan daun dari
S. macrophylla.
Jumlah Stomata Daun
Hubungan antara konsentrasi Pb dengan luas permukaan daun dinyatakan pada Gambar
4. Gambar 4 menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah stomata seiring
dengan peningkatan konsentrasi Pb pada daun S. macrophylla. Berkurangnya jumlah
stomata mengindikasikan bahwa jumlah CO2 yang masuk ke tumbuhan juga akan
berkurang, sehingga dapat mengganggu jalannya proses fotosintesis. Dan terganggunya
proses fotosintesis dapat mereduksi pertumbuhan tanaman tersebut.

160.00
140.00
120.00
Luas daun(cm2)

100.00 y = -8.5953x + 78.215


80.00 R2 = 0.0109

60.00
40.00
20.00
0.00
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Pb(ppm)

Gambar 3. Pengaruh Pb terhadap luas permukaan daun pada S. macrophylla

70000

60000
y = -303.96x + 36727
50000 R 2 = 0.0003
Stomata(/cm2)

40000

30000

20000

10000

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Pb(ppm)

Gambar 4. Pengaruh Pb terhadap jumlah stomata pada S. macrophylla

Stomata adalah salah satu jalur yang digunakan tumbuhan untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Fungsi utama stomata adalah sebagai tempat pertukaran gas seperti CO2,
yang diperlukan tumbuhan untuk melangsungkan proses fotosintesis. Namun stomata juga
bertindak sebagai salah satu jalur pemasukan polutan yang penting, khususnya polutan
yang berasal dari udara (Peterson, 1987 dalam Ebadi et al., 2005). Polutan seperti Pb
dapat masuk melalui stomata karena ukuran partikulat Pb yang sangat kecil (kurang dari
2μ) sedangkan ukuran pembukaan sel penjaga dari stomata adalah 10μ x 27μ, sehingga
partikulat Pb dapat masuk dengan mudah melalui stomata (Siregar, 2005).
Respon daun terhadap perubahan lingkungannya dengan mengurangi jumlah stomata
telah diamati pada tumbuhan Arabidopsis. Suatu penelitian mengenai pengaruh CO2
terhadap kerapatan stomata menyatakan stomata Arabidopsis mengalami penurunan ketika
dipaparkan pada konsentrasi CO2 yang lebih tinggi daripada yang biasanya (Lake et al.,
2001 dalam Anonim, http : // users.ron.com). Adanya kecenderungan penurunan jumlah
stomata pada S. macrophylla kemungkinan juga menunjukkan bentuk responnya terhadap
polutan-polutan di lingkungannya termasuk Pb.
Walaupun jumlah stomata pada S. macrophylla menurun seiring dengan meningkatnya
konsentrasi Pb pada daun namun nilai koefisien relasinya sangat kecil yaitu R = 0.0003.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada konsentrasi 0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu
mempengaruhi jumlah stomata pada daun dari S. macrophylla.
Kesimpulan dan Saran
• Swietenia macrophylla King memiliki kemampuan mengakumulasi Pb dengan kisaran
antara 0.038 – 2.281 μg/g, namun banyaknya Pb yang diserap tidak sebanding dengan
tingkat emisi Pb di sekitar lokasi pohon tersebut.
• Walaupun ada kecenderungan bahwa peningkatan konsentrasi Pb di daun
mengakibatkan penurunan kandungan klorofil, luas permukaan daun dan jumlah
stomata, namun secara statistik hubungan antara Pb dengan ketiga parameter tersebut
kurang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan konsentrasi Pb antara
0.038 – 2.281 μg/g, Pb tidak terlalu mempengaruhi kondisi daun.
• Terdapatnya kemampuan S. macrophylla dalam mengakumulasi Pb dan tidak
tampaknya pengaruh akumulasi Pb pada kondisi daun mengisyaratkan bahwa S.
macrophylla memiliki potensi untuk dijadikan sebagai agen bioremediasi polusi Pb
dari udara. Potensinya sebagai agen bioremediasi menjadi semakin berarti bila ditinjau
dari besarnya biomassa daun yang dimiliki oleh S. macrophylla.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad, R. 1994. Monster itu Bernama Timbal. www.menlh.go.id


2. Anonim. Gas Exchange in Plants. http : // users.ron.com.
3. Bidwell, R. G. S. 1979. Plant Physiology. 2nd ed. Collier Mc Millan Publisher. London
4. Brass, G. M., Strauss, W. 1981. Air Pollution Control. Part IV. John Willey&sons. New York.
5. Dudka, S., Piotrowska, M., Chlopecka, A. 1999. Effect of Elevated Concentration of Cd and Zn in
Soil on Spring Tea Yield. Black Well Science,inc. pp 398-403.
6. Ebadi, A. G., Zare, S., Mahdavi, M., Babaee, M. 2005. Study and Measurement of Pb, Cd, Cr and
Zn in Green Leaf Of Tea Cultivated in Gillan Province of Iran. Pakistan Journal of Nutrition 4 (4) :
270-272.
7. Fakuara, Y. 1996. Studi Toleransi Tanaman Peneduh Jalan Kemampuan Mengurangi Polusi Udara.
Jurnal Penelitian dan Karya Universitas Trisakti 2 (7). Jakarta.
8. Francis, B. M. 1994. Toxic Substances in The Environment. John Willey&Sons, inc. Canada.
9. Ghai, O.P., Gupta,P. and Paul,V.K. 2003. Ghai Essential Pediatrics. 5th Ed. Mehta Publisher. New
Delhi.
10. Haro, A., Pujadas, A. 2000. Phytoremediation of the Polluted Soils after the Toxic Spill of the
Aznalcollar Mine by Using Wilf Species Collected In Situ. Fresenius Environment Bull., 9 : 275 –
580.
11. Kovacs, M. 1992. Biological Indicators in Environmental Protection. Market Cross House.
England.
12. Larcher, Walter. 1995. Physiological Plant Ecology. Third Edition. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Germany.
13. Lestari, P. 2005. Kualitas Udara Kota Bandung Dinilai Semakin Buruk. 10 Mei 2005. www.pikiran-
rakyat.com.
14. Olivares, E. 2003. The Effect of Lead on Phytochemistry of Tithonia diversifolia Exposed to
Roadside Automotive Pollution or Grown in Pots of Pb-suplemented Soil. Brazilian Journal Plant
Physiology 15 (3) : 149-158.
15. Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman, dan Pengaruhnya pada Manusia.
Fakultas Pertanian Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.
16. Usman, F. 1993a. Identifikasi Kondisi Pohon Pelindung Pinggir Jalan dan Taman Kota di
Kotamadya Bandung. Laporan Kerja Praktek. Jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
17. Usman, F. 1993b. Hubungan antara Beberapa Karakteristika Daun Ki Sabun (Filicium decipiens
Thw.) dengan Kepadatan Lalulintas. Skripsi. Jurusan Biologi. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
18. Walpole, R. E. dan Meyrs, R. H. 1986. Ilmu Peluang dan Statistika unutk Insinyur dan Ilmuwan.
Penerbit ITB. Bandung
19. Wu, L. and Janis, A. 1976. Experimental Ecological Genetics in Plantago II. Lead Tolerance in
Plantago lanceolata and Cynodon dactylon from Roadside. Ecology 57 : 205-208
20. www.indonesian-lic.org

You might also like