You are on page 1of 4

Apa hubungannya??

Judul yang sangat tidak komersil, Ah sebenarnya saya hanya bingung mencari
judul apa yang pas untuk tulisan saya ini…saya ingin berbagi cerita dan pengalaman saya saat KKN
di desa Bintet, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.
Bangka Bellitung, provinsi yang sangat kaya akan timah, baik timah darat dan timah laut. Timah
yang ada di provinsi ini dikelola oleh PT.TIMAH dan Pemda setempat. Walaupun pengelola sahnya
PT.TIMAH, tetapi masih banyak masyarakat yang mengadakan penggalian atau penambangan liar.
Membuat lubang2 atau kolam – kolam lalu setelah timahnya habis, maka di tinggalkan begitu
saja… sayang sekali ya..! kalo ngelihat dari pesawat…bumi Bangka Belitung ini bolong – bolong…
banyak kawah2 bekas penambangan yang tak di reklamasi.
Dilokasi KKN saya..hampir sebagian besar penduduk berprofesi sebagai penambang dan ada juga
yang berprofesi sebagai penambang kaolin, ada yang legal dan ada yang illegal, ada yang menimah
laut dan ada yang di darat. Penimah darat biasanya penduduk daerah bintet dan beting, mereka
sebagian besar keturunan melayu. Sementara daerah bukit dan pesaren lebih banyak bermata
pencaharian sebagai nelayan dan penimah laut (di Pesaren dan bukit ini mayoritas adalah orang cina
kek). Di daerah pesaren, banyak yang jadi nelayan. Nah yang menimah laut itu justru sebagian
besar bukan dari kalangan mereka tetapi pendatang dari luar pulau Bangka. Mereka itu adalah dari
suku BUTON..
Suku Buton ini tinggal berkumpul di daerah pesisir pantai pesaren. Mereka membangun rumah2
non-permanen dipinggir pantai yang mereka huni bersama dan ada pula yang ikut memboyong anak
dan istrinya ke Bangka (niat bangeeet ya…!) lebih kurang ada 8 pondok yang mereka dirikan. Ada
yang satu rumah yang dihuni oleh anak2muda dan beberapa rumah lain dihuni oleh sang
penambang dengan anak dan istrinya. Rumah mereka di bangun non permanen karena mereka
hanya tinggal saat musim angin baik.. jadi saat angin barat datang..mereka pindah dari pantai
(kebanyakan kembali ke Buton dan menunggu musim baik lagi untuk kembali, tetapi ada juga yang
mengunjungi keluarga di daerah lain sperti di daerah Pemali). Saat musim barat rumah2 mereka
yang non permanen akan rusak tertiup angin dan sangat berbahaya bagi mereka untuk menimah
kelaut.
Oke…! Orang – orang buton ini menimah laut di pantai Bubus..bukan di pantai Pesaren karena
daerah Pesaren tidak boleh dilakukan penambangan dengan alasan mata pencaharian warga Pesaren
adalah sebagai nelayan yang lokasi penangkapan ikannya di pantai pesaren dan sekitarnya. Mulai
dari sotong dan ikan2 lain.

persiapan memulai pekerjaan penambangan


Pantai bubus tempat penambangan timah orang butons ini dapat ditempuh dengan kapal kecil
sekitar 30-45 menit. Satu perahu bisa memuat 11 – 12 orang. Mereka berangkat pada pukul 6.30
pagi dan kembali pukul 17.30 saat matahari terbenam… Bagan – bagan untuk menampung timah
laut diletakkan di pantai bubus, tidak begitu jauh dari pantai. Ada sekitar 9 bagan tapi kadang yang
beroperasi tak semuanya. 1 bagan dikelola oleh 4-5 orang. 1 orang bertugas sebagai boss, nah si
bossnya ini biasanya sebagai penyelam yang mengarahkan selang besar berdiameter 15cm di dalam
laut kearah pasir2 dasar laut yang mengandung timah. Dan sisanya mengontrol di atas. Ada yang
mengontrol pasir apakah masih mengandung timah atau tidak, ada yang mengontrol kompresor, ada
juga yang mengontrol pasir di penampungannya.
Mereka semua bekerja bersama sampai bak panampungan pasir penuh. Hmm…saat pengumpulan
pasir dalam bak penampungan, jika orang yang bertugas pengecek masuknya pasir pantai ke dalam
bak penampungan tidak melihat adanya timah saat pengecekkan, maka si penyelam akan diberi
kode untuk berpindah ke tempat lain. Si penyelam dapat bertahan didalam laut dengan kedalaman
lebih dari 25meter itu bernafas dengan alat bantu nafas kompresor yang biasanya digunakan
orang2 untuk mengisi angin pada ban bocor..(hmmm….kasihan paru2nya..!). Si penyelam
haruslah orang yang berpengalaman dan tau atau lebih tepatnya bisa melihat pasir dibagian mana
yang banyak mengandung timah

.
Saat pasir terkumpul di bak penampungan (bak penampungan sekitar 2×3 m dengan tinggi 80cm),
maka penyedotan pasir dihentikan. Dilanjutkan dengan proses pemisahan pasir pantai yang
berwarna putih dengan timah yang warnanya hitam.. (ya iyyaaaalaaaaaaaaaahhh…! hahaha) nah
prosesnya yaitu air disemprotkan ke pasir yang ada dipenampungan itu dan yang lainnya bertugas
membuang pasir – pasir putih dengan mengais pasirnya dan dibuang ke laut. Karena timah itu berat
maka akan tertinggal di bawah/dasar bak penampungan.
Jika sudah terpisah, timahnya dikumpulkan dalam karung. Jika beruntung, dalam sehari bisa
mendapatkan timah hingga 20an kg. 1 kg dijual kepengepul sekitar 50-80rb rupiah. (itulah
alasannya mengapa para pemuda beranggapan lebih baik menimah dari pada sekolah karena mereka
dengan mudah medapatkan uang..!) pantas saja barang2 di Bangka MAHALnyaa ampun2…
penghasilan warganya gede siih..hehehe.
Hmmm…tak heran juga orang – orang Buton itu jauh jauh dari Sulawesi tenggara hanya untuk
menimah ke Bangka.
Nah, sempat saya tanyakan kepada Koh Aba (Bos dari boss penambang timah yang memfasilitasi
penambangan) karena penambangan ini illegal, apakah mereka tidak takut akan adanya razia?? Dan
Koh Aba bilang bahwa patroli laut (dari AL) sering melakukan patrol di daerah tersebut, tetapi
seringkali dapat diselesaikan dengan cara “Diplomasi” aaaalllaaaaahhh…bahasanya… yang lebih
tepatnya si tukang patrol itu atur damai dengan penambang dengan cara si penambang
memberikan beberapa persen timah hasilnya kepada tukang patrol… hmmm… lagi2….
Nggak di darat..di laut juga ada..! gila ajeee…

Ini wujud Timah ituu… pasir timah


Saat saya dan beberapa teman saya mendapatkan kesempatan untuk ikut menimah bersama para
penambang dari Buton itu, ada beberapa Bagan mreka yang kompresornya hilang sehingga
pekerjaan terpaksa ditunda hingga pukul 9 pagi. Sebagai gantinya kami beristirahat kepantai
bubus…dan makan disana,,,semuanya ditraktir Koh Aba…baik yaa??? Saya peringatkan kepada
teman2 semua yang ingin ikud menimah jika ada kesempatan…sebaiknya siapkan fisik dan
telinga..serta sunblock…soalnya di laut lokasi penambangan bising bangeeeet,,,ditambah lagi
dengan asap dari mesin yang bau oli banget..hiy.. trus panas banget…tau sendiri kan panas matahari
di laut bisa bikin kulit gosong…??? Hmmm…

pencemaran laut akibat penambangan


Nah…dari selang besar penyedotan yang
diarahhkan penyelam..lalu pasirnya masuk kedalam bak sana…di saring yang butirannya gede…
trus pasir yang lolos..di tampung di bak penampungan di bawah ituuu
Walaupun tidak setuju sama tindakan penambangan timah laut ini karena akan merusak laut..tapi
saya berterima kasih kepada orang – orang Buton (sesuku dengan saya..!) yang mau mengajak saya

merasakan dan menambah pengalaman dengan penambangan timah laut…

You might also like