Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
Mikrokontroler adalah pusat kerja dari suatu sistem elektronika seperti halnya
mikroprosesor sebagai otak komputer. Adapun nilai plus bagi mikrokontroler adalah
terdapatnya memori dan port input/output dalam suatu kemasan IC yang kompak.
Kemampuannya yang programmable, fitur yang lengkap seperti ADC internal,
EEPROM internal, port I/O, komunikasi serial. Juga harga yang terjangkau
memungkinkan mikrokontroler digunakan pada berbagai sistem elektronik, seperti
pada robot, automasi industri, sistem alarm, peralatan telekomunikasi, hingga sistem
keamanan. Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua
instruksi dikemas dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi dalam 1 (satu) siklus
clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Hal ini
terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang berbeda.
AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing), sedangkan seri
MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing). Secara umum,
AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny, keluarga
AT90Sxx, keluarga ATMega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya, yang membeda-
bedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi
arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hamper sama. Piranti
dapat diprogram secara in-system programming (ISP) dan dapat diprogram berulang-
ulang selama 10.000 kali baca/tulis didalam sistem.
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D
2. ADC 10 bit sebanyak 10 saluran.
3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.
1. VCC merupakan PIN yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya
2. GND merupakan Pin Ground
3. Port A (PA0...PA7) merupakan pin I/O dan pin masukan ADC. Setiap pinnya
menyediakan internal pull up resistor yang dapat diatur per bit. Outputnya
dapat menyalakan LED secara langsung.
4. Port B (PB0...PB7) merupakan pin I/O dan pin yang mempunyai fungsi khusus
yaitu Timer/Counter, komparator Analog dan SPI
5. Port C (PC0...PC7) merupakan port I/O dan pin yang mempunyai fungsi
khusus, yaitu komparator analog dan Timer Oscillator
6. Port D (PD0...PD1) merupakan port I/O dan pin fungsi khusus yaitu
komparator analog dan interrupt eksternal serta komunikasi serial
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk mereset mikrokontroler
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal
9. AVCC merupakan pin masukan untuk tegangan ADC
10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi untuk ADC
SHT11 Module merupakan modul sensor suhu dan kelembaban relatif yang berbasis
sensor SHT11 dari Sensirion. Modul ini dapat digunakan sebagai alat pengindra suhu
dan kelembaban dalam aplikasi pengendali suhu dan kelembaban ruangan maupun
aplikasi pemantau suhu dan kelembaban relatif ruangan.
Sensor yang digunakan dalam sistem kelembaban dan temperatur adalah sebuah single
chip multisensor yang berfungsi sebagai sensor kelembaban dan temperature yang
telah terkalibrasi sempurna. Sistem berdasarkan prinsip kelembaban kapasitif dan
semikonduktor. Gambar 2.4 adalah data digital yang dikeluarkan oleh sensor terhadap
nilai kelembaban.
Untuk mendapatkan nilai fisik suhu terhadap nilai keluaran sensor mengikuti
persamaan (2.2)
Nilai d1, d2 dipengaruhi tegangan power sensor yang digunakan dan jumlah bit yang
dikeluarkan oleh sensor. Nilai d1, d2 didapatkan pada tabel 2.2.
Sistem sensor yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban adalah
SHT11 dengan sumber tegangan 5 Volt dan komunikasi bidirectonal 2-wire. Sistem
sensor ini mempunyai 1 jalur data yang digunakan untuk perintah pengalamatan dan
pembacaan data. Pengambilan data untuk masing-masing pengukuran dilakukan
dengan memberikan perintah pengalamatan oleh mikrokontroler. Kaki serial Data
yang terhubung dengan mikrokontroler memberikan perintah pengalamatan pada pin
Data SHT11 “00000101” untuk mengukur kelembaban relatif dan “00000011” untuk
pengukuran temperatur. SHT11 memberikan keluaran data kelembaban dan
temperatur pada pin Data secara bergantian sesuai dengan clock yang diberikan
mikrokontroler agar sensor dapat bekerja. Sensor SHT11 memiliki ADC (Analog to
Digital Converter) di dalamnya sehingga keluaran data SHT11 sudah terkonversi
dalam bentuk data digital dan tidak memerlukan ADC eksternal dalam pengolahan
1 GND Ground
Suhu Sebenarnya
Ralat pada sensor
Kelembaban Relatifnya
Pada PC / laptop standar, biasanya terdapat sebuah port untuk komunikasi serial. Pada
prinsipnya, komunikasi serial ialah komunikasi dimana pengiriman data dilakukan per
bit, sehingga lebih lambat dibandingkan komunikasi parallel seperti pada port printer
yang mampu mengirim 8 bit sekaligus dalam sekali detak. Beberapa contoh
penerapan komunikasi serial ialah mouse, scanner dan sistem akuisisi data yang
terhubung ke port serial COM1/COM2.
Dikenal 2 cara komunikasi data secara serial, yaitu komunikasi data serial
sinkron dan komunikasi data serial asinkron. Pada komunikasi data serial sinkron,
clock dikirimkan bersama-sama dengan data serial tetapi clock tersebut dibangkitkan
sendiri-sendiri baik pada sisi pengirim maupun pada sisi penerima. Sedangkan
komunikasi data serial asinkron. Tidak diperlukan clock karena data dikirimkan
dengan kecepatan tertentu. Baik pada pegirim maupun penerima.
Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah Standar RS232 yang
dikembangkan oleh Electronic Industri Association and The telecommunication
Industry Association (EIA/TIA) yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1962.Ini
terjadi jauh sebelum IC TTL populer sehingga sinyal ini tidak ada hubungan sama
sekali dengan level tegangan IC TTL. Standar ini hanya menyangkut komunikasi
antara (Data Terminal Equipment – DTE) dengan alat – alat pelengkap komputer
(Data Circuit Terminating Equipment – DCE).
1. Logika ‘1’ disebut “Mark” terletak antara -3 Volt sampai -25 Volt
2. Logika ‘0’ disebut “Space” terletak antara +3 Volt sampai +25 Volt.
3. Daerah tegangan antara -3 Volt sampai +3 Volt adalah invalid level, yaitu
tegangan yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus dihindari.
Demikian juga level tegangan dibawah -25 Volt dan diatas +25 Volt juga harus
dihindari karena bisa merusak line driver pada saluran RS232
Gambar dibawah adalah contoh level tegangan RS232 pada pengiriman huruf
“A” dalam format ASCII tanpa bit paritas.
Gambar 2.8 Level Tegangan RS232 pada pengiriman huruf “A” Tanpa Bit Paritas.
Komunikasi serial membutuhkan port sebagai saluran data. Berikut tampil port serial
DB9 yang umum digunakan sebagai port serial.
Tabel 2.5 Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor serial DB-9
Untuk dapat menggunakan port serial harus diketahui dahulu alamat dari port
serial tersebut. Biasanya tersedia dua port serial pada CPU, yaitu COM1 dan COM2.
Base Address COM1 biasanya 1016 (3F8h) dan COM2 biasanya 760 (2F8h). Alamat
tersebut adalah alamat yang biasa digunakan, tergantung komputer yang
digunakan.Tepatnya kita bisa melihat pada peta memori tempat menyimpan alamat
tersebut, yaitu memori 0000.0400h untuk COM1 dan 0000.0402h untuk COM2.
Jika kecepaan pengiriman (baudrate) data dari DTE ke DCE (misal dari komputer ke
modem) lebih cepat dari pada transfer data dari DCE ke DTE (modem ke modem)
maka cepat atau lambat kehilangan data akan terjadi karena buffer pada DCE akan
mengalami overflow. Untuk itu diperlukan sistem flow control untuk mengatasi
masalah tersebut. Ada 2 macam kontrol aliran (flow control) yaitu secara hardware
dan secara software.
Kontrol aliran (flow control) secara software atau yang sering disebut dengan
Xon (karakter ASCII 17) dan Xoff (karakter ASCII 19). DCE akan mengirimkan Xoff
ke komputer untuk memberitahukan agar komputer menghentikan pengiriman data
jika buffer pada DCE telah penuh. Jika buffer telah kembali siap menerima data DCE
akan mengirimkan karakter Xon ke komputer dan komputer akan melanjutkan
pengiriman data sampai data terkirim semua. Keuntungan kontrol aliran (flow control)
ini adalah hanya diperlukan kabel sedikit karena lewat saluran TX/RX.
Untuk mengirim dan menerima data dari port serial, diperlukan program
(software) yang bisa dibuat dengan Delphi atau Visual Basic misalnya, atau bisa juga
menggunakan HyperTerminal yang merupakan program bawaan Windows. Tampilan
HyperTerminal dapat dilihat pada gambar dibawah.
Masukkan nama koneksi lalu tekan OK, maka akan muncul kotak dialog untuk
mengatur port yang digunakan (pilih COM1 atau COM2 bergantung pada konfigurasi
Selain sinyal data, terdapat sinyal – sinyal protokol komunikasi serial pada komputer
dan dihubungkan keluar melalui konektor male DB9 (komputer baru) dan DB25
(komputer lama), nama sinyal – sinyal tersebut adalah:
Pada gambar di atas terlihat bahwa kaki DTR (Data Terminal Ready)
dihubungkan ke DSR (Data Set Ready) dan juga ke CD (Carrier Detect) pada masing-
masing komputer, sehingga pada saat sinyal DTR diaktifkan maka sinyal DSR dan
CD juga ikut aktif (konsep Modem Semu atau Virtual Modem). Karena komputer
dalam hal ini melakukan pengiriman data dengan kecepatan yang sama, maka kontrol
aliran (flow kontrol) belum dibutuhkan sehigga RTS (Request To Sent) pada masing-
masing komputer saling dihubungkan. Sedangkan untuk pengujian port serial bisa
digunakan konfigurasi Loopback sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.16 berikut.
Konvertor level untuk saat ini tersedia dalam bentuk IC, contoh adalah ICL232
dari Harris semikonduktor, MAX232 dari Maxim.
LCD yang digunakan adalah jenis LCD M1632, yang merupakan modul LCD dengan
tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya rendah. Modul tersebut dilengkapi
dengan desain mikrokontroler yang didesain khusus untuk mengendalikan LCD.
Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang berfungsi sebagai pengendali LCD
memiliki CGROM, CGRAM, dan DDRAM. Berikut bagian-bagian dari LCD M1632.
Dari gambar diatas dapat dijelasakan fungsi dari setiap kaki pada LCD,
sebagai berikut:
1. Kaki 1 (GND)
Kaki ini dihubungkan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan
untuk sumber daya dari HD44780 (khusus untuk modul M1632 keluaran
hitachi, kaki ini adalah VCC)
2. Kaki 2 (VCC)
Kaki ini dihubungkan dengan tegangan 0 volt (ground) dan modul LCD
(khusus untuk modul M1632 keluaran hitachi, kaki ini adalah GND)
3. Kaki 3 (VEE/VLCD)
Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada V5. Kontras
mencapai nilai maksimum pada saat kondisi kaki ini pada tegangan 0 volt.
4. Kaki 4 (RS)
Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke
register data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke register perintah,
logika dari kaki ini adalah 0.
5. Kaki 5 (R/W)
Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode
pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode
penulisan. Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul
LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke ground.
6. Kaki 6 (E)
8. Kaki 15 (Anoda)
Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight modul LCD sekitar 4,5 volt
(hanya terdapat untuk M1632 yang memiliki backlight).
9. Kaki 16 (Katoda)
Tegangan negatif backlight modul LCD sebesar 0 volt (hanya untuk M1632
yang memiliki backlight).
Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan R/W, dimana: Jalur
EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa data
sedang dikirimkan. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN
harus dibuat logika low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW.
Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan tunggu untuk
sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut) dan berikutnya
set EN ke logika low “0” lagi.
Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan
dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti clear screen,
posisikursor, dll). Ketika RS berlogika high “1”, data yang dikirim adalah data text
yang akan ditampilkan pada display LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf
“1” pada layer LCD maka RS harus diset logika high “1”, jalur R/W adalah jalur
control Read/Write. Ketika RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan
dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan
melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin R/W
selalu diberi logika low “0”. Pada akhirnya, bus data terdiri dari 4 atau 8 jalur
1. Function Set berfungsi untuk mengatur interface lebar data, jumlah dari baris
dan ukuran font karakter
0 0 0 0 1 DL N F X X
Dimana:
X : Don’t care
2. Entry Mode Set berfungsi untuk mengatur increment/ decrement dan mode geser
0 0 0 0 0 0 0 1 I/D S
3. Display On/ Off Cursor berfungsi untuk mengatur status display ON atau OFF,
cursor ON/ OFF dan fungsi Cursor Blink
0 0 0 0 0 0 1 D C B
Dimana:
D : Mengatur display
D = 1, Display is ON
D = 0, Display is OFF
Pada kasus ini data display masih tetap berada di DDRAM, dan dapat ditampilkan
kembali secara langsung dengan mengatur D=1.
C : Menampilkan kursor
C = 1, kursor ditampilkan
C = 0, kursor tidak ditampilkan
B : Karakter ditunjukkan dengan kursor yang berkedip
B=1, kursor blink
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 0 0 1 S/C R/L X X
Modul LCD terdiri dari sejumlah memori yang digunakan untuk display. Semua text
yang kita tuliskan ke modul LCd adalah disimpan didalam memori ini, dan modul
LCD secara berurutan membaca memori ini untuk menampilkan text ke modul LCD
itu sendiri.
Akan tetapi, karakter pertama dari baris 2 sebagaimana yang ditunjukkan pada
peta memori adalah pada alamat 40h. Demikianlah kita perlu untuk mengirim sebuah
perintah ke LCD untuk mangatur letak posisi kursor pada baris dan kolom tertentu.
Instruksi Set Posisi Kursor adalah 80h. Untuk ini kita perlu menambahkan alamat
lokasi dimana kita berharap untuk menempatkan kursor. Sebagai contoh, kita ingin
menampilkan kata ”World” pada baris ke dua pada posisi kolom ke sepuluh. Sesuai
peta memori, posisi karakter pada kolom 11 dari baris ke dua, mempunyai alamat
4Ah, sehingga sebelum kita tulis kata ”World” pada LCD, kita harus mengirim
instruksi set posisi kursor, dan perintah untuk instruksi ini adalah 80h ditambah
dengan alamat 80h+4Ah =0Cah. Sehingga dengan mengirim perintah Cah ke LCD,
akan menempatkan kursor pada baris kedua dan kolom ke 11 dari DDRAM.
0 0 1 A A A A A A A
Dimana:
A : Alamat RAM yang akan dipilih, sehingga alamat RAM LCD adalah 000 0000 s/d
111 1111b atau oo s/d 7Fh.
Modul RF buatan LAIPAC ini sering sekali digunakan sebagai alat untuk
komunikasi data secara wireless menggunakan media gelombang radio. Biasanya
kedua modul ini dihubungkan dengan mikrokontroler atau peralatan digital yang
lainnya. Masukan data untuk modul TLP adalah serial dengan level TTL (Transistor-
transistor Logic). Jangkauan komunikasi maksimum dari pasangan modul RF ini
adalah 100 meter tanpa halangan dan 30 meter di dalam gedung. Ukuran ini dapat
dipengaruhi oleh faktor antena, kebisingan, dan tegangan kerja dari pemancar.
Panjang antena yang digunakan adalah 17 cm, dan terbuat dari kawat besi.
RLP 433.92A
TLP433.92A
Modul RLP433 ini sama halnya dengan modul TLP yang menggunakan modulasi
ASK (Amplifier Shift Keying) dengan frekuensi kerja dari modul ini adalah 433 MHz.
Modul ini berfungsi untuk menerima data yang dikirim secara serial dari modul
pemancar TLP433.
Dalam program BASCOM, karakter dasarnya terdiri atas karakter alphabet (A-Z dan
a-z), karakter numeric (0-9), dan karakter special (lihat tabel 2.9).
karakter Nama
Blank
‘ Apostrophe
+ Plus sign
, Comma
- Minus sign
: Colon
; Semicolon
Setiap variabel dalam BASCOM memiliki tipe data yang menunjukkan daya
tampungnya. Hal ini berhubungan dengan penggunaan memori mikrokontroler. Tabel
2.10 berikut adalah tipe data pada BASCOM berikut keterangannya.
Bit 1/8 -
Byte 1 0 – 255
Word 2 0 – 65535
Single 4 -
Variabel dalam sebuah pemrograman berfungsi sebagai tempat penyimpanan data atau
penampungan data sementara, misalnya menampung hasil perhitungan, menampung
data hasil pembacaan register, dan lainnya. Variabel merupakan pointer yang
menunjukkan pada alamat memori fisik dan mikrokontroler.
2.7.1.4 Alias
Dengan menggunakan alias, variable yang sama dapat diberikan nama yang lain.
Tujuannya adalah mempermudah proses pemrograman. Umumnya, alias digunakan
untuk mengganti nama variable yang telah baku, seperti port mikrokontroler.
Led1 as LedBar.0
Led2 as LedBar.1
Led3 as LedBar.2
2.7.1.5 Konstanta
Dim A As Const 5
Dengan array, kita dapat menggunakan sekumpulan variable dengan nama dan tipe
yang sama. Untuk mengakses variable tertentu dalam array, kita harus menggunakan
indeks. Indeks harus berupa angka dengan tipe data byte, integer, atau word. Artinya,
nilai maksimum sebuah indeks sebesar 65535.
Dim c as Integer
For C = 1 To 10
a© = c
PortA.1 = a©
Next
Program diatas membuat sebuah array dengan nama ‘kelas’ yang berisi 10
elemen (1-10) dan kemudian seluruh elemennya diisikan dengan nilai c yang
berurutan. Untuk membacanya, kita menggunakan indeks dimana elemen disimpan.
Pada program diatas, elemen-elemen arraynya dikeluarkan ke PortA.1 dari
mikrokontroler.
a. Operator Aritmatika
b. Operator Relasi
Operator berfungsi membandingkan nilai sebuah angka. Hasilnya dapat
digunakan untuk membuat keputusan sesuai dengan program yang kita buat.
Operator relasi meliput i:
c. Operator Logika
Operator digunakan untuk menguji sebuah kondisi atau memanipulasi bit dan
operasi bolean. Dalam BASCOM, ada empat buah operator logika, yaitu AND,
OR, NOT, dan XOR. Operator logika bisa pula digunakan untuk menguji
sebuah byte dengan pola bit tertentu, sebagai contoh:
Dim A As Byte
A = 63 And 19
Print A
A = 10 or 9
Print A
Output
11
d. Operator Fungsi
Operasi fungsi digunakan untuk melengkapi operator yang sederhana.
Untuk pengaksesan port serial kita dapat mengaksesnya secara langsung melalui
register USART atau menggunakan control MSComm yang telah disediakan Visual
Basic.
Saluran yang digunakan USART untuk komunikasi baik untuk pengiriman maupun
penerimaan data adalah saluran RxD dan saluran TxD serta saluran – saluran untuk
control, yaitu saluran DCD, DSR, RTS, CTS, DTR, CTS, DTR, dan RI. Saluran-
saluran ini ada yang sebagai output dan ada yang sebagai input. Kecuali saluran RxD,
saluran–saluran ini dapat diakses secara langsung melalui register USART. Berikut
adalah table alamat dan lokasi bit saluran tersebut pada register USART.
Nama Pin Nomor pin pada DB-9 COM1 COM2 Bit Arah
TxD 3 3FBh 2FBh 6 Output
DTR 4 3FCh 2FCh 0 Output
RTS 7 3FEh 2FCh 1 Output
CTS 8 3FEh 2FEh 4 Input
DSR 6 3FEh 2FEh 5 Input
RI 9 3FEh 2FEh 6 Input
DCD 1 3FEh 2FEh 7 Input
Set_Bit (&H3FC, 0)
Clear_Bit (&H3FC, 0)