Professional Documents
Culture Documents
RIFAMPISIN
Antinbiotik ini adalah derivat semi-sintetis dari rifampisin B (1965) yang dihasilkan oleh Streptomyces mediterranei, suatu jamur tanah yang berasal dari
Perancis selatan. Zat yang berwarna merah-bata ini bermolekul besar dengan banyak cincin (makrosiklis). Rifampisin berkhasiat bakterisid luas fase pertumbuhan
M. tuberkulosae dan M. leprae, baik yang berada diluar maupun di dalam sel. Juga mematikan kuman yang “dormant” selama fase pembelahannya yang singkat.
Maka sangat penting untuk membasmi senua basil guna mencegah kambuhnya TBC.
Rifampisin juga aktif terhadap kuman gram-positif lain dan kuman Gram-negatif (a.l. E. colli, Klebsiella, suku-suku proteus dan Pseudomonas), terutama
terhadap stafilokok, termasuk yang resisten terhadap penisilin. Terhadap kuman yang terakhir, aktivitasnya agak lemah. Mekanisme kerjanya nerdasarkan pelintang
spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.
Penggunaannya pada terapi TBC pun sangat dibatasi oleh harganya yang cukup mahal. Manfaat utamanya terletak pada terapi yang dapat dipersingkat dari k.l.
2 tahun hingga 6 – 12 bulan. Rifampisin juga merupakan obat pilihan pertama terhadap lepra dan sebagai obat pencegah infeksi menigococci pada orang yang
berhubungan dengan pasien meningitis. Begitu pula sangat efektif terhadap gonore (lebih kurang 90%).
Resorpsinya di usus sangat tinggi; distribusinya ke jaringan dan cairan tubuh juga baik, termasuk CCS. Hal ini nyata sekali pada pewarnaan jingga/merah dari
air seni, tinja, ludah, keringat dan air mata. Lensa kontak (lunak) juga dapat berwarna permanen. Plasma-t½-nya berkisar antara 1,5 sampai 5 jam dan meningkat bila
ada gangguan fungsi hati. Di lain pihak masa paruh ini akan turun pada pasien yang bersamaan waktu menggunaan INH. Di hati terjadi desasetilasi dengan kegiatan
antibakteriil. Ekskresinya khusus melalui empedu, sedangkan lewat ginjal berlangsung secara fakultatif.
Efek sampingnya yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah penyakit kuning (icterus), terutama bila dikombinasi dengan INH yang juga agak toksis
bagi hati. Pada penggunaan lama dianjurkan untuk memantau fungsi hati secara periodik. Obat ini agak sering juga menyebabkan gangguan saluran cerna seperti
mual, muntah, sakit ulu hati, kejang perut dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi hipersensitasi.
Interaksi. Rifampisin mempercepat perombakan obat lain bila diberikan bersamaan waktu dengan jalan induksi enzim (sistem-mikrosomal P450) dalam hati.
Akibatnya BA diturunkan, misalnya dari klaritromisin dan penghambat protease (obat AIDS). Kadar darah dari obat-obat ini dapat menurun sampai 80%, yang dapat
mengakibatkan pembentukan resistensi cepat dari HIV. Obat lain yang dipercepat metabolismenya adalah antikoagulansia, sehingga harus dinaikkan dosisnya. Pil
anti hamil menjadi tidak terjamin lagi efeknya, karena rifampisin mempercepat katabolisme dari berbagai zat steroid. Resistensi dapat terjadi dengan agak cepat.
Kehamilan. Pada umumnya rifampisin dapat diberikan pada wanita hamil. Penggunaan pada minggu-minggu terakhir kehamilan dapat menimbulkan
perdarahan postnatal pada ibu dan bayi. Untuk pencegahannya dapat diberikan fitomenadion (vitamin K). rifampisin mencapai air susu ibu, namun ibu diperbolehkan
menyusui bayinya.
Dosis pada TBC oral 1 dd 450-600 mg sekaligus pagi hari sebelum makan, karena kecepatan dan kadar resorpsi dihambat oleh isi lambung. Selalu diberikan
dalam kombinasi dengan INH 300 mg dan untuk 2 bulan pertama ditambah pula dengan 1,5 – 2 g pirazinamida setiap hari. Pada gonore oral 1 dd 900 mg sekaligus
selama 2 – 3 hari; pada infeksi lain 2 dd 300 mg a.c. Profilaksis pada meningitis 2 dd 10 mg/kg/hari selama 2 hari.
Rifabutin (Mycobutin) adalah derivat (1995) dengan khasiat dan sifat mirip rifampisin. Obat ini terutama digunakan bila ada (multi) resistensi terhadap obat
lain pada pasien HIV-positif dan selalu terkombinasi dengan minimal 2 obat TBC lainnya. Dengan rifampisin terhadap resistensi-silang. Rifabutin digunakan untuk
profilaksis dan terapi dari infeksi M. avium complex (MAC) pada pasien dengan sistem-iimun menurun, misalnya pada penderita AIDS. Ternyata yang efektif sebagai
profilaksis MAC adalah kombinasi rifabutin + azitromisin, dan kombinasi rifabutin + etambutol + klaritromisin.
Efek sampingnya yang paling sering terjadi mirip rifampisin dan berupa gangguan lambung-usus, reaksi kulit, kelainan darah dan hati, ada kalanya gejala
influenza (demam, nyeri otot). Berlainan dengan rifampisin, rifabutin dapat menimbulkan artritis dan artralgia. Kombinasi rifabutin/rifampisin dengan klaritromisin
dan penghambat protease (indinavir, ritonavir, saquinavir) sangat meningkatkan kadar rifabutin/rifamisin di dalam darah dengan peningkatan toksisitasnya. Oleh
karena itu, dosis rifabutin (c.q. rifampisin) harus diparuh.
Dosis : TBC MAC oral 1 dd 300 – 600 mg dalam kombinasi dengan 2 dd klaritromisin 0,5 g dan etambutol 1 dd 150 mg. Profilaksis MAC : 1 dd 300 mg.