You are on page 1of 13

STATUS PASIEN

GENERAL ANASTESI PADA PASIEN KOLOSTOMI

I. IDENTITAS:

Nama pasien : Ny M

Jenis Kelamin : perempuan

Usia : 62 thn

Alamat : Sukoharja

Agama : Islam

Suku : Jawa

No RM : 136438

Tgl Operasi : 28 juli 2010

II. ANAMNESIS:

Keluhan Utama: Benjolan diperut kiri

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluhkan benjolan semangkin membesar,

nyeri(-),perdarahan (-) bawah sejak 2 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu: Penderita belum pernah merasakan gejala serupa.

Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat penyakit serupa disangkal, riwayat penyakit darah

tinggi, kencing manis.

III. PEMERIKSAAN:
A.Status Generalis

Keadaan Umum : baik,,tidak tampak kesakitan.

Gizi : cukup

Kesadaran : Compos mentis

Airway : Clear

Breathing : Spontan Vesikuler +/+

Circulation : 127/94 mmHg

Disability : E4V5M6

Vital Sign

TD : 120/80 mmHg

N : 76x/menit

R : 23x/menit

S : 36,3 C

TB : 135 cm

BB : 55 kg

B. Status lokalis:

Kepala : Normocephal

Mata : Conjuntiva tidak anemis

Sclera tidak ikterik

Pupil Bulat Isokhor

Reflek Pupil +/+

2
Hidung : Septum deviasi (-)

Telinga : Simetris

Mulut : Gigi Palsu (-) malapati (1)

Gigi Tonggos (-)

Trismus (-)

Rahang Bawah Maju (-)

Leher : Pembesaran Limfonodi (-)

Massa Abnormal (-)

Thorax

Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris

Palpasi : Massa Abnormal (-)

Fremitus Taktil kanan = kiri

Auskultasi : Vesikuler

Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru

Jantung

Inspeksi : Kesan Cardiomegali (-)

Iktus Cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC-V

Auskultasi : BJ Murni Reguler

Perkusi : Jantung dalam batas normal

Abdomen:

3
Inspeksi : Permukaan Datar luka terbuka (+)

Distensi (-) feces (+)

Darm Contour (-) drainage (+)

Darm Steifung (-)

Ascites (-)

Massa (+), massa ukuran 13x13x13cm,tidak terpixir,berbatas

tegas, tidak terdapat sekret,perabaan lunak, kulit baik,tdk ada refraksi

Bekas luka operasi (-)

Kolostomi (+)

Perkusi : redup

Auskultasi : Bising Usus (+) Normal

Palpasi : Permukaan supel

Defans muskuler (-)

Nyeri Tekan (+)

Massa (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hemoglobin : 11,0 gr%

Lekosit : 6600 /mm3

Trombosit : 286000 mm3

Golongan darah :B

HbSAg : (-)

Creatinin : 0,82 mg/100ml

Ureum : 26,86 mg/100ml

4
DURANTE OPERASI

Macam : laparotomi reseksi

Jenis AN : Genaral anastesi

Teknik AN : intubasi / semi close

ET ukuran 6,5 nafas kontrol

Goedel ukuran 3

Tidal volume : 10 x 35 : 350 liter

RR : 24 x 350 : 8400

I ratio : 1 : 2

Tanggal : 14 Mei 2010

Jam : Pukul 08:50 WIB

Pre medikasi : midazolam 2,5 mg

Induksi anastesi : ketalar 75 mg, actracurium 1 ampul

Maintenance : Oksigen 3 liter, N2O 3 liter, sevofluran

Resusitasi cairan : Ringer Laktat 10 flabot, HES 2 flabot

Pemeriksaan malapati : 2

ASA : III E

JALANNYA OPERASI

Pasien masuk OK, pasien di persiapkan untuk anastesi dengan memberikan obat

premedikasi untuk anastesi midazolam 2,5 mg pada pukul 08:40. Setelah di berikan

midazolam pasien di injeksi dengan ketalar 75 mg dan atracurium 1 ampul. Lalu pasien

5
di lakukan intubasi dengan ET oral ukuran 6,5 dan di beri goedel ukuran 3. Pasien di

berikan jalur intravena 2 tempat untuk memberikan maintenance cairan. Pada saat pasien

di berikan premedikasi tekanan darah 127/84. Pasien di berikan maintenance dengan O2 3

liter, N2O 3 liter, dan sevovlurane 1.5. pukul 09:38 sevovluran di turunkan menjadi 1

karena tensi turun menjadi 100/69. Pukul 09:45 sevofluran di naikan menjadi 1,25, pukul

10:00 sevofluran di naikan lagi menjadi 1,5. Pukul 10:15 sevofluran di turunkan menjadi

1 karena tensi turun 80/49. Pukul 10:23 pasien mulai nafas spontan, pasien di berikan

atracurium 0,5 ampul (5 mg/ml) intravena. pukul 10:30 sevofluran di turunkan lagi

menjadi 0,5 tensi 75/46, N2O juga di turunkan menjadi 2 liter. Pukul 12:15 sevofluran di

naikan menjadi 1 sampai pukul 12:30 sevofluran di turunkan sampai 0. Operasi selesai.

Pemberian maintenance cairan menggunakan asering 10 flabot mulai pukul 8:40 sampai

pukul 10:30, selebihnya menggunakan HES sampai operasi selesai. Di gunakan HES

karena tensi tidak naik, agar tidak turun maka di berikan cairan koloid yang lama berada

di dalam pembuluh darah.

Sebelumnya pasien sudah melakukan operasi 3 kali :

Operasi 1 : operasi abses uterus

Operasi 2 : operasi kolostomi

Operasi 3 : operasi perforasi

6
TINJAUAN PUSTAKA

TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF

Dasar dosis pemberian & pemeliharaan terapi cairan:

Dewasa : 30-35 ml/kg BB

Kenaikan suhu 1 derajat + 10-15%

Pemeliharaan : Dewasa berat ± 50 kg = 1,5-2 ml/kg/jam

Pra bedah :

Puasa 6-8 jam : beri infus pengganti cairan sbnyk 25% dr kebutuhan dasar 24 jam

1. Pd jam pertama: 50%

2. Pd jam ke 2 : 25%

3. Pd jam ke 3 : 25%

Deficit cairan karena puasa, 0,5nya di berikan pada 1 jam pertama, 0,25 nya pada jam ke

kedua dan 0,25 nya lagi pada jam ketiga.

Banyak cairan yang hilang karena translokasi selama pembedahan, tergantung dari jenis

operasinya .

1. operasi yang minimal (operasi plastic) : kebutuhan pemeliharaan ±4 ml/kgBB/jam

2. operasi dengan trauma sedang (OP ekstremitas ) : kebutuhan pemeliharaan ± 6

ml/KgBB/jam

3. operasi dengan trauma besar : kebutuhan pemeliharaan ± 8 ml/kgBB/jam

kebutuhan cairan yang di berikan ringer laktat dalam dekstrose 5%

7
Pada prinsipnya kecepatan cairan yang diberikan selama pembedahan adalah

dapat menjamin tekanan darah stabil tanpa menggunakan obat vasokonstriktor, dengan

produk urin mencapai 0,5-1ml/kgBB/jam.

Perdarahan : bila kurang dari 10% jumlah darah, cukup diganti dengan cairan

kristaloid saja, tapi bila lebih dari 10% pertimbangkan untuk diganti dengan darah atau

koloid.

FARMAKOLOGI ANASTESI

1. N2O

Absorbs, distribusi, dan eliminasi

N2O di absorbs dalam tubuh dengan cepat ±1000 ml/menit selama menit pertama. Dalam

5 menit absorbs berkurang sebagian menjadi 500-700 ml/menit dan dalam 10 menit turun

sampai 350 ml/menit, kemudian 30 menit menjadi 200 ml/menit dan dalam 100 menit

turun sampai 100 ml/menit kemudian secara lambat menurun sampai absorbs mencapai

nol (jenuh).

Ada 5 fase pengambilan N2Oberdasar saturasi arteri :

a. Dalam 5 menit mencapai 50% saturasi

b. Dalam 30-90 menit mencapai 90% saturasi

c. Dalam 5 jam mencapai saturasi penuh

Dalam 100 ml darah dapat larut 47 ml N 2O.N2O hampir seluruhnya dikeluarkan melalui

paru-paru, sedikit sekali melalui kulit (keringat), urin dan saluran cerna intestinal.

2. Actrakurium

8
Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relative baru yang mempunyai

struktur benzilisoquinolon yang berasal dari tanaman leontice Leontopeltalum. Beberapa

keunggulan artrakurium dibandingkan dengan obat terdahulu antara lain adalah :

a. Metabolism terjadi di dalam darah (plasma) terutama melalui suatu reaksi kimia

unik yang disebut reaksi eliminasi Hofman. Reaksi ini tidak tergantung pada

fungsi hati atau ginjal.

b. Tidak mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang

c. Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovascular yang bermakna.

Kemasan di buat dalam ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg atrakurium bersilat.

Stabilitas larutan sangat bergantung penyimpanan pada suhu dingin dan perlindungan

terhadap penyinaran.

a. Dosis intubasi : 0,5-0,6 mg/kgBB/iv

b. Dosis relaksasi otot : 0,5-0,6 mg/kgBB/iv

c. Dosis pemeliharaan : 0,1-0,2 mg/kgBB/iv

Mula dan lama kerja atrakurium tergantung pada dosis yang dipakai. Pada umumnya

mula kerja atrakurium pada dosis intubasi adalah 2-3 menit, sedangkan lama kerja

atrakurium dengan dosis relaksasi 15-35 menit.

Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan (sesudah lama kerja obat

berakhir) atau di bantu dengan pemberian antikolinesterase. Nampaknya atrakurium

dapat menjadi obat pelumpuh otot non depolarisasi terpilih untuk pasien geriatric atau

dengan kelainan jantung, hati dan ginjalyang berat.

9
3. Ketalar

Ketalar berisi ketamin hidroklorida setara biasanya dengan basanya 50 mg; 100mg/ml

injeksi

Indikasi : anastetik tunggal untuk prosedur pembedahan dan untuk diagnostika,

pramedikasi sebelum anastesi dengan anastetikum umum, sebagai tambahan pada

pemberian anastetikum berpotensi rendah seperti nitrogenoksida.

Kontaindikasi : penderita hipertensi, preeklamsi atau eklamsi.

4. Sevofluran

Merupakan cairan volatile untuk inhalasi, cairan ini tidak mudah terbakar dan tidak

mudah meledak dan penggunaannya dengan cara di uapkan. Di bandingkan dengan

individu sehat, half-life ion fluoride lebih panjang pada pasien dengan kerusakan ginjal,

tetapi tidak pada orang tua. Rata-rata half-life pada orang tua ( ≥ 65 tahun) berkisar 24

jam (rata-rata 18-72 jam). Half-time pada penderita dengan kerusakan hepar berkisar 23

jam (rata-rata 16-47 tahun). Half-time pada penderita gagal ginjal rata-rata 33 jam (rata-

rata 21-61 jam). Sevofluran pada dosis-related mengakibatkan depresi jantung.

Sevofluran tidak mengakibatkan peningkatan heart rate pada dosis < 2 MAC.

ANASTESI GENERAL

Tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat pulih

kembali (reversible). Komponen anastesia yang ideal terdiri : 1. Hipnotik, 2. Analgesia,

3. Relaksasi otot, 4. Kenyamanan pasien.

10
Metode anastesi umum dilihat dari cara pemberian obat :

1. Parenteral

Anastesia umum yang diberikan secara parenteral baik intravena maupun intra muscular

biasanya digunakan unuk tindakan yang singkat atau untuk induksi anastesi. Obat yang

umumnya di pakai adalah thiopental, kecuali untuk kasus-kasus tertentu dapat digunakan

ketamin, diazepam dll. Untuk tindakan yang lama biasanya di kombinasi dengan obat

anastesi lain.

2. Perektal

Anastesi umum yang di berikan melalui rectal kebanyakan di pakai pada anak, terutama

untuk induksi anastesia atau tindakan singkat.

3. Perinhalasi, melalui pernafasan.

Anastesi dengan menggunakan gas atau cairan anastetika yang mudah menguap (volatile

agent) sebagai zat anastetika melalui udara pernafasan. Zat anastettika yang di gunakan

berupa suatu campuran gas (dengan O2) dan konsentrasi zat anastetika tersebut

tergantung dari ekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak menentukan daya

anastesia, zat anastetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial rendah sudah cukup

mampu memberi anastesia yang adekuat.

Stadia anastesia menurut Guedel

Stadia respirasi pupil Depresi


Ritme volume Ukuran Letak
reflek
I: analgesia sampai Tidak Kecil Kecil Divergen Ttidak ada

hilang kesadaran teratur


II : sampai Tidak Besar Lebar Divergen Buli mata,

11
pernafasan teratur, teratur kelopak

otomatis mata
III :

1. Sampai hilang Teratur Besar Kecil Divergen Kulit

gerakan bola mata konjungtiva

2. sampai awal Teratur Sedang ½ lebar Menetap Kornea

parese otot ditengah

pernafasan Teratur Sedang ¾ lebar Menetap Faring

3. sampai lumpuh pause ditengah Peritoneum

otot pernafasan setelah eksp

Tidak Kecil Melebar Menetap Sfingter ani,

4. sampai lumpuh teratur, maksimal ditengah karina

diafragma jerky, insp

cepat dan

memanjang
IV : henti nafas

sampai henti jantung

LOADING CAIRAN

Kebutuhan cairan sehari = 30ml/kgBB X 35 kg = 1050 mlBB

Kebutuhan cairan puasa = jam 1 = 0,5 x 1050= 525 ml

jam 2 = 0,25 x 1050 = 262,5 ml

jam 3 = 0,25 x 1050 = 262,5 ml

TPM = 20 × ∑cairan = 20 x 1050 = 14 tpm

24 x 60 1440

12
Loading cairan 10’ setelah anestesi = 10ml x 35 kg

= 350 ml

Kebutuhan cairan 40’ durante op = 4 ml/kgBB/jam x 40/60

= 4 x 70 x 40/60

= 187 ml

Jadi kebutuhan cairan perioperatif = 350 ml + 187 ml

= 537 ml

13

You might also like