Professional Documents
Culture Documents
Salah satu penyakit yang paling ditakuti selain jantung dan kanker adalah penyakit stroke. Penyakit
stroke merupakan gangguan peredaran darah di otak yang menjadi penyebab kecacatan utama pada
golongan usia di atas 45 tahun. Namun begitu, penyakit ini juga dapat menimpa segala usia dari bayi
sampai usia lanjut. Semakin bertambahnya usia, semakin besar kemungkinan seseorang terkena
penyakit stroke. Pria dan wanita sama-sama punya resiko terkena penyakit stroke.
Yang dimaksud dengan faktor resiko pada penyakit stroke adalah kondisi
yang
dapat membuat seseorang lebih rentan terkena penyakit stroke. Jika
telah
mengenali beberapa faktor resiko ini, maka diharapkan dapat
memperkecil
kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat menyebabkan penderitanya
cacat
bahkan meninggal dunia ini.
Pertolongan pertama
Penatalaksanaan Stroke
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dialami oleh pasien pasca
stroke:
Lumpuh pada salah satu sisi tubuh
Mengalami gangguan berkomunikasi
Mengalami gangguan pada penglihatan
Memiliki emosi yang tidak stabil
Mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti
berjalan,
makan, mandi, berpakaian dan buang air.
Proses Penyembuhan
Rehabilitasi
Menurut dr Farida, serangan stroke terjadi karena perubahan pola hidup. Karena itu untuk mencegah
agar tidak terserang stroke, harus merubah pola hidup dari pola hidup tidak sehat ke pola hidup sehat.
Caranya ialah dengan pola makan sehat, olahraga teratur dan cukup istirahat serta "tahu diri" terhadap
batas kemampuan sendiri.
Ia menyebut lima gejala yang harus diwaspadai atas kemungkinan seseorang terkena stroke. Pertama,
seseorang tiba-tiba merasa kelemahan mendadak, kesemutan pada muka, lengan atau kaki. Kedua, ia
mulai kehilangan kemampuan berkata-kata secara tiba-tiba atau kesulitan memahami perkataan.
Ketiga, ia akan kehilangan penglihatan mendadak terutama sebelah mata atau melihat ganda.
Gejala keempat adalah sakit kepala hebat mendadak yang tidak pernah dirasakah sebelumnya. Dan
kelima adalah kehilangan keseimbangan mendadak terutama bila bersamaan dengan salah satu dari
gejala di atas. "Bila ada salah seorang anggota keluarga yang mengalami kelima gejala itu segeralah
pergi ke dokter. Karena tindakan segera dapat membantu mencegah terjadinya stroke," kata dr Farida.
Masalah kecepatan dalam berobat menjadi penting karena hampir sebagian besar penderita stroke
berakhir dengan kecacatan berupa kelumpuhan kaki dan tangan. "Kondisi ini bisa menimbulkan depresi
bagi penderitanya. Karena dari biasanya bisa jalan kemana-mana harus menggunakan kursi roda dan
tubuh menjadi tidak berdaya," tuturnya.
Melihat bahayanya penyakit stroke, kata dr Farida, malah ada beberapa dokter yang mengusulkan agar
istilah stroke diganti saja dengan "Brain Attack" seperti istilah yang digunakan pada serangan jantung
(Heart Attack) sehingga masyarakat bisa lebih waspada terhadap penyakit stroke. (T-1)
7 Tahapan Terapi Stroke Akut
Salah satu komponen krusial dalam penanggulangan stroke adalah upaya terapi stroke fase akut.
Paradigma lama memandang terapi stroke akut dengan cara pandang “wait and see”, sehingga
penderita yang mengalami serangan stroke dibawa ke rumah sakit hanya jika gejala stroke memberat.
Stroke merupakan penyakit saraf yang paling sering mengakibatkan cacat dan kematian. Di samping
menduduki peringkat utama di antara segolongan penyakit saraf yang mengakibatkan kematian, stroke
juga merupakan salah satu dari tiga penyebab utama kematian pada umumnya.
Sampai saat ini, penderita stroke adalah penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada hampir
semua pusat pelayanan rawat inap penderita saraf. Selain menimbulkan beban ekonomi bagi penderita
dan keluargannya, stroke juga menjadi beban bagi pemerintah dan perusahan asuransi kesehatan. Selain
itu, kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke juga dapat mengakibatkan hilangnya penghasilan
penderita.
Dari berbagai fakta tersebut menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan masalah
utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini,
diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rahabilitasi, dan
promotif.
Menurut dr Saiful Islam SpS dari RSUD dr Soetomo Surabaya, dari berbagai studi klinik telah
disimpulkan bahwa serangan stroke merupakan keadaan darurat yang harus segera ditangani,
sebagaimana penanganan trauma berat atau infark miokard akut. Dengan demikian,”time is brain”
merupakan cara pandang yang lebih tepat dalam terapi stroke fase akut.
Bukan hanya itu, terapi trombolitik pada penderita stroke iskemik akut, misalnya hanya dilakukan
selang waktu tiga jam sejak terjadimnya serangan stroke. Padahal, keberhasilan terapi stroke akut
sangat ditentukan oleh beberapa tahap dan merupakan mata rantai yang saling berkait (“stroke chain
survival and recovery”).
Ada tujuh tahapan terapi stroke akut, tahapan tersebut meliputi: pengenalan gejala dan tanda-tanda
stroke oleh penderita, keluarga atau orang di sekitar penderita, sistem komunikasi yang baik antara
masyarakat dan rumah sakit dan fasilitas pengiriman penderita ke rumah sakit. Berdasarkan hasil
penelitian dinyatakan bahwa pelayanan ambulans darurat merupakan komponen paling signifikan yang
berhubungan dengan kecepatan penderita stroke tiba di rumah sakit.
Yang tidak kalah pentingnya adalah bagian triage dari instalasi rawat darurat, yang harus segera
melakukan evaluasi penderita, termasuk pemeriksaan CT-scan kepala, penentuan diagnosis dan rencana
penanganan, dan pengobatan umum termasuk tindakan bedah bila diperlukan.
Ditambahkan Saiful Islam, sebenarnya masih ada satu mata rantai yang juga amat berpengaruh
terhadap keberhasilan terapi stroke akut, yaitu perlengkapan atau sarana perawatan akut dan
rehabulitasi dini. Dari penelitian yang dilakukan mobilisasi atau latihan dini merupakan faktor
terpenting yang berkaitan dengan keberhasilan terapi.
Model perawatan
Selama ini model perawatan terhadap penderita stroke disamakan dengan perawatan terhadap pasien
dengan penyakit lain, akibatnya lama perawatan di rumah sakit menjadi lebih panjang. Selain itu
penanganan juga menjadi kurang sempurna.
Saat ini telah dilakukan berbagai uji coba model perawatan khusus bagi penderita stroke. Antara lain,
unit perawatan intensif penderita stroke akut, unit rehabilitasi stroke, serta unit perawatan stroke akut
dan rehabilitasi dini.
Dalam penerapan model perawatan khusus bagi penderita stroke, unit ini dikendalikan oleh tim
multidispliner yang melibatkan berbagai bidang keahlian, mulai dari dokter spesialis saraf, paramedik,
ahli gizi, terapist, pekerja sosial dan bidang-bidang lain yang terkait dengan unit rehabilitasi medik
Stop Serangan Ulang, Kendalikan Faktor Risiko
Faktor risiko stroke yang berperan dalam terjadinya serangan stroke telah diketahui dan menjadi dasar
bagi prevensi yang efektif. Diantaranya tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing manis, kadar lemak
darah yang tinggi (hiperlipidemia, baik kolesterol maupun trigliserida), penyakit jantung kegemukan
(obesitas), merokok, gangguan psikis (stress), alkoholik, gangguan peredaran darah otak sepintas. Dari
sekian banyak faktor risiko tersebut, maka hampir 70 persen faktor resiko hipertensi yang
menyebabkan serangan stroke.
Pengobatan atau lebih tepat penatalaksanaan penderita dengan serangan stroke akut, apapun faktor
resikonya haruslah cepat, karena terkait kurun jendela terapi. Pengendalian dan atau penataksanaan
faktor risiko penderita pasca stroke juga penting bagi mencegah serangan ulang stroke.
Apa akibat yang terjadi setelah serangan stroke? Perjalanan penyakit pasca serangan stroke (prognosis)
dapat terjadi berupa, antara lain kematian. Seperti penelitian Fachir 2002 dibagian saraf RSUD-Ulin
menunjukan angka mortalitas sekitar 39,4 persen sembuh tanpa kecacatan, kecacatan (morbiditas) atau
gejala sisa dalam berbagai bentuk, baik gangguan motorik (kelumpuhan/kelemahan,gangguan bicara,
penglihaatan dsb). maupun gangguan sensorik, epilepsi, kepikunan (demensia vaskuler), depresi yang
dapat terjadi karena kecacatannya atau berhubungan dengan lokasi lesi diotak, gangguan fungsi sosial
maupun okupasional.
Dalam kaitan prognosis pasca stroke berupa kecacatan atau gejala sisi inilah kita sering mendengar
istilah disabilitas (disability). Ukuran atau penilaian ketidakcakapan yang sering digunakan bagi
penderita pasca stroke dalam hubungan dengan pekerjaan, jabatan bahkan kegiatan ritual semisal
menunaikan ibadah haji dan lain sebagainya.
Sebenarnya berat atau ringan kecacatan (gejala sisa) yang terjadi pasca stroke. Berapa prosentasi
kelemahan, gangguan bicara, penglihatan yang terjadi atau berapa skor ADL (Activity Daily Living)
untuk melihat kemandirian aktivitas sehari-hari atau skor pemeriksaan Mini Mental (Mini Mental
State) bagi penapisan kepikunan dan lain sebagainya, dihubungkan dengan berat/ringan pekerjaan atau
jabatan dan tanggung jawab yang harus diemban seseorang
MEMBANGUN PERCAYA DIRI DAN KEMANDIRIAN INSAN
PASCA STROKE
19 November 2002
Dari berbagai definisi dapat dikatakan bahwa stroke adalah serangan pada otak yang mendadak dan
menimbulkan gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh karena adanya gangguan aliran darah
yang disebabkan saluran yang tersumbat atau adanya pembuluh darah pada otak yang pecah. Akibat
serangan mendadak ini sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya
dalam waktu yang sangat singkat sel-sel tersebut mati. Kematian sel-sel otak itu akan mempunyai
akibat yang sangat fatal pada penderitanya.
Biarpun peristiwa stroke bisa sangat sederhana dan bangsa kita relatif maju, tingkat pengetahuan
masyarakat Indonesia tentang stroke dan masalahnya masih rendah. Jumlah rumah sakit dan tenaga
profesional yang diharapkan bisa memberikan pelayanan profesional juga masih sangat sedikit. Tidak
semua rumah sakit mempunyai tenaga khusus untuk melayani penderita stroke atau unit pelayanan
yang memadai atau unit pelayanan stroke tersendiri.
Tidak jarang para pasien penderita stroke terpaksa mengakhiri hidupnya secara fatal karena sewaktu
dibawa ke rumah sakit, pasien tidak mendapat pelayanan segera, profesional dan komprehensif. Lebih
dari itu, anjuran terhadap usaha-usaha yang semestinya dapat dikerjakan untuk mencegah stroke,
seperti menganut pola hidup sehat tanpa resiko stroke, misalnya dengan tidak merokok, makan
makanan yang rendah kolesterol, dan apabila mengidap penyakit darah tinggi, atau diabetes, dapat
melakukan kontrol terhadap penyakit itu dengan baik dan rajin, belum menyebar secara luas atau
dianggap bahwa serangan stroke bukan suatu serangan yang bisa mengena masyarakat secara umum,
atau kalau pesan-pesan itu sudah terdengar dan dimengerti, anjuran yang diberikan belum dilakukan
dengan baik.
Berbeda dengan para penderita penyakit lainnya, pada umumnya para penderita stroke mempunyai
tingkat akibat pasca stroke yang berbeda-beda. Mereka yang mendapat serangan stroke relatif ringan
dan segera mendapat penanganan yang komprehensip dan memadai dapat segera pulih kembali hampir
seperti sedia kala. Mereka yang menderita stroke agak berat, dengan penanganan yang komprehensip
dan memadai, dengan terapi pasca stroke yang memuaskan dan berkelanjutan, bisa pulih sampai
kepada keadaan yang relatif memuaskan. Mereka umumnya bisa dengan mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan sekelilingnya. Mereka yang menderita stroke tetapi tidak segera mendapat pelayanan
yang memuaskan bisa mengalami penderitaan yang sangat panjang dan bisa mengakhiri hidupnya
dalam kesengsaraan yang tidak nyaman.
Proses terapi harus dijalani dengan waktu yang panjang. Selama proses itu biasanya mereka bisa sangat
sensitif dan mudah tersinggung. Karena itu para insan pasca stroke memerlukan pengertian, dukungan,
kerjasama, petunjuk profesional, dan pendampingan yang akrab agar bisa mengembalikan rasa percaya
diri, kemampuan mandiri dalam lingkungan keluarganya dan dalam lingkungan masyarakat luas.
Dukungan diperlukan dari teman-teman lain yang mempunyai penderitaan yang sama atau keluarga
dan teman yang mempunyai sensitifitas yang tinggi. Ulangan gerak yang membosankan lebih mudah
dilakukan kalau dilakukan dalam suasana yang tenang dan adanya semangat tambahan yang berasal
dari tingkah laku teman lain yang bisa melakukan gerakan yang sama dengan baik. Kemampuan teman
itu memberi semangat untuk maju dan menolong insan pasca stroke tidak putus asa.
Rupanya pengalaman inilah yang mengantar pembentukan Klub Stroke yang sekarang muncul di
banyak tempat di Indonesia, khususnya di Jakarta, yaitu Klub Stroke yang berinduk pada rumah sakit
atau tempat-tempat pelayanan rehabilitasi. Klub Stroke dapat mendorong anggotanya untuk
mendampingi para insan pasca stroke bergulat menghadapi saat-saat latihan dalam masa rehabilitasi
yang sangat panjang dan membosankan.
Namun kita mengetahui bahwa para insan pasca stroke tidak bisa selalu berada di tempat pelayanan.
Apabila secara mental sudah siap untuk menyatu kembali kepada masyarakat, sebaiknya mereka segera
kembali bergaul dengan masalah-masalah yang biasa dihadapi oleh masyarakatnya. Untuk kembali
kepada masyarakat biasa itu mereka akan menghadapi berbagai masalah. Karena itu setiap insan pasca
stroke yang menyatakan siap untuk kembali ke masyarakat perlu dipersiapkan dengan baik agar tidak
menjadi frustasi yang justru memperberat penderitaan yang telah dialami oleh para insan pasca stroke
tersebut.
Agar proses rehabilitasi bisa lebih efektif dan memungkinkan insan pasca stroke bisa segera mengikuti
proses sosialisasi yang sesungguhnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya, perlu
dikembangkan Klub Stroke yang berbasis keluarga dan masyarakat. Untuk mengembangkan Klub
Stroke seperti ini perlu dikembangkan tiga hal secara serentak dan terpadu. Pertama, keluarga dan
masyarakat sendiri perlu disiapkan untuk menghayati penyakit stroke serta akibat-akibat apa saja yang
dapat ditimbulkannya. Kedua, perlu dikembangkan kesediaan masyarakat untuk bersama-sama akrab
dan menjadi pendamping insan pasca stroke dengan sikap pandang yang positip. Dan ketiga, insan
pasca stroke sendiri perlu disiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala sikap dan tingkah
lakunya yang barangkali tidak bisa selalu sedap terhadap insan pasca stroke.
Klub Stroke berbasis klinik atau anggotanya dapat menjadi pelopor dibentuknya klub stroke berbasis
keluarga dan masyarakat. Mereka dapat membentuk klub stroke di lingkungan keluarganya sendiri,
menyantuni keluarga dengan pengalaman stroke dan akibatnya, serta mempersiapkan anggota
keluarganya untuk menganut pola hidup sehat agar tidak terkena stroke. Klub Stroke keluarga itu dapat
diperluas menjadi klub dengan mengikutsertakan anggota-anggota lain dari lingkungan RT atau RW-
nya agar anggota-anggota itu memperoleh kesempatan untuk memahami kemungkinan serangan stroke
dan akibatnya.
Apabila dipandang perlu bisa saja klub semacam ini tidak mempergunakan nama yang berbau stroke
tetapi memilih nama lain yang lebih keren seperti misalnya “klub otak sehat” yang antara lain bisa
melakukan kegiatan memelihara otak agar tetap sehat, mendapat aliran darah dengan baik serta bisa
menghasilkan karya-karya besar yang menyumbang sebesar-besar kesejahteraan masyarakat. Klub-
klub semacam ini dapat membantu para insan pasca stroke memperoleh kembali kepercayaan dirinya
dan makin mandiri menghadapi masalah aktual di masyarakatnya. (Prof. Dr. Haryono Suyono,
Pengamat Masalah Sosial Kemasyarakatan)-Pengantar-Stroke-25Nop2002.
DEFINISI HIPERTENSI
tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi
di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik).
tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmhg,
dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih,
atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau keduanya.
pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmhg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmhg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut.
sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan
kematian dalam waktu 3-6 bulan.
hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi.
tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. bayi dan anak-anak secara normal
memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa.
tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada
saat tidur malam hari.
meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis.
dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam
darah.
bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. hal ini terjadi
jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari
dalam tubuh. volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
sebaliknya, jika:
- aktivitas memompa jantung berkurang
- arteri mengalami pelebaran
- banyak cairan keluar dari sirkulasi
maka tekanan darah akan menurun.
penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan
sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
perubahan fungsi ginjal
ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
- jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal.
- jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume
darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
- ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang
memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan
kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah.
sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu akan:
- meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari
luar)
- meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola,
tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak)
- mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam
tubuh
- melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung
dan pembuluh darah.
Stroke memang merupakan salah satu penyebab kematian terbesar saat ini, bahkan di Amerika Serikat
stroke dan penyakit-penyakit pembuluh darah merupakan penyebab kematian nomor satu. Stroke
adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak mendapat pasokan oksigen dan
nutrisi yang cukup. Sel-sel otak harus selalu mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar
tetap hidup dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Oksigen dan nutrisi ini dibawa oleh darah yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh darah yang
menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini
terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke.
Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan
kerusakan sel-sel otak. Makin lama penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin
sukar dipulihkan. Sehingga tindakan yang cepat dalam mengantisipasi dan mengatasi serangan stroke
sangat menentukan kesembuhan dan pemulihan kesehatan penderita stroke.
Penyempitan pembuluh darah menuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan pasokan nutrisi ke
otak akan berkurang. Selain itu, endapan zat-zat lemak tersebut dapat terlepas dalam bentuk gumpalan-
gumpalan kecil yang suatu saat dapat menyumbat aliran darah ke otak, sehingga sel-sel otak
kekurangan oksigen dan nutrisi.
Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding
pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic
stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh
darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan atau faktor emosional.
Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya
mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi
kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah tersebut
juga dapat merusak sel-sel otak yang berada di sekitarnya. Walaupun terjadi lebih jarang dari ischemic
stroke, hanya 20 persen dari kasus stroke yang terjadi, namun haemorrhagic stroke lebih serius tingkat
bahayanya dibandingkan ischemic stroke. RIS
1. Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan lema s pada muka, tangan atau kaki,
terutama pada satu bagian tubuh saja.
2. Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti.
3. Satu mata atau kedua mata mendadak kabur.
4. Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan keseimbangan.
5. Mendadak merasa pusing dan sakit k epala tanpa diketahui sebab musababnya.
Selain itu, kemungkinan munculnya tanda-tanda ikutan lain yang bisa timbul dan harus diwaspadai,
yaitu:
Orang yang terkena stroke pada usia muda akan lebih cepat proses pemulihannya dibandingkan dengan
mereka yang terkena stroke pada usia tua. Hal ini disebabkan regenerasi pada orang muda lebih cepat,
sehingga dengan penanganan yang cepat, tepat dan cermat kemungkinan pulih bisa lebih besar.
“Pengalaman kita selama menangani stroke muda, umumnya Recovery mereka lebih bagus sehingga
kemungkinan pulih seperti sediakala bisa lebih besar, dibandingkan mereka yang sudah usia lanjut,”
katanya.
Sementara itu Dr Samino, ahli stroke Rumah Sakit Islam Jakarta yang juga penasehat ahli YASTROKI
mengatakan, saat ini risiko serangan stroke meningkat 10-15 kali. Keadaan ini bila dibandingkan tahun
dengan tahun 1970 yang hanya sekitar 2,5 persen, jelas ada peningkatan yan g cukup tajam, terutama di
daerah perkotaan, sebagai akibat berubahnya pola hidup masyarakat, dan gaya hidup serta berubahnya
pola makan.
Sikap masyarakat yang berubah begitu rupa, yang banyak menimbulkan stres pada masyarakat, juga
menjadi pemicu timbulnya penyakit stroke pada masyarakat. Keadaan ini diperparah dengan perhatian
pemerintah yang belum seluruhnya memberikan perhatian penuh terhadap penyakit yang dapat
menimbulkan kematian ini, yaitu belum diikuti dengan pelayanan yang wajar, karena pelayanan dan
SDM yang tidak siap.
Demikian menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS di Atlanta, Georgia, dalam
laporan mingguan CDC bertajuk Morbidity and Mortality.
'Laporan terbaru mengatakan bahwa hampir 48% dari 167.000 kematian akibat stroke yang terjadi di
tahun 1999 terjadi sebelum mereka sampai ke rumah sakit atau ke uni gawat darurat,' kata Dr. Janet
Croft dari CDC. Tambahan lagi, katanya, hampir 25% kematian karena stroke pada orang yang lebih
muda daripada 65 tahun terjadi sebelum berangkat ke rumah sakit atau gawat darurat.
Menurut Croft, sangat penting mendidik masyarakat mengenal gejala-ge jala dan gejala-gejala dari
stroke. Hal ini mungkin bisa membantu mereka mengatasi dan melakukan tindakan yang efektif dalam
kasus stroke.
Seperti diketahui, stroke merupakan nomor tiga terbesar penyebab kematian, dan sebagai salah satu
penyebab terbesar terjadinya kecacatan pada orang lanjut usia di AS. Menurut catatan CDC, sekitar 500
ribu orang mengalami stroke pertama tiap tahunnya.
Para ahli kesehatan masyarakat mengkhawatirkan banyaknya pria dan wanita di bawah 65 tahun yang
mengalami gejala stroke, tetapi mereka menganggapnya bukan stroke tetapi penyakit lainnya. Mungkin
banyak yang tidak menyadari bahwa mengenali gejala stroke dan mencari bantuan darurat untuk
mengatasinya mungkin bisa mengurangi stroke yang bisa menyebabkan kematian dan kecacatan itu.