You are on page 1of 6

PERKEMBANGAN AGAMA PADA USIA REMAJA DAN DEWASA

PERKEMBANGAN AGAMA PADA USIA REMAJA DAN DEWASA

I. PENDAHULUAN
Dalam perkembangan manusia mulai dari prenatal hingga lanjut usia mengalami perkembangan
agama yang selalu mengikuti seperti pada saat manusia itu dilahirkan pasti akan mengikuti
agama yang dianut oleh orang tuanya karena hanya orang tuanya yang menjadikan anak itu
islam, majusi, yahudi atau nasrani tetapi ketika manusia itu sudah menginjak usia remaja maka
dia akan mulai berpikir secara mandiri bagaimana cara mengimplementasikan ajaran agama yang
dianutnya dalam khidupan sehari-harinya hingga dia menginjak usia dewasa maka dia akan lebih
matang dalam beragama. Dalam makalah ini kami mencoba memaparkan bagaimana
perkembangan agama pada usia remaja dan dewasa.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Pengertian remaja dan dewasa
B. Perkembangan fisik dan psikis pada remaja dan dewasa
C. Perkembangan keberagamaan pada remaja dan dewasa
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja dan dewasa
E. Metode penanaman nilai-nilai agama pada remaja dan dewasa.

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian remaja dan dewasa
Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adoloscentia yang berarti remaja)
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik. Kata itu mengandung aneka kesan, ada yang berkata bahwa remaja
merupakan kelompok yang potensinya dapat dimanfaatkan dan kelompok yang bertanggung
jawab terhadap bangsa dalam masa depan. Masa remaja merupakan masa perkembangan menuju
kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. Masa remaja kadang panjang kadang
pendek tergantung lingkungan dan budaya di mana remaja itu hidup.
Istilah adult berasal dari kata kerja latin seperti juga adolescene – adolescere yang berarti tumbuh
menjadi dewasa akan tetapi kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata adultus
yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat. Masa dewasa terbagi
menjadi tiga bagian yaitu:
Masa dewasa dini, dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun saat perubahan-
perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
 Masa dewasa madya, dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun yakni saat baik
menurutnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
Masa dewasa lanjut (senescence), dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu
ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun.

B. Perkembangan fisik dan psikis pada remaja dan dewasa


Perkembangan fisik pada remaja mengalami perkembangan dengan cepat lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan fisik mereka terlihat
jelas pada tungkai kaki dan tangan, otot-otot tubuh bekembang pesat sehingga kelihatan bertubuh
tinggi tetapi kepalanya masih mirip anak-anak. Pada pria akan nampak hal-hal seperti: (a)
timbulnya rambut di daerah alat kelamin ‘public hair’; (b) timbulnya rambut di ketiak ‘axillary
hair’ seringkali tumbuh rambut di lengan, kaki dan dada; (c) kulit menjadi lebih kasar; (d)
kelenjar yang menghasilkan lemak di kulit ‘sebacious’ menjadi aktif sehingga timbul banyak
kukul ‘jerawat’; (e) kelenjar keringat bertambah besar dan aktif sehingga banyak keringat keluar;
(f) otot tubuh, kaki dan tangan membesar; (g) timbulnya perubahan suara pada umur kurang
lebih 13 tahun suara mulai membesar. Sedangkan pada wanita akan nampak hal sebagai berikut:
(a) Perkembangan pinggul yang membesar dan menjadi bulat disebabkan oleh membesarnya
tulang pinggul ‘pelvis’; (b) perkembangan buah dada; (c) timbulnya rambut di daerah kelamin;
(d) timbulnya rambut di ketiak; (e) kelenjar sebaceous menjadi lebih besar dan aktif yang
menyebabkan timbulnya jerawat; (f) kelenjar keringat menjadi lebih aktif; (g) tumbuhnya rambut
di lengan dan kaki.
Perkembangan psikis pada remaja meliputi beberapa hal yaitu: (a) ingin diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri, ia tidak mau selalu diperlakukan sebagai anak-anak,
mereka suka mencetuskan perasaannya jika dianggap perlu sampai memberontak tetapi belum
dapat dikatakan menentang kewibawaan orang tua atau gurunya segera setelah kejadian itu
biasanya mereka ingin damai kembali; (b) mereka menganggap kekuasaan orang tua sebagai
suatu hal yang sudah semestinya asalkan orang tua bertindak bijaksana, mereka membutuhkan
pimpinan yang jujur, tegas dan tindakannya tidak menyinggung rasa harga dirinya; (c) tidak
begitu saja menerima segala sesuatu, perbuatan buruk dipandang buruk karena perbuatan itu
merugikan dirinya sendiri bukan karena bentuk perbuatan itu memang buruk adanya; (d)
perasaan harga diri semakin kuat, keberanian melewati batas, suka menyombongkan diri, sering
bertindak tidak sopan dan gemar akan pengalaman yang luar biasa.
Perkembangan fisik dan psikis pada usia dewasa pada awal masa dewasa kemampuan fisik dan
psikis mencapai puncaknya dan sekaligus mengalami penurunan selama periode ini. Dalam
pembahasan berikut akan diuraikan beberapa gejala penting dari perkembangan fisik dan psikis
yang terjadi selama masa dewasa yang meliputi kesehatan badan, sensori dan perseptual serta
otak.
 Kesehatan badan, mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun individu memiliki kekuatan yang
besar gerak reflek mereka sangat cepat. Sejak usia 25 tahun perubahan fisik dan psikis mulai
terlihat secara berangsur-angsur kekuatan fisik dan psikis mengalami kemunduran sehingga lebih
mudah terserang penyakit. Pada masa tua atau dewasa akhir sejumlah perubahan pada fisik dan
psikis semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik
dan psikis yang telihat pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang
dan beruban, kulit mengering dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah
berubah, tulang belakang menjadi bungkuk, kekuatan dan ketangkasan fisik dan psikis
berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh mudah patah dan lambat untuk dapat diperbaiki.
Perkembangan sensori, pada usia antara 40 dan 59 tahun daya akomodasi mata mengalami
penurunan paling tajam. Sementara itu pendengaran juga mengalami penurunan pada usia sekitar
40 tahun. Selanjutnya pada masa dewasa akhir perubahan-perubahan sensori fisik dan psikis
melibatkan indra penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan peraba. Retina orang tua usia
65 tahun hanya mampu menerima jumlah cahaya sepertiga dari jumlah cahaya yang
diperolehnya pada usia 20 tahun. Demikian juga halnya dengan pendengaran diperkirakan sekitar
75 % dari orang usia 75 sampai 79 tahun mengalami berbagai jenis permasalahan pendengaran
dan sekitar 15 % dari populasi di atas usia 65 tahun mengalami ketulian yang biasanya
disebabkan oleh kemunduran selaput telinga. Sementara itu penurunan juga terlihat dalam
kepekaan terhadap rasa dan bau, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lama
dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan asin.
 Perkembangan otak, mulai masa dewasa awal sel-sel otak berangsur-angsur berkurang.
Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa diantaranya disebabkan oleh pukulan kecil,
tumor otak atau karena terlalu banyak minum minuman beralkohol.

C. Perkembangan keberagamaan pada remaja dan dewasa


Perkembangan agama pada remaja ditandai dengan tingkah remaja yang berpendapat bahwa
agama adalah omong kosong, mengingkari pentingnya agama dan menolak kepercayaan-
kepercayaan terdahulu. Beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya anatara lain:
Perkembangan pikiran dan mental, ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja
dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik lagi bagi mereka. Sifat kritis terhadap
ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah
kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-nornma kehidupan lainnya. Agama yang ajarannya
bersifat lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran
agamanya. Sebaliknya agama yang ajaranya kurang konservatif-dogmatis dan agak liberal akan
mudah merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja sehingga mereka banyak
meninggalkan ajaran agamanya.
 Perkembangan perasaan, berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja, perasaan
sosial, etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati kehidupan yang terbiasa dalam
lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup
yang religius pula. Sebaliknya bagi mereka yang kurang mendapat pendidikan dan siraman
ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan seksual. Karena masa remaja merupakan
masa kematangan seksual didorong perasaan ingin tahu remaja lebih mudah terperosok ke arah
tindakan seksual yang negatif.
Perkembangan sosial, dalam kehidupan beragama mereka timbul konflik antara pertimbangan
moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu karena kehidupan duniawi
lebih dipengaruhi kepentingan akan materi maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk
bersikap materialis.
Perkembangan moral, para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha untuk mencari
proteksi. Tipe moral yang terlihat pada para remaja mencakup: (a) self directive ‘taat terhadap
agama’; (b) adaptive ‘mengikuti situasi lingkungan’; (c) submissive ‘keraguan terhadap ajaran
agama’; (d) unadjusted ‘belum meyakini kebenaran ajaran agama’; (e) deviant ‘menolak dasar
agama’.
 Sikap dan minat, remaja terhadap masalah agama boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini
tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
Ibadah, pandangan remaja tentang ibadah diungkapkan sebagai berikut: (a) mereka
sembahyang karena mereka yakin Tuhan mendengar dan akan mengabulkan doa mereka; (b)
sembahyang dapat menolong mereka meredakan kesusahan yang mereka derita; (c) sembahyang
menyebabkan mereka menjadi senang sesudah menunaikannya; (d) sembahyang meningkatkan
tanggung jawab dan tuntutan sebagai anggota masyarakat; (e) sembahyang merupakan kebiasaan
yang mengandung arti penting.
Perkembangan keberagamaan pada orang dewasa jauh lebih mantap ke dalam bentuk tekun
beribadah dengan ikhlas. Maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: (a) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang bukan sekedar ikut-ikutan; (b) cenderung bersifat realis sehingga norma-norma agama
lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku; (c) bersikap positif terhadap ajaran dan
norma-norma agama, berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan;
(d) tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab hingga sikap
keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup; (e) bersikap lebih kritis terhadap materi
ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran juga
didasarkan atas pertimbangan hati nurani; (f) terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami dan melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.

D. Faktor-yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja dan dewasa


Jiwa keagamaan juga mengalami proses perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan.
Dengan demikian jiwa keagamaan tidak luput dari berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi
perkembangannya. Pengaruh tersebut baik yang bersumber dari dalam diri seseorang (intern)
maupun yang bersumber dari faktor luar (ekstern).
1. Faktor intern
Secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
keagamaan antara lain:
 Faktor kognitif, mengacu pada remaja yang memiliki mental masih abstrak, mereka hanya
mengkaji isu-isu agama dengan berpatokan pada dasar-dasar agama tanpa memperdalaminya
lebih lanjut.
Faktor personal, mengacu pada konsep individual dan identitas, individual maksudnya
seseorang itu selalu menyendiri sedangkan identitas maksudnya proses menuju pada kestabilan
jiwa.
Faktor hereditas, perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa
bersalah dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama maka
akan timbul rasa berdosa dan perasaan seperti ini yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa
keagamaan seseorang.
Tingkat usia, pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual
mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan kondisi
yang dialami para remaja ini menimbulkan konflik kejiwaan yang cenderung mempengaruhi
terjadinya konversi agama. Bahkan pada usia adolesensi sebagai rentang umur tipikal terjadinya
konversi agama meskipun konversi cenderung dinilai sebagai produk sugesti dan bukan akibat
dari perkembangan kehidupan spiritual seseorang.
 Kepribadian, dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki perbedaan dalam
kepribadian dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek
kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Di luar itu dijumpai pula kondisi kepribadian yang
menyimpang seperti kepribadian ganda dan sebagainya kondisi seperti ini juga ikut
mempengaruhi perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.
Kondisi kejiwaan, seorang yang mengidap schizoprenia akan mengisolasi diri dari kehidupan
sosial serta persepsinya tentang agama akan dipengaruhi oleh berbagai halusinasi. Demikian pula
pengidap phobia akan dicekam oleh perasaan takut yang irasional sedangkan penderita infantil
autisme (berperilaku seperti anak-anak) akan berperilaku seperti anak-anak di bawah usia
sepuluh tahun.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari
lingkungan di mana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga
yaitu:
Lingkungan keluarga, konsep father image (citra kebapaan) menyatakan bahwa perkembangan
jiwa keagamaan dipengaruhi oleh citra terhadap bapaknya. Kehidupan keluarga menjadi fase
sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan. Pengaruh kedua orang tua terhadap
perkembangan jiwa keagamaan dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu
sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut kedua orang tua diberikan
beban tanggung jawab. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan
dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.
Lingkungan institusional, yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa kegamaan dapat
berupa institusi formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan
dan organisasi. Kurikulum, hubungan guru dan murid serta hubungan antar teman dilihat dari
kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut
berpengaruh sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagaman tidak dapat dilepaskan dari
upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari
pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
Lingkungan masyarakat, yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif
bagi perkembangan jiwa keberagamaan sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan
nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh dalam pembentukan
jiwa keagamaan warganya.

E. Metode penanaman nilai-nilai agama pada remaja dan dewasa


Ada banyak metode-metode untuk menanamkan nilai agama pada remaja dan dewasa yang
terdiri atas:
1. Metode penanaman nilai agama sejak dini
Rasulullah bersabda bahwa setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah
yang menjadikan dia majusi, nasrani atau yahudi. Jadi jika anak ditanamkan nilai agama sejak
dini maka ketika dia menginjak usia remaja akan memiliki aqidah agama yang kuat apabila
lingkungan sekitarnya terutama orang tua memberikan stimulus positif. Ketika dia menginjak
usia dewasa maka dia akan lebih mantap pada aqidah agama yang dipeluknya.
2. Metode penanaman nilai agama lewat pembiasaan diri
Setiap orang pasti memiliki kebiasaan yang dilakukannya secara terus menerus dan tanpa
disadari sehingga kadang-kadang orang berpikir mengapa melakukan kegiatan itu sedangkan
dalam pikirannya tidak ada niatan untuk melakukan kegiatan itu. Jadi bagaimana membiasakan
kebiasaan yang positif, hal ini dapat dilakukan apabila lingkungan sekitar terutama orang tua
menanamkan nilai-nilai positif sejak dini sehingga hal itu dapat menjadi kebiasaan setiap hari.
3. Metode pendekatan analisis nilai
Memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan remaja dan dewasa untuk berpikir
secara positif serta mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Kemudian mereka diberikan
keleluasaan untuk beraktifitas serta menilai apakah yang dilakukannya itu bermanfaat bagi orang
lain atau tidak sehingga mereka dapat mengintropeksi diri dan biarkan diri mereka sendiri yang
menilai.
4. Metode penanaman nilai agama lewat pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik dari ungkapan ini dapat diambil kesimpulan bahwa
setiap orang itu pasti memiliki pengalaman yang berbeda dari pengalaman tersebut metode ini
mencoba menanamkan nilai-nilai agama lewat pengalaman. Orang yang ceroboh pasti tidak akan
mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya dan seorang muslim sejati tidak akan
terjerumus pada lubang yang sama.

IV. KESIMPULAN
Remaja dan dewasa pada dasarnya adalah suatu perkembangan fisik dan psikis pada manusia
yang saling berkesinambungan akan tetapi dalam perkembangan agamanya antara remaja dan
dewasa memiliki perbedaan, jika remaja tingkat keberagamaannya masih labil artinya belum
dapat mengaplikasikan ajaran agama secara mendalam dan mantap berbeda dengan orang
dewasa yang sudah memiliki jiwa yang stabil maka dalam mengaplikasikan ajaran agama
mereka lebih mantap dan kritis terhadap agama yang dipeluknya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja dan dewasa juga sangat berbeda. Jka
remaja masih dipengaruhi dengan lingkungan sekitar sedangkan dewasa dipengaruhi oleh
organisasi atau tokoh-tokoh yang mereka anggap memiliki pengaruh pada agama.

V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami sajikan sebagai bahan pertimbangan nilai tugas mid semester. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sebagai bahan acuan untuk
perbaikan makalah kami. Semoga makalah yang kami paparkan ini dapat bermanfaat.

You might also like