Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Widya Ayu Puspita, SKM., M.Kes
Pemerhati Pendidikan Anak Usia Dini
Bermain adalah dunia anak dan bukan hanya sekedar memberikan kesenangan, akan
tetapi juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi anak. Lewat kegiatan bermain
yang positif, anak bisa menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi penginderaannya,
menjelajahi dunia sekitarnya, dan mengenali lingkungan tempat ia tinggal termasuk
mengenali dirinya sendiri.
Kemampuan fisik anak semakin terlatih, begitu pula dengan kemampuan kognitif dan
kemampuannya untuk bersosialisasi. Dalam bahasa sederhana, bermain akan
mengasah kecerdasannya.
Metode sentra dan lingkaran merupakan salah satu metode pembelajaran dalam
pendidikan anak usia dini yang mengedepankan konsep bermain bagi anak, sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya optimal. Dalam metode ini, alat-alat dan bahan-
bahan main dikelompokkan dalam beberapa sentra sesuai dengan kebutuhan.
Sentra persiapan merupakan salah satu sentra yang mengasaha kemampuan kognitif
dan motorik halus pada anak. Dengan demikian, saya menyambut baik kehadiran
bahan belajar ini sebagai pendukung bagi pendidik anak usia dini dalam
mengembangkan sentra persiapan lebih lanjut. Bermain bukan hanya sekadar
memberikan kesenangan, tapi juga bermanfaat besar bagi anak. Lewat kegiatan
bermain yang positif, anak bisa menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi
penginderaannya, menjelajahi dunia sekitarnya, dan mengenali lingkungan tempat ia
tinggal termasuk mengenali dirinya sendiri. Kemampuan fisik anak semakin terlatih,
begitu pula dengan kemampuan kognitif dan kemampuannya untuk bersosialisasi.
Dalam bahasa sederhana, bermain membuatnya mengasah kecerdasannya.
Setiap anak pada dasarnya cerdas. Akan tetapi, kecerdasan tidak semata-mata merujuk
kepada kecerdasan intelektual saja, atau lebih dikenal dengan istilah IQ. Ada pula
kecerdasan majemuk (multiple intelligences) seperti kecerdasan bahasa, logika
matematika, visual spasial, musik, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, natural dan
moral. Setiap anak memiliki kesembilan kecerdasan ini meski dengan taraf yang
berbeda-beda.
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengembangkan
potensi dan multiple intelligences anak karena melalui kegiatan bermain ia akan lebih
mudah menyerap informasi dan pengalaman.
Dengan bermain, berdasarkan riset penelitian yang ada, anak ternyata menjadi lebih
cerdas, emosi dan kecerdasan anak pun meningkat. Anak juga jadi lebih peka akan
kebutuhan dan nilai yang dimiliki orang lain. Bermain bersama teman juga
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk menyesuaikan perilaku mereka
dengan orang lain. Hebatnya lagi, anak juga mampu menghargai perbedaan di antara
mereka.
Bermain merupakan jendela perkembangan anak. Lewat kegiatan bermain aspek
perkembangan anak bisa ditumbuhkan secara optimal dan maksimal. Membiarkan
anak-anak usia pra sekolah bermain telah terbukti mampu meningkatkan
perkembangan mental dan kecerdasan anak, bahkan jika anak tersebut mengalami
malnutrisi.
Lancet Medical Journal baru-baru ini menyebutkan bahwa ada beberapa penelitian
yang menemukan kaitan antara kecerdasan dan kegiatan bermain anak. Program
kegiatan bermain untuk anak-anak kekurangan gizi di Bangladesh terbukti
meningkatkan IQ mereka sampai 9 poin (Sally McGregor, 2006) dari Institute of
Child Health at University College London. Malnutrisi atau kekurangan gizi sudah
suatu masalah, namun malnutrisi tanpa stimulasi bagi perkembangan mental
merupakan masalah yang jauh lebih besar. Juga dilaporkan dalam jurnal tersebut
bahwa lebih dari 200 juta anak miskin di dunia kekurangan gizi. Sekitar 89 juta di
antaranya ada di Asia Selatan dan 145 juta lainnya ada di negara India, Nigeria,
China, Bangladesh, Ethiopia, Pakistan, Congo, Uganda, Tanzania, dan Indonesia.
Disimpulkan oleh para periset bahwa untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak
miskin tersebut bisa dilakukan dengan tindakan intervensi sederhana, yakni
mendorong anak-anak untuk banyak bermain di rumah serta tentu saja meningkatkan
kadar gizi mereka. Selama ini masyarakat terlalu memfokuskan untuk mengurangi
angka kematian, tapi mereka sering lupa kalau banyak anak-anak yang terancam tidak
bisa mencapai kecerdasan optimal, setelah duduk di kelas 5 atau 6 SD, kesempatan
mereka untuk memperbaikinya sudah tipis.
Ditambahkan oleh Mc. Gregor, 2006, di sebuah daerah di Jamaica, anak-anak dari
keluarga miskin diberi bantuan mainan yang bisa dimainkan sendiri di rumah, lalu
perkembangan mereka dipantau sampai berusia 18 tahun. Tingkat IQ mereka lebih
baik, kemampuan bacanya baik dan jarang yang drop-out dari sekolah, selain itu
kesehatan mental anak-anak itu juga baik, mereka tidak depresi dan lebih percaya diri.
Sudah saatnya apabila kita semua, terutama para orang tua menyadari bahwa kegiatan
bermain bukanlah kegiatan tak berguna dan hanya membuang waktu. Bermain selain
merupakan hak asasi anak, juga diperlukan untuk meningkatkan kemampuan mereka
(Kompas, 05 Januari 2007).
Selama ini perkembangan kecerdasan anak hanya dipandang dari kecerdasan
intelektual saja, namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan para peneliti
kecerdasan memunculkan teori baru tentang multiple intelligence. Teori tersebut
menjadi dasar bagi beragamnya metode pembelajaran baik formal maupun non
formal. Ragam metode pembelajaran tersebut bisa dilihat dari maraknya sekolah yang
memunculkan berbagai keunggulan sekolah. Pada dasarnya metode belajar baik
formal maupun non formal mengacu kepada bagaimana si anak dapat berkembang
sesuai dengan minat dan bakatnya. Tugas pendidik dan orang tua adalah membidani
pengetahuan yang sudah ada dalam diri anak agar tereksplorasi secara alamiah.
Pendidikan bagi anak usia dini seharusnya dapat menyeimbangkan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik serta memberikan pendidikan dari segi moral dan sensitivitas
anak terhadap permasalahan sosial. Permainan yang disajikan bagi anak usia dini
harus lebih kreatif lagi. Seiring dengan perkembangan budaya, permainan yang
berkembang dalam diri anak sudah bergeser. Tidak salah jika anak sudah
meninggalkan permainan tradisional daerah karena budaya permainan yang berbasis
teknologi terus berkembang. Untuk itu tetap harus memperkenalkan permainan
tradisional daerah, selain anak mempunyai variatif permainan juga untuk mewariskan
khazanah budaya yang berjuta pesona.
Untuk memfasilitasi anak agar memiliki kesempatan bermain yang cukup, pendidikan
anak usia dini salah satunya dikembangkan dengan menggunakan metode sentra dan
lingkaran yang diadopsi dari metode BCCT (Beyond Centre and Circle Time). Dalam
metode ini, pembelajaran dibagi dalam bentuk sentra. Salah satu sentra yang ada
adalah sentra persiapan. Sentra ini merupakan ”bengkel kerja” bagi anak-anak guna
mengoptimalkan kemampuan keaksaraan pada anak sejak dini.
engkajian teoritis dapat secara langsung atau ...