Professional Documents
Culture Documents
G. Morris-Stiff FRCS
Research Fellow,
Welsh Transplantation Research Group,
Department of Surgery,
University of Wales College of Medicine,
Cardiff, Wales
FARMEDIA
TEKNIK BEDAH UMUM
(Basic Surgical Operations)
CHURCHILL LIVINGSTONE
An imprint of Harcourt Publishers Limited
© Harcourt Publishers Limited 2000
© Farmedia (Indonesian version) 2001
© 2001 Farmedia
Telp : 021-46825765 ; email: farmedia@centrin.net.id
A training in surgery is very much an appren- Unlike other books on operative surgery, this one
ticeship and requires the trainee to spend long is designed to be portable to allow you to carry
periods in the operating theatre, observing what it on your person whilst going about your daily
is done and assisting other surgeons to do it. duties.
When it is judged your time to perform the op-
eration you will be assisted by someone more To achieve this goal, the text has been kept to a
senior for the first few occasions. After that you minimum and only the more important aspects
may well be on your own and although you will of each operation are discussed. As a conse-
be familiar with the basic manoeuvres of the quence the diagnostic features of the condition
operation, there will be nobody to remind you and appropriate preoperative investigations, al-
of the order in which they are done and to point though important, have been omitted.
out the tricks which can make the operation
easier to perform. Our book is an attempt to rem- The scope of the book is aimed to cover the pe-
edy this by serving as an aide memoire to which riod from the first basic surgical training post up
you can refer before commencing an operation. to the third year of the specialist registrar train-
ing. As such it covers many operations .regarded
Very few of the procedures are original for they by the trainee as being mundane but which are
have been accrued over many years from col- often poorly performed.
leagues, both senior and junior. Nor are these We have chosen not to include proprietary
operations exclusive, for there are many varia- names of sutures or eponymous instruments (un-
tions that give just as good results. The tech- less one is invaluable) as there are many alter-
niques described here are those that we have natives available.
come to prefer and continue to practise.
M. E. Foster
G. Morris-Stiff 2000
iii
DAFTAR ISI
INDEKS 125 iv
1
MULAI
DAN
AKHIR
OPERASI
1
PERSIAPAN OPERASI
3
1 INSISI
Syarat insisi adalah memberikan akses yang baik dan angka komplikasi lebih tinggi- hernia
MULAI DAN AKHIR
dengan angka kegagalan rendah di samping insisional melalui insisi Kocher sukar sembuh.
tidak berpengaruh buruk terhadap kosmetik.
Pilihan insisi yang benar adalah yang Pada laparotomi emergensi di mana diagnosis
memberikan paparan terbaik untuk masing- belum jelas, insisi median lebih disukai, dengan
masing operasi. Oleh karena itu banyak cara pusat pada umbilikus (the ‘incision of indecision’
untuk memasuki rongga peritoneum, tergantung atau registrar’s incision). Ini mudah dibuka ke
pada organ dan jenis operasinya. atas dan ke bawah, tergantung pada temuan
Beberapa insisi abdomen untuk pembedahan selama operasi, sehingga memberikan akses
elektif diperlihatkan di bawah. optimal.
Insisi median (midline) memungkinkan akses Setelah memilih insisi yang sesuai, pisahkan
cepat, dengan kehilangan darah minimum dan kulit dan jaringan subkutan, dengan meng-
mudah ditutup. Insisi paramediana perlu waktu hindari banyak irisan ke dalam lemak yang
lebih lama untuk mengerjakan dan menutup bisa menyebabkan nekrosis. Sering ada
serta kehilangan darah sedikit lebih banyak manfaat untuk mengangkat pinggir kulit saat
namun angka komplikasi lebih rendah. Insisi anda memotong ke aponeurosis.
transversal bisa dengan memotong otot (misal Dalam hal insisi mediana, linea alba bisa dikenali
Kocher) atau memisah otot (misal Lanz) tetapi dengan adanya serabut-serabut yang terjalin dan
walaupun memberikan akses yang baik, tampak saat lemak dibersihkan. Pisahkan linea
memerlukan waktu operasi lebih lama. Di alba sesuai panjang insisi kulit.
4 samping itu, kehilangan darah lebih banyak
INSISI 1
Gbr 1.4
sebelum setiap prosedur abdomen. Diperlukan raba duodenum. Palpasi hati, kandung empedu
kecermatan karena patologi yang tidak terduga dan ginjal kanan. Berjalan ke bawah sepanjang
sebelumnya sering terungkap. Mulai dari hiatus kolon kanan ke sekum kemudian taruh satu
esofagus dan telusuri arah berlawanan jarum tangan di rongga panggul. Gerakkan ke atas
jam. kolon sigmoid sampai kolon desenden dan ketika
mencapai fleksura lienalis, raba limpa dan ginjal
kiri. Selesaikan sirkuit sebelah luar dengan
palpasi sepanjang kolon transversum dan jangan
lupa pankreas serta aorta. Kemudian, jalan terus
ke usus halus dan sirkuit dalam. Mulai dari
ligamen Treitz dan dengan seksama palpasi
sepanjang jejunum dan ileum sampai anda
mencapai sekum.
6
PENUTUPAN LUKA 1
Teknik ‘mass-suture’ yang menggabung perito- Jahitan klasik semua lapisan dengan
neum dan linea alba sering dilakukan dan lebih menambahkan rubber atau plastic sleeves
cepat dan sama efektifnya dengan menutup adalah tidak efisien, bahkan bisa merusak kulit
masing-masing lapisan sepanjang kaidah-kaidah dan efek kosmetiknya buruk. Oleh karena itu
tertentu dipatuhi. cara ini sebaiknya dihindari. Pasien-pasien yang
Benang harus memiliki ukuran 0 atau 1 dan lemah dan kurang gizi, mengalami distensi ab-
terbuat dari bahan yang tidak diserap, bisa loop domen atau sedang mendapat steroid sering
atau single-stranded (utas tunggal). Jarak antar memerlukan penutupan luka yang lebih kuat
jahit adalah 1 cm. Dan mulai jahitan dari 1 cm dengan jahitan terputus rangkap dua (jauh dan
ujung luka, dan berjalan vertikal sepanjang dekat) sebagaimana dilukiskan oleh Profesor
dinding abdomen. Dengan menggunakan teknik L.E. Hughes.
ini panjang benang jahit yang digunakan harus
paling sedikit empat kali panjang luka operasi
(kaidah Jenkin).
Gbr 1.7
Rangkap dua
sederhana
Banyak cara menutup insisi kulit dan setiap
dokter bedah memiliki teknik yang disukainya.
Untuk kebanyakan luka operasi, penutupan
subkutis mungkin dilakukan dan menghasilkan
efek kosmetik yang baik. Benang ukuran 2/0
yang tidak berwarna dan bisa diserap lebih
disukai karena tidak perlu dilepas dan tidak
mengubah warna kulit. Cara lain mencakup
benang subkutis yang tidak diserap atau staple.
Jahit
matras
vertikal
Jahit
subkutis
Gbr 1.9
45o
Gbr 1.13
Gbr 1.11
9
1 LAPAROSKOPI
Teknik ini bisa digunakan rutin tetapi sangat Periksa posisi yang tepat dengan melepas keran
MULAI DAN AKHIR
berguna bila ada operasi abdomen sebelumnya. gas dan mendengar bocornya CO2 dari rongga
Dengan perlahan, lakukan insuflasi dengan CO2 peritoneum. Lekatkan laparoskop dan kamera.
( 1L/menit), perhatikan tekanan intra-abdomen Jika tempat trokar terlihat berdarah, cukup
tidak melebihi 0-5 mmHg. Perkusi abdomen lakukan penekanan lokal. Cara lain adalah
untuk mengusahakan distensi abdomen simetris. memasukkan benang melalui jarum besar dan
Tambah aliran jika semua di atas memuaskan, ikat pembuluh darah pada titik perdarahan.
sehingga mempertahankan tekanan sekitar 13-
15 mmHg. Volume total gas bervariasi tetapi 4-5 Jika terus berdarah, masukkan kateter Foley, tiup
L biasanya sudah cukup. balon dan tahan dengan traksi.
Insersi Trokar
Gbr 1.15
Gbr 1.14
10
LAPAROSKOPI 1
Pokok-pokok penting
11
1 DIATERMI
Diatermi adalah cara menghentikan perdarahan letusan bervoltase tinggi. Karena arus dimatikan
(hemostasis) yang cepat dan berguna. Kerjanya untuk beberapa waktu bila diatermi disetel untuk
MULAI DAN AKHIR
berdasarkan prinsip bila arus berjalan melalui koagulasi, lebih sedikit energi listrik yang
konduktor, sebagian energi listrik berubah dikenakan ke jaringan. Kombinasi kedua efek
menjadi energi thermal (panas). Jumlah panas menghasilkan arus campuran.
yang dihasilkan berbanding terbalik dengan vol-
ume jaringan yang dilalui arus. Jadi, kepentingan Diatermi bipolar
diatermi adalah kontak dengan diatermi pad.
Dengan bentuk diatermi ini pemindahan arus
Ada dua jenis diatermi, yakni monopolar dan bi- terjadi antara ujung-ujung dua elektroda kecil
polar. sehingga tidak terdispersi melalui pasien.
Diatermi monopolar
Kabel aktif/dispersif
Diatermi monopolar adalah bentuk yang paling
Unit diatermi
dikenal oleh dokter bedah. Diatermi ini terdiri atas
suatu elektroda yang bisa menghasilkan Dua elektroda
densitas arus yang tinggi; plate untuk pasien; kecil aktif
dan kabel dispersif.
Kabel aktif
Unit diatermi
Elektroda aktif
Diatermi bipolar
Gbr 1.17
1. Selalu awasi dan usahakan penempatan pad (bantalan) yang benar. Ini adalah tanggung jawab legal
dari dokter bedah dan bukan perawat.
2. Pastikan bahwa mesin diservis sesuai rekomendasi pabrik. Walaupun dikatakan aman, kebakaran
alat masih bisa terjadi.
3. Jika pasien memakai alat pacu jantung, coba dan selalu hindari diatermi monopolar. Jika harus
digunakan, letakkan plate sejauh mungkin dari alat pacu jantung dan heart rate dipantau.
4. Ada potensial untuk sediaan-sediaan pembersih yang mengandung alkohol bisa menyala dan membakar
duk-oleh karena itu jangan terlalu banyak larutan dibiarkan berkumpul pada duk.
5. Jangan mencoba melakukan diatermi pada titik perdarahan di sesuatu organ dengan tangkai panjang,
misal testis, karena arus akan menyebabkan pemanasan dan ini bisa mengakibatkan trombosis
pembuluh darah.
6. Jangan aktifkan diatermi sebelum ujung instrumen mencapai posisi yang diinginkan. Pada pembedahan
terbuka, diatermi disimpan dalam insulated quiver ; akan tetapi pada bedah laparoksopi, ujungnya
mungkin masih berada di daerah operasi dan menyebabkan terbakar.
7. Pada diatermi laparoskopi, selalu periksa insulasi adanya retakan, karena ini bisa memaparkan elektroda
aktif dan menyebabkan terbakar tanpa terlihat di medan operasi
8. Direct coupling (instrumen dengan instrumen) terjadi pada bedah laparoskopik jika diatermi berkontak
dengan instrumen kedua ketika pedal diaktifkan. Ini bisa mengakibatkan kerusakan jaringan tanpa
diketahui. Capacitance coupling adalah suatu fenomena yang terjadi sekitar tempat trokar bila bahan
trokar diselang-seling antara plastic sleeve dan port logam. Insersi diatermi menghasilkan kapasitor
yang menyimpan muatan listrik sebelum menembak ke kulit sekeliling.
9. Risiko lebih lanjut dari bedah laparoksopik adalah panas yang tersimpan. Untuk tidak terbakar jangan
biarkan ujung diatermi berkontak terus menerus dengan jaringan dan selalu lepas instrumen bila
sedang tidak digunakan.
13
2
NODUS, NODULUS
DAN LAIN-LAIN
15
2 EKSISI LESI KULIT
Indikasi Insisi penting dilakukan sesuai arah garis
NODUS, NODULUS
Persiapan
Prosedur
Gbr 2.1
Pokok-pokok penting
1. Bila ada kecurigaan karsinoma sel basal dan sel skuamosa, pastikan seluruh lesi dieksisi
2. Dalam mengirim spesimen, selalu jahit satu ujung dan buat sketsa lesi untuk ahli patologi karena ini
akan membantu dalam komentar tentang kelengkapan eksisi.
3. Bila ada kecurigaan melanoma, pinggir kulit normal yang diangkat harus sebanding dengan tebal
lesi yang ditaksir: 1 cm margin untuk lesi 1 mm, 2 cm margin untuk lesi 2 mm dan 3 cm margin untuk
lesi 3 mm. Jadi penting untuk mendapatkan konfirmasi histologis dengan biopsis insisi sebelum
mengerjakan eksisi lesi yang diduga melanoma. Di samping itu, melanoma yang lebih besar harus
dieksisi di bawah anestesi umum.
16
EKSISI LIPOMA 2
NODUS, NODULUS
Indikasi Gunakan sebuah jari untuk ‘mengorek’ lipoma.
Kosmetik
Persiapan
Prosedur
Pokok-pokok penting
Gbr 2.3
17
2 EKSISI KISTA SEBASEA
Indikasi Cengkeram kista dengan menarik potongan kulit
NODUS, NODULUS
Persiapan
Prosedur
Gbr 2.6
Gbr 2.5
Pokok-pokok penting
1. Jika kista pecah, hapus kotoran (debris) dengan hati-hati dan pastikan semua dinding kista diangkat.
Jika dinding kista gagal diangkat seluruhnya, kemungkinan kista bisa kambuh lagi.
2. Jika kista jelas terinfeksi, lakukan drainase, eksisi dan luka dibiarkan terbuka. Atau operasi bisa
ditunda sampai infeksi telah mereda. Kista yang terinfeksi lebih sukar dieksisi dan cenderung lebih
banyak vaskularisasi dibanding kista yang tak-terinfeksi.
18
EKSISI KELENJAR GETAH BENING 2
NODUS, NODULUS
Indikasi Perdalam insisi dengan membuka daun gunting
diseksi. Identifikasi kelenjar getah bening
Untuk memastikan penyebab limfadenopati bila (limfonodus) dan dengan hati-hati gunakan
pemeriksaan klinik dan tindakan (termasuk sepasang forsep jaringan. Selesaikan diseksi
aspirasi jarum halus) gagal menetapkan diag- dan identifikasi tangkai, yang biasanya
nosis. mengandung suatu arteri kecil.
Persiapan
Prosedur
Gbr 2.8
angkat flap.
1. Kuku jari kaki tumbuh ke dalam dan tidak
memberi respon terhadap tindakan Sayat dan angkat flap kulit
konservatif.
2. Onychogryphosis.
3. Infeksi kronik di bawah kuku
Persiapan
Prosedur
Gbr 2.10
Lakukan ring block dengan menggunakan 3 ml
lignokain 1% pada kedua sisi. Masukkan jarum Naikkan kuku dari nail bed dengan sepasang
tegak lurus ke arah bawah, suntikkan pada sisi gunting besar dan tarik untuk melepasnya
falang proksimal. Aspirasi semprit setiap dengan gerakkan melintir.
sebelum menyuntikkan, dan jika terlihat darah,
ubah posisi ujung jarum. Sayat nail bed sampai tulang dan teruskan ke
arah samping sejauh lipatan kuku. Angkat nail
bed dan buat satu jahitan dengan benang serap
pada skin flap di kedua sisi.
Titik
suntikan Gbr 2.11
Anestesi
ring block
Bungkus ibu jari dengan penutup luka
Gbr 2.9 sederhana.
Pokok-pokok penting
20
3
HERNIA
21
3 HERNIOTOMI INGUINAL
Lanjutkan diseksi ke bawah sampai cincin
HERNIA
Indikasi
eksternal. Bebaskan spermatic cord ke arah
1. Hernia inguinalis posterior dan jalankan klip dibawahnya untuk
2. Patent processus vaginalis memungkinkan traksi ke arah distal oleh asisten.
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Posisi terlentang
Prosedur
Insisi kevil di
obliqus externus
22
HERNIOTOMI INGUINAL 3
HERNIA
Perlu Sabar dan hati-hati. Buka kantung untuk Kantung difiksasi dengan jahitan yang bisa
mengurangi isinya. Ini sangat penting pada diserap dan jaringan lebih yang tak berguna
wanita di mana bisa terdapat ovarium. dieksisi.
Gbr 3.4
Gbr 3.5
Pokok-pokok penting
23
3 HERNIORAFI INGUINAL
Indetifikasi dan retraksi spermatic cord - bisa
HERNIA
Indikasi
digunakan retraktor cincin (ring retractor).
Hernia simtomatik
Persiapan
Prosedur
Tentukan cincin
eksterna sebelum
menyayat ke arahnya
Gbr 3.6
Gbr 3.8
24
HERNIORAFI INGUINAL 3
HERNIA
Lakukan transfiksi dan ligasi kantung setelah Tutup pinggir-pinggir lateral disekitar cord dan
memeriksa isinya (lihat Gambar 3.5). jahit pinggir lateral dan superior jala ke otot di
bawahnya dengan menggunakan jahitan
Sekarang ada beberapa pilihan untuk prosedur terputus dengan benang non-serap.
reparasi. Penulis menyarankan reparasi dengan
jala (mesh) polipropilen untuk menghasilkan re-
pair tanpa tegangan (Liechtenstein)
Medial Lateral
Gbr 3.10
Pokok-pokok penting
1. Sebagian besar kasus bisa dikerjakan sebagai kasus rawat jalan dengan anestesi lokal.
2. Teknik penting dalam mencegah komplikasi rekurensi hernia
3. Pada kasus darurat dengan obstruksi, periksa dengan seksama kantung untuk melihat adanya usus.
Jika ada usus harus diinspeksi. Jika usus terlihat gelap, bungkus dengan kasa yang telah dibasuh
dengan NaCl hangat dan biarkan beberapa menit untuk melihat apakah rupanya membaik. Jika usus
tidak membaik atau jika terlihat nekrosis, maka harus direseksi.
4. Pria harus diingatkan khususnya dengan hernia rekuren akan kemungkinan perlunya pengangkatan
testis (orchidectomy).
25
3 HERNIORAFI FEMORAL
Indikasi Pisahkan pembungkus fasia dan buka kantung
HERNIA
Prosedur
Ligamentum
inguinale
Fasia di atas
Gbr 3.13 pektineus
26
HERNIORAFI FEMORAL 3
HERNIA
Tutup jaringan subkutan dengan jahitan putus Tutup femoral canal dengan jahitan terputus
dengan benang serap dan kulit ditutup dengan non-serap di antara ligamentum pektineus dan
jaringan subkutan. ligamentum inguinale.
Pendekatan ekstraperitoneal
Indikasi
pertengahan cincin.
1. Hernia umbilikal simtomatik (jarang)
2. Hernia menetap setelah usia 4 tahun
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Gbr 3.18
Gbr 3.16
28
REPAIR HERNIA UMBILIKAL 3
HERNIA
Penting untuk mengikat kulit di atas pusar ke Pokok-pokok penting
fasia untuk membalikkan umbilikus agar terlihat
bagus dengan menggunakan benang serap (ab- 1. Merupakan masalah lazim namun sedikit
sorbable suture) yang membutuhkan operasi
2. Umbilikus tidak boleh dibuang.
Gbr 3.19
29
3 REPAIR HERNIA PARAUMBILIKAL
Mungkin banyak perlengketan dari omentum dan
HERNIA
Indikasi
usus ke kantung, dan semua ini perlu dibebaskan
1. Simtomatik, termasuk kedaruratan dengan hati-hati. Sekali kantung telah
2. Kosmetik dikosongkan, kantung dieksisi dan tutup defek
dengan menggunakan teknik Mayo (atau
Persiapan mengunakan jahitan non-serap terputus dan
berbentuk matras)
1. Anestesi umum atau lokal
2. Antibiotik profilaktik
3. Profilaksis Anti-DVT (deep vein thrombosis)
– stockings, heparin
4. Posisi terlentang
Pokok-pokok penting
30
REPAIR HERNIA EPIGASTRIK 3
HERNIA
Indikasi Insisi leher hernia, inspeksi isinya dan
kembalikan ke dalam rongga peritoneum. Isi
Semua hernia epigastrik harus direparasi. hernia biasanya lemak ekstraperitoneal.
Indikasi
disekitarnya. Lanjut ke lateral sehingga
1. Simtomatik memaparkan jaringan sehat di sekitar hernia.
2. Kosmetik
Identifikasi kantung dan diseksi ke bawah leher
Persiapan hernia. Tentukan defek aponeurosis. Buka
kantung hernia dan periksa isinya.
1. Anestesi umum
2. Antibiotik profilaksis Jika isi masih viabel, pisahkan perlengketan
3. Profilaksis anti-DVT- stockings, heparin. yang mungkin terjadi dengan kantung hernia
4. Posisi terlentang. dan kembalikan usus ke dalam rongga perito-
neum. Jika hernia mengalami strangulasi,
Prosedur lakukan reseksi sesuai pada titik ini. Eksisi
kantung yang tidak berguna dan tutup lubang
Buat insisi elips yang mencakup parut terdahulu. peritoneum dengan jahitan kontinyu benang
serap.
Eksisi jaringan parut, jangan mengambil terlalu
banyak kulit karena bisa mengakibatkan
tegangan pada saat penutupan kulit.
Gbr 3.26
Gbr 3.25
32
REPAIR HERNIA INSISIONAL 3
HERNIA
Jaringan aponeurosis yang sehat penting Reparasi ini bisa diperkuat dengan dilapis jala
didiseksi pada setiap sisi defek. Masukkan suc- dan fiksasi jala di tempatnya dengan jahitan
tion drain dan tutup lapisan aponeurosis dengan terputus non-serap.
jahit rangkap dekat-dan-jauh. Masukkan semua
benang sebelum mengikatnya.
Pokok-pokok penting
1. Hernia insisional biasa terjadi sebagai akibat teknik bedah yang buruk pada penutupan luka terdahulu.
Jadi, untuk mencegah hernia insisional pelajaran yang terpenting adalah menutup luka dengan
memuaskan sejak awal.
2. Jika hernia besar dengan defek kompleks, computed tomography bisa membantu menentukan batas
lesi.
3. Hernia insisional bisa sulit. Dokter bedah yang berpengalaman merupakan faktor terpenting dalam
mencegah rekurensi!
33
4
PAYUDARA
35
4 EKSISI BENJOLAN PAYUDARA
Indikasi Cengkeram benjolan dengan sepasang forsep
PAYUDARA
Persiapan
Prosedur
Pokok penting
Gbr 4.1
36
BIOPSI UNTUK MENENTUKAN LOKASI 4
PAYUDARA
Indikasi Prosedur
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Kawasan seluruh panjang kawat yang
terpapar harus diberikan larutan antiseptik.
Gbr 4.4
Pokok penting
37
4 EKSISI LEBAR DAN PEMBERSIHAN AKSILA
Indikasi Setiap titik perdarahan dikoagulasikan dengan
PAYUDARA
Tempat
biopsi
Lakukan insisi sekitar segmen yang Naikkan flap kulit ke arah superior dan inferior.
bersangkutan dan perdalam insisi, sambil Dengan menggunakan kombinasi diseksi tajam
menjaga jarak dengan tumor (paling sedikit 1 dan tumpul, tentukan batas anterior dari latissi-
cm). Terbaik ini dilakukan dengan diatermi. mus dorsi yang membentuk batas anterior dan
Ketika fasia pectoralis ditemukan, pisahkan posterior untuk diseksi.
jaringan payudara dari fasia dan angkat tumor.
Perhatikan orientasi tumor. Masukkan benang Identifikasi dan potong pectoralis minor, untuk
silk dengan menggunakan sistem kode yang mengakses nodus level II. Identifikasi dan
dikenal untuk mengidentifikasi pinggir superior, pertahankan nervus thoracodorsalis dan
inferior, medial, lateral, superfisial dan profunda thoracicus longus.
daripada spesimen.
38
EKSISI LEBAR DAN PEMBERSIHAN AKSILA 4
PAYUDARA
Nervus intercostobrachialis sering dijumpai dan Dengan perlahan-lahan diseksi isi aksila dari
ini harus dipertahankan bilamana mungkin. saraf dan arteri penyertanya dengan
menggunakan swab kasa. Isi aksila sekarang
Nervus intercostobrachialis Vena aksilaris bisa diangkat en bloc. Lakukan drainase aksila
dengan suction drain. Bilas luka dengan betadin
dan kemudian tutup jaringan subkutan dengan
jahitan serap terputus, disusul dengan jahitan
subkutis untuk kulit.
Nervus
thoracobrachialis Tutup luka dengan kasa tipis dan sedikit plaster
elastis (Elastoplast) untuk memberi tekanan
pada luka. ‘Pressure dressing’ dilepas setelah
24 jam.
Gbr 4.8
39
4 MASTEKTOMI PATEY MODIFIKASI
PAYUDARA
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin.
3. Posisi terlentang dengan lengan pada
papan. Occlusive stockinette dressing
dipakai untuk memungkinkan perasat lengan
selama operasi.
Periksa
Prosedur ketebalan
Gbr 4.10
Beri tanda batas-batas untuk insisi kulit sebelum
memulai operasi. Batas harus paling sedikit 3 Saat pinggir bawah klavidula ditemukan, mulai
cm dari tumor. Petunjuk anatomis untuk operasi diseksi lebih dalam sampai terlihat fasia di atas
dibatasi di medial oleh sternum, lateral oleh latis- pectoralis mayor. Diseksi ini bisa dilakukan
simus dorsi, superior oleh klavikula dan inferior dengan pisau ataupun diatermi.
oleh suatu titik 1-2 cm di bawah lipatan bawah
payudara (inframammary fold). Perdarahan dari pembuluh darah yang tembus
biasa dijumpai saat diseksi mendekati sternum
dan ini harus dikendalikan cepat dengan diatermi
koagulasi atau diikat. Flap inferior diangkat
dengan cara serupa.
PAYUDARA
Mulai dari bagian kaudal vena aksilaris, diseksi
dikerjakan hanya setelah nervus thoracicus lon-
gus dan thoracodorsalis diidentifikasi. Dengan
swab Lahey perlahan-lahan usap isi aksila dari
vena aksila dan ikat semua muara vena.
N. thoracalis longus
M. pectoralis lateralis
M. pectoralis major
M. pectoralis minor
A. subscapularis
M. Subscapularis
Isi aksila diangkat sekaligus dengan payudara, betadin sebelum menutup. Jaringan subkutan
setelah menandai kelenjar getah bening paling didekatkan dengan jahit terputus dengan
proksimal dengan jahitan untuk menentukan benang serap, dan kulit ditutup dengan benang
orientasi patologis dari spesimen. subkutis atau staple. Verban tipis harus dipakai
untuk menutup luka dengan plaster untuk
Tempatkan suction drain pada dasar payudara memberi tekanan pada luka.
dan satu pada aksila. Bilas luka dengan larutan
Pokok-pokok penting
1. Hemostasis sangat penting. Lebih baik menunggu beberapa menit selama operasi daripada harus
membawa pasien kembali ke kamar operasi untuk mengatasi hematoma yang terinfeksi.
2. Jaga jangan sampai diseksi flap kulit terlalu tipis agar tidak berlubang
3. Identifikasi nervus thoracicus longus sangat penting untuk mencegah terangkatnya skapula; juga
nervus thoracodorsalis harus diidentifikasi dan dipertahankan agar tidak menyebabkan kelumpuhan
latissimus dorsi.
4. Jika anda mendapatkan tekanan berlebihan ketika menutup kulit, anda harus lebih mengerok flap
kulit, karena tekanan berlebihan bisa menyebabkan nekrosis. Jika kulit penutup kurang, pertimbangkan
split skin graft.
5. Opsi untuk rekonstruksi dini harus dibicarakan dengan pasien sebelum operasi.
41
4 MASTEKTOMI SUBKUTAN
PAYUDARA
1. Anestesi umum
Prosedur
Gbr 4.14
Pokok-pokok penting
42
MIKRODOKEKTOMI 4
PAYUDARA
Indikasi susu sepanjang garis probe, yang mengitari
muara duktus.
Discharge bercampur darah yang keluar terus
menerus dari satu muara duktus pada puting
susu
Insisi di atas probe
Persiapan
Prosedur
Discharge
Gbr 4.15
Gbr 4.17
Pokok-pokok penting
1. Tutup puting susu dengan plaster transparan Hentikan perdarahan dengan diatermi dan
selam 24 jam sebelum operasi akan
dekatkan jaringan payudara dengan jahit
membantu melokalisir discharge.
2. Jangan masukkan probe terlalu kuat karena
terputus dengan benang serap. Tutup insisi kulit
bisa salah jalan dengan jahit subkutis dengan benang serap.
3. Pressure dressing akan membantu
mencegah pembentukan hematoma
43
4 EKSISI DUKTUS MAYOR-OPERASI HADFIELD
Indikasi Cengkeram jaringan duktus dan potong di dekat
PAYUDARA
Persiapan
1. Anestesi umum
Prosedur
Gbr 4.18
Pokok penting
Gbr 4.20
1. Jangan perluas insisi lebih dari 180o
karena risiko nekrosis nipple tinggi
Tutup kulit dengan jahit terputus benang serap
ukuran 4/0. Suction drain mungkin diperlukan.
44
INSISI DAN DRAINASE ABSES PAYUDARA 4
PAYUDARA
Indikasi Jika rongga sangat besar, insisi kedua bisa
dibuat untuk drainase pus secara terpisah. Pada
Abses payudara kasus ini drain bisa dimasukkan melalui satu
insisi dan keluar melalui insisi lainnya.
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Antibiotik intravena pada induksi
3. Posisi terlentang
Prosedur
Gbr 4.22
45
5
GASTROINTESTINAL
ATAS
47
5 ESOFAGO-GASTRODUODENOSKOPI
GASTROINTESTINAL ATAS
Indikasi Prosedur
Gbr 5.1
48
ESOFAGO-GASTRODUODENOSKOPI 5
GASTROINTESTINAL ATAS
Lambung Pada akhir inspeksi luruskan skop sebelum
menarik ke esofagus. Volume air yang ditiup
Putar ujung endoskop sekeliling aksis saat ujung untuk visualisasi menyebabkan rasa mual dan
masuk ke dalam lambung sehingga tidak nyaman bagi pasien, sehingga penting
memungkinkan visualisasi dinding anterior dan untuk membuang udara sebelum menarik skop
posterior serta sebagian besar kurvatura minor pada akhir prosedur.
dan mayor.
Gbr 5.3
Persiapan
Hati Iga
1. Anestesi lokal ke kulit dan anestesi topikal
ke orofaring.
Prosedur
Gbr 5.5
Titik gastrostomi
(2 cm dari arcus costa)
Gbr 5.4
50
PERCUTANEOUS ENDOSCOPIC GASTROSTOMY 5
GASTROINTESTINAL ATAS
Gbr 5.7
Gbr 5.8
Pokok-pokok penting
1. Jika anda tidak yakin apakah ada organ lain di antara lambung dan dinding abdomen, maka pilih
posisi alternatif untuk gastrostomi.
2. Cakram difiksasi ketat selama 48 jam untuk mencegah bergesernya gastrostomi
3. Tinggalkan gastrostomi untuk drainase selama 24 jam. Setelah itu baru pemberian makan dimulai.
4. Endoskopi ulangan setelah prosedur tidak diperlukan.
51
5 GASTROENTEROSTOMI
GASTROINTESTINAL ATAS
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Pipa nasogastrik
3. Profilaksis antibiotik
4. Profilaksis anti-DVT -stockings, heparin.
5. Kateter urin
6. Posisi terlentang
Seluruh tebal lambung dan jejunum
Prosedur Gbr 5.10 dijahit
Gbr 5.11
GASTROINTESTINAL ATAS
Biasanya tidak dibutuhkan drain. Tutup luka Setelah anastomosis selesai, kembalikan kolon
seperti menutup laparotomi median. transversum ke posisi semula serta tarik sedikit
secara perlahan-lahan lengkung jejunum melalui
Gastroenterostomi posterior jendela mesokolon tadi sehingga anastomosis
terlihat. Tempatkan beberapa jahitan terputus
Bebaskan omentum mayus dari curvatura mayor dengan benang serap antara pinggir mesokolon
lambung sepanjang 10 cm untuk memungkinkan dan lambung.
akses ke bursa omentalis. Angkat kolon
transversum dan buat jendela 7 cm pada dasar Ikat pinggir mesokolon ke lambung
mesokolon ke bagian kiri dari vasa colica me-
dia, dan pada tempat di mana tidak ada
persilangan pembuluh darah. Identifikasi
lengkung jejunum seperti halnya untuk
gastroenterostomi anterior dan lewatkan
lengkung usus melalui jendela sehingga terletak
di dalam bursa omentalis. Pakai forsep lunak ke
bagian proksimal jejunum sebagai marker dan
awas jangan sampai jejunum terpuntir selama
manipulasi.
Lakukan anastomosis antara lambung dan je-
junum dengan menggunakan teknik yang sama
seperti pada pendekatan anterior.
Gbr 5.13
Gastrojejunostomi posterior
Gbr 5.12
Pokok-pokok penting
1. Pendekatan anterior merupakan opsi lebih mudah; akan tetapi tidak begitu fisiologis dibanding
gastroenterostomi posterior dan lebih cenderung terjadi obstruksi.
2. Periksa dengan seksama segmen usus yang digunakan dan pastikan segmen ini tidak terpuntir.
3. Gastroenterostomi harus isoperistaltik, artinya peristalsis di puncak lengkung(loop) harus dari
kanan ke kiri.
4. Usahakan hemostasis yang baik, khususnya pada sisi lambung dari anastomosis.
53
5 OPERASI UNTUK PERFORASI TUKAK PEPTIK
GASTROINTESTINAL ATAS
Prosedur
Pokok-pokok penting
54
OPERASI UNTUK PERDARAHAN TUKAK PEPTIK 5
GASTROINTESTINAL ATAS
Indikasi Masukkan pipa penyedot ke dalam lumen duode-
num untuk mengidentifikasi titik perdarahan,
Perdarahan dari tukak yang gagal memberi yang biasanya terlihat di dinding posterior.
respon terhadap pengobatan konservatif atau Mungkin ada baiknya menyumpal pilorus dengan
endoskopik. swab untuk mencegah darah menyembur dari
lambung sehingga menggangu pandangan.
Persiapan Masukkan benang ukuran 1 di bawah arteri
gastroduodenalis yang berjalan di belakang
1. Anestesi umum duodenum.
2. Pipa nasogastrik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Kateter urin.
5. Posisi terlentang.
Prosedur
Pokok-pokok penting
Gbr 5.16
Jika anda tidak bisa mengidentifikasi sumber
perdarahan di duodenum, curigai sumber di
lambung. Perlebar insisi ke arah proksimal
untuk mencari patologi yang tak terdiagnosis
sebelumnya, misal tukak lambung, erosi atau
varises.
55
5 KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK
GASTROINTESTINAL ATAS
Indikasi Prosedur
1. Batu empedu simtomatik yang menyebabkan Tempatkan pasien dalam posisi Trendelenberg
kolesistitis, kolik bilier atau pankreatitis. terbalik untuk memindahkan usus halus menjauhi
2. Mukokel atau empiema kandung empedu. panggul. Persiapkan seperti untuk laparoskopi
3. Kolesistitis tanpa batu dan masukkan trokar umbilikus.
10 mm
Trendelenburg dengan berputar ke lateral kiri
untuk menggerakan omentum dari kuadran Gbr 5.19
leteral kanan.
Masukkan trokar epigastrik berdiameter 10 mm
di bawah inspeksi langsung, tepat di sebelah
kanan garis tengah berseberangan dengan
pertengahan pinggir iga (costal margin). Sering
ada manfaat daripada menempatkan trokar di
kanan ligamen falsiformis untuk memudahkan
akses instrumen. Tempatkan dua kanula 5 mm
di kanan linea aksilaris anterior kanan dan linea
mid-klavikula. Posisi-posisi ini bisa bervariasi
menurut anatomi pasien. Port ke 5 mungkin
diperlukan pada pasien gemuk atau pada pasien
dengan lobus Riedel. Sekarang ubah posisi
pasien ke posisi
Arcus costa di Crista iliaca di
pertengahan film pinggir film Genggam kandung empedu dengan instrumen
lateral 5 mm dan tarik ke arah kranial. Gunakan
pemegang kedua berukuran 5 mm untuk
Gbr 5.18 menahan korpus kandung empedu selama
diseksi.
56
KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK 5
GASTROINTESTINAL ATAS
Dengan menggunakan forseps diseksi 5 mm, Setelah menjepit fundus kandung empedu dan
misal Petelin atau Maryland, kupas peritoneum arteri sistikus, masukkan trokar jarum panjang
yang menutupi fundus kandung empedu dan dengan kanula di bawah inspeksi langsung.
perlebar diseksi melalui duktus sistikus ke trigo- Buat sebuah insisi kecil di duktus sistikus dan
num Calot. Lakukan diseksi duktus sistikus masukkan kanula. Stabilkan kanula dengan
dengan menggunakan pemegang mid-klavikula penekanan ringan menggunakan klip. Naikkan
untuk mengungkit kandung empedu ke arah sisi kiri meja 10-15 derajat sehingga saluran
kranial sehingga membuat jendela untuk diseksi. empedu tidak tumpang tindih dengan vertebra
Arteri sistikus
Duktus sistikus
Gbr 5.21
Gbr 5.20
lumbal. Intensifikasi citra lebih disukai karena
Jangan memotong, menjepit atau diatermi setiap port sering tidak jelas dan bisa bergeser oleh
struktur sebelum anatomi jelas terlihat. Jangan operator.
melakukan diseksi pertemuan duktus sistikus
dan duktus koledukus. Diseksi tumpul hampir Jika ada batu, pikirkan alternatif : teruskan
selalu memadai dan diatermi harus dihindarkan dengan laparoskopi, kolesistektomi, ERCP,
jika mungkin pada tahap ini (lihat bagian tentang eksplorasi laparsokopik daripada saluran
diatermi pada Bab 1). empedu, atau tukar dengan kolesistektomi
terbuka.
Kolangiografi operatif
Setelah kolangiografi selesai, jepit dan potong Gunakan mesin suction/irigasi untuk
duktus sistikus. mempertahankan viabilitas.
Gbr 5.23
58
KOLESISTEKTOMI TERBUKA 5
GASTROINTESTINAL ATAS
Indikasi Potong dan ikat ligamen falsiformis dan lakukan
laparotomi. Jalankan sebuah tangan di lobus
1. Sama seperti kolesistektomi laparoskopik. kanan hati untuk memasukkan udara karena ini
2. Adanya kontraindikasi untuk kolesistektomi membantu pemaparan. Gunakan handuk abdo-
laparoskopik men yang hangat dan lembab untuk
3. Prosedur laparoskopik gagal. membungkus kolon dan lambung dari medan
penglihatan. Hati ditarik perlahan-lahan untuk
Persiapan mengoptimalkan pemaparan. Tempatkan forsep
spons pada fundus dan forsep kedua pada
1. Anestesi umum. Hartmann’s pouch. Pegang instrumen pada
2. Pipa nasogastrik. tangan anda yang tidak-dominan dan dengan
3. Profilaksis antibotik hati-hati potong peritoneum di atas duktus
4. Profilaksis anti-DVT – stockings, heparin sistikus.
5. Kateter urin jika ikterus
6. Posisi terlentang pada meja sinar-X yang
dilengkapi dengan penguat citra (image in-
tensifier)
Prosedur
Benang jahit
Gbr 5.26
Gbr 5.24
Memotong rektus
59
5 KOLESISTEKTOMI TERBUKA
GASTROINTESTINAL ATAS
Potong lembar posterior dari peritoneum dan Jika duktus sistikus tidak mungkin dikanulasi, ikat
dengan hati-hati jalankan benang serap di benang distal dan dengan hati-hati masukkan
belakang duktus. jarum 25-G ke dalam duktus koledukus.
Sayatan daun
Gbr 5.27 posterior dari
peritoneum
Selalu dekat ke
kandung
empedu
Gbr 5.28
Gbr 5.30
60
KOLESISTEKTOMI TERBUKA 5
GASTROINTESTINAL ATAS
Eksplorasi duktus koledukus Tes patensi pipa T dengan menyuntikkan sedikit
salin. Setelah selesai, tutup duktus dengan
Jika diidentifikasi batu, maka ini harus diangkat. jahitan terputus dan benang serap.
Tempatkan benang-benang tinggal dalam
dinding duktus koledukus dan buat insisi longi-
tudinal antara benang-benang tersebut tepat di
atas duodenum.
Gbr 5.33
Pokok-pokok penting
Indikasi
2. Darurat: - Trauma
Splenektomi elektif
GASTROINTESTINAL ATAS
Selanjutnya sisa ligamen gastro-lienalis bisa Jika pada laparoskopi perdarahan terlihat
dipotong. Limpa bisa diangkat dan pembuluh- berasal dari laserasi tunggal ini bisa dijahit
pembuluh utama diikat rangkap dua, arteri (splenorafi). Sebagai alternatif, jika ada avulsi
sebelum vena. Suction drain ditempatkan pada lengkap atau parsial dari fragmen limpa,
rongga subfrenik dan dinding abdomen ditutup splenektomi parsial bisa dikerjakan dengan
lapis demi lapis. memotong arteri dan vena lienalis yang
memasok kutup bersangkutan. Kemudian
Splenektomi darurat fragmen direseksi dan pinggir dijahit dengan
jahitan matras benang serap. Kecelakaan yang
Pada kasus ruptur limpa, perdarahan massif bisa melepas kapsul, seperti ruptur dari hematoma
mengaburkan inspeksi. Prosedur pertama subkapsular bisa ditangani dengan aplikasi zat
adalah mengevakuasi bekuan secara manual hemostatik topikal dan membungkus limpa
dan dengan bantuan suction. Jalankan tangan dengan jala serap (absorbable mesh).
anda ke hilus untuk mengendalikan perdarahan
dengan menekan arteri dan vena lienalis di
antara telunjuk dan ibu jari. Jika perdarahan tidak
berhenti, gunakan klem non-crushing untuk Pokok-pokok penting
menjepit hilus. Ini memungkinkan penilaian
terhadap tingkat kerusakan limpa. Jika 1. Limpa harus selalu ditangani dengan
tatalaksana konservatif tidak berhasil, maka perhatian seksama.
2. Hemostasis adalah vital apapun indikasinya
harus dilakukan splenektomi formal.
dari splenektomi
3. Hati-hati untuk tidak merusak pankreas
selama diseksi hilus lienalis
4. Splenunculi tidak jarang dan harus selalu
diangkat kecuali pada kasus trauma.
5. Vaksinasi terhadap Streptococus pneumoniae
dan Hemophilus influenzae B harus
dilaksanakan 6 minggu sebelum operasi untuk
kasus elektif dan sesegera mungkin pada
periode pasca bedah pada splenektomi
darurat.
6. Pasien-pasien splenektomi harus selalu
diberikan profilaksis jangka panjang terhadap
sepsis pneumococcus dengan
fenoksimetilpenilisin (250 mg bd)
7. Karena risiko sepsis pasca seplenektomi,
jaringan limpa harus di sebaiknya
dipertahankan bilamana mungkin pada kasus
trauma.
8. Bila limpa besar, operasi dipermudah dengan
ligasi pendahuluan dari arteri lienalis saat
arteri ini berjalan sepanjang pinggir atas
pankreas. Ini cepat mengempeskan limpa.
Gbr 5.36
63
6
GASTROINTESTINAL
BAWAH
65
6 APENDEKTOMI
GASTROINTESTINAL BAWAH
1. Anestesi umum
2. Antibiotik profilaksis
3. Posisi terlentang
Prosedur
Gbr 6.2
GASTROINTESTINAL BAWAH
congkel keluar dengan telunjuk kanan. Jika Gunakan jahitan purse string atau ‘Z’ pada dasar
masih tidak mungkin membawa apendik ke arah apendik dengan benang serap ukuran 2/0.
luar, perbesar insisi. Ini terbaik dilakukan dengan Gencet dasar apendik dengan forsep berat dan
memisahkan serat-serat obliqus internus ke arah ikat ke arah proksimal dengan benang serap
lateral dan medial. Pada pasien gemuk fasia ukuran 0.
rektus juga bisa diinsisi untuk memungkinkan
paparan yang cukup. Angkat apendik dan tanam puntungnya dengan
mengencangkan jahitan purse string. Dianjurkan
Setelah apendik di bawa ke permukaan, pegang memegang dasar yang telah diikat di bawah
dengan dua forsep jaringan. Potong meso- purse string dan dorong ke bawah saat purse
apendik di antara klip arteri, sambil mengikat string dikencangkan.
pedikel dengan benang serap.
Dorong
Mesoapendik
Gbr 6.4
Pokok-pokok penting
1. Jika ada abses dan apendik tak bisa ditemukan, tempatkan suatu drain ke abses dan tutup abdomen.
2. Jika anda dapatkan karsinoma sekum, lakukan hemikolektomi dekstra (lihat halaman 71).
3. Jika apendik normal cari divertikulum Meckel, patologi ginekologi (pada wanita) atau divertikulitis
sigmoid. Jika anda dapatkan masalah ginekologi, konsul ahli kebidanan.
4. Pada anak, perhatikan dengan seksama mesenterium ileal untuk limfadenopati—adenitis mesenterium.
5. Jika benar apendik terletak retrosekal, sekum bisa dimobilisir dengan memisahkannya dari perlekatan
peritoneum lateral seperti untuk hemikolektomi dekstra.
67
6 RESEKSI USUS HALUS
GASTROINTESTINAL BAWAH
Indikasi Persiapan
Garis insisi
Gbr 6.5
GASTROINTESTINAL BAWAH
Mulai bagian posterior dari anastomosis dengan Setelah ini, mulai dari garis tengah jahit seluruh
memasukkan jahitan kontinyu seromuskular tebal dinding usus dengan benang serap
dengan benang serap. berunjung rangkap, jahit ke arah pinggir
mesenterium, kemudian ‘sekeliling sudut’
dengan jahitan satu ujung. Kemudian beralih ke
lapisan kedua dan sempurnakan anastomosis
jahit seromuskular
dengan mengikat kedua ujung jahitan di bagian
posterior tengah depan.
Jahit Connel
Gbr 6.7
Pokok-pokok penting
1. Jika kedua ujung usus tidak mudah berdarah, reseksi terus sampai dicapai usus yang sehat.
2. Jika anastomosis yang telah selesai dikerjakan terlihat buram dan tidak membaik setelah beberapa
menit, eksisi lagi dan ulang anastomosis.
3. Jangan tempatkan klem oklusif pada mesenterium.
69
6 DIVERTIKULEKTOMI MECKEL
GASTROINTESTINAL BAWAH
Indikasi Prosedur
Gbr 6.8
Pokok penting
70
HEMIKOLEKTOMI DEKSTRA 6
GASTROINTESTINAL BAWAH
Indikasi Prosedur
1. Karsinoma sekum atau kolon asenden atau Biasanya dibuat insisi median tetapi insisi trans-
kolon transversum versal dengan memotong otot pada fossa iliaca
2. Penyakit Crohn, divertikulum soliter, dextra lebih sedikit menimbulkan rasa nyeri dan
intususepsi sesuai untuk pasien kurus yang menjalani
3. Angiodisplasia kolon reseksi lokal.
Hati
Duodenum
Ureter
Vasa gonadal
Gbr 6.12
Tutup kolon distal dengan tangan atau Tutup defek mesenterium dan bilas rongga peri-
menggunakan mesin staple mekanik dan jahit toneum. Tutup luka dengan cara biasa.
melewati garis staple. Dekatkan ileum dan kolon
dan mulai dari dinding posterior dengan
memasukkan jahitan seromuskular.
Pokok-pokok penting
GASTROINTESTINAL BAWAH
Indikasi Dorong mesenterium sigmoid ke arah medial dan
identifikasi vasa gonadal dan ureter kiri saat
1. Karsinoma menyeberangi pelvic brim. Gunakan swab
2. Penyakit divertikulum bertangkai untuk membebaskan setiap
3. Kolitis perlekatan posterior yang mungkin ada.
Lanjutkan dengan arah berlawanan jarum jam
Persiapan ke kolon transversum.
Kolon sigmoid
1. Anestesi umum.
2. Pipa nasogastrik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Profilaksi anti-DVT – stockings, heparin.
5. Kateter urin.
6. Posisi terlentang.
Ureter
7. Irigasi di meja jika persiapan mekanik pra
bedah tidak mungkin dilakukan. A. iliaca
externa
Prosedur
Gbr 6.15
Gbr 6.13
Kolon Proksimal 73
6 HEMIKOLEKTOMI SINISTRA
GASTROINTESTINAL BAWAH
Anastomosis paling baik diselesaikan dengan Tutup defek mesenterium dan bilas rongga peri-
teknik lapis-tunggal. Masukkan beberapa jarum toneum. Pasang suction drain dalam panggul jika
putus dengan benang serap di dinding poste- ada sepsis atau jika perdarahan banyak. Tutup
rior dan ketika sudah lengkap ikat berurutan luka seperti untuk laparotomi.
dengan simpul pada bagian dalam.
Distal
Rektum
atas
Kolon
Pokok-pokok penting
Gbr 6.17
74
OPERASI HARTMANN 6
GASTROINTESTINAL BAWAH
Indikasi Gunakan lampu teater untuk transiluminasi
mesenterium. Identifikasi, klip dan ligasi vasa
1. Lesi kolon sigmoid yang mengakibatkan mesenterika.
obstruksi.
2. Lesi kolong sigmoid dengan perforasi. Jepit usus distal dan proksimal dengan klem non-
3. Volvulus kolon sigmoid. crushing pada batas-batas reseksi. Lindungi
pinggir luka dari kontaminasi dengan swab ab-
Persiapan domen dan taruh swab antiseptik di belakang
titik-titik transeksi yang dikehendaki. Dengan
1. Anestesi umum. pisau eksisi segmen kolon yang sakit dan tutup
2. Pipa nasogastrik. kedua ujung dengan swab antiseptik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Profilaksis anti-DVT –stockings, heparin.
5. Kateter urin
6. Posisi terlentang.
7. Irigasi di meja operasi jika persiapan pra
bedah tidak mungkin dikerjakan.
Prosedur
Vasa gonad
Bawa keluar kolon yang terletak proksimal dari Bilas rongga peritoneum, pasang suction drain
lesi sebagai suatu ujung stoma. Buat insisi ke dalam panggul dan tutup dinding abdomen
melingkar pada kulit, kira-kira berdiameter 2 cm, sebelum menyelesaikan stoma. Taruh handuk
dan perdalam sampai fasia rektus. Palpasi vasa bersih di sekeliling lokasi luka.
epigastrika inferior untuk menghindari kerusakan
pada tahap ini. Dekatkan kulit dan pingir dinding usus dengan
jahitan putus benang serap. Tempatkan jahitan
pada pinggir lingkaran dengan interval teratur.
Gbr 6.23
Pokok-pokok penting
Buat insisi berbentuk salip di fasia rektus dan
1. Jika puntung rektum panjang dan diantisipasi
lakukan diseksi tumpul melalui otot ke dalam perlunya re-anastomosis, fiksasi puntung itu
rongga peritoneum. ke dinding abdomen untuk memudahkan
pada operasi kedua.
2. Posisi stoma harus selalu dioptimalkan
sebelum operasi dengan bantuan
stomatherapist.
3. Usus jangan sampai terpuntir atau tegang
ketika mengkonstruksi stoma, karena ini bisa
mengganggu vaskularisasi.
4. Volvulus sigmoid sering berlanjut sebagai
megarektum, sehingga menyulitkan
penutupan puntung rektum.
5. Operasi ini diikuti dengan angka infeksi tinggi.
Bilasan berulang dengan tetrasiklin (1 gr/L)
sepanjang prosedur di samping antibiotik
intravena meminimalkan komplikasi.
Gbr 6.22
GASTROINTESTINAL BAWAH
Indikasi lateral dari lokasi stoma, karena ini menghasilkan
terowongan yang mengurangi insiden herniasi
Kolostomi permanen setelah reseksi abdomino- stoma.
Diseksi dari titik kolostomi sampai kolon
perineal daripada rektum.
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Pipa nasogastrik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Profilaksis anti-DVT –stockings, heparin.
5. Kateter urin.
6. Posisi terlentang.
Prosedur
Pokok-pokok penting
1. Nekrosis dan retraksi bisa dihindarkan dengan meniadakan tegangan, dan suplai darah yang baik
ke ujung kolon.
2. Penentuan lokasi stoma yang baik perlu pada kasus-kasus elektif. Jangan cuci tanda ini sebelum
insisi.
3. Tutup abdomen dan tutup luka sebelum 77
6 PEMBENTUKAN LOOP COLOSTOMY
Indikasi kateter Foley melalui jendela tersebut. Dengan
GASTROINTESTINAL BAWAH
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Pipa nasogastrik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin
5. Katater urin.
6. Posisi terlentang.
Gbr 6.26
Prosedur
Ketika kolon sudah berada pada posisinya, tukar
Blind loop colostomy tidak lazim dilaksanakan karet dengan colostomy bridge.
tanpa laparotomi sekaligus. Namun, keduanya
bisa dikerjakan melalui insisi kecil pada masing-
masing tempat.
Ada dua lokasi utama untuk loop colostomy.
Pertama pada kolon transversum kanan melalui
daerah abdomen kanan atas. Kedua pada kolon
sigmoid di fossa iliaca sinistra.
Pokok-pokok penting
GASTROINTESTINAL BAWAH
Indikasi Perdalam insisi dan miring kedalam kearah
kolon, sambil memperhatikan untuk tidak
1. Memulihkan kontinuitas usus setelah melanggar dinding usus.
pengalihan sementara dari jalan keluar
feses. Lanjutkan proses ini sampai kolon bebas.
2. Sebelum operasi penting untuk memeriksa
secara radiologis integritas anastomosis dis- Eksisi stoma lama dan tutup kolon dengan jahitan
tal untuk menjamin tidak ada kebocoran atau putus seluruh tebal dinding dengan benang
stenosis. serap 2/0.
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Pipa nasigastrik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin.
5. Kateter urin.
6. Posisi terlentang.
Prosedur
Pokok-pokok penting
79
6 PEMBENTUKAN END ILEOSTOMY
Indikasi Setelah mengeksisi kolon, pastikan ileum
GASTROINTESTINAL BAWAH
Gbr 6.31
80
PEMBENTUKAN END ILEOSTOMY 6
GASTROINTESTINAL BAWAH
Jahit serosa dan mesenterium ileum ke dinding
abdomen anterior untuk menutup defek
mesenterium dan mencegah herniasi internal.
Anchoring suture
Gbr 6.33
Pokok-pokok penting
1. Panjang ideal dari spout adalah 2-3 cm. Jika ileum yang telah dibalik (everted) jelas lebih panjang
dari ini, gunting sedikit ileum dan bentuk ulang spout ini.
2. Komplikasi pembuatan stoma meliputi herniasi, prolapsus dan retraksi yang umumnya disebabkan
oleh teknik bedah yang buruk, sehingga hal ini bisa diminimalkan (namun tidak bisa dihindarkan)
dengan memperhatikan detil.
3. Ileum terminal memiliki fungsi penyerapan yang penting, jadi jika perlu reseksi usahakan sedikit
mungkin.
81
6 PEMBENTUKAN LOOP ILEOSTOMY
Indikasi masukkan selang karet melalui lubang tersebut.
GASTROINTESTINAL BAWAH
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Pipa nasogastrik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin
5. Kateter urin
6. Posisi terlentang.
Gbr 6.34
Prosedur
Loop ileostomy dibentuk setelah reseksi kolon Masukkan forsep jaringan melalui lubang stoma
dan anastomosis kolorektal distal atau kolo-anal, dan pegang ileum. Perlahan-lahan bawa ileum
sehingga hampir selalu dilaksanakan laparotomi. keluar dinding abdomen dengan hati-hati agar
usus tidak terpuntir. Sementara ini dikerjakan,
Buat insisi melintang pada tempat yang telah ganti selang karet dengan ileostomy bridge.
ditentukan sebelum operasi, biasanya pada
kuadran kanan bawah.
82
PEMBENTUKAN LOOP ILEOSTOMY 6
GASTROINTESTINAL BAWAH
Buka ileum dengan menyayat separuh lingkaran Pasang tiga atau empat jahitan putus benang
usus, dengan menggunakan diatermi pada suatu serap untuk fiksasi sisi stoma yang tidak
titik 2 cm dari permukaan kulit di bagian distal berfungsi ke kulit, dan enam sampai delapan
loop. jahitan pada sisi yang berfungsi.
Ujung aktif
Gbr 6.36
Gbr 6.38
Bentuk spout ileum pada bagian proksimal dari
loop dengan memasukkan sepasang forsep
jaringan ke dalam lumen dan dengan lembut Kenakan peralatan ileostomi.
cengkeram mukosa. Dengan forsep diseksi,
seacara hati-hati kupas usus kebelakang sampai
spout ileum terbentuk.
Pokok-pokok penting.
83
6 PENUTUPAN LOOP ILEOSTOMY
Indikasi Perdalam insisi untuk membebaskan ke dua
GASTROINTESTINAL BAWAH
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Pipa nasogastrik.
3. Profilaksis antibiotik.
4. Profilaksis anti-DVT-stockings, heparin
5. Kateter urin
6. Posisi terlentang.
Prosedur
Gbr 6.40
Gbr 6.39
84
PEMBENTUKAN LOOP ILEOSTOMY 6
GASTROINTESTINAL BAWAH
Dalam menyambung kedua bagian (limb),
usahakan tidak mempersempit ileum yang sudah
kecil kalibernya. Oleh karena itu, teknik stapling
lebih disukai untuk menghasilkan anastomosis
samping-dengan samping.
Dengan menggunakan stapler linier kaitkan
kedua limb dengan hati-hati tanpa melibatkan
mesenterium.
Gbr 6.41a
Gbr 6.41 b
Pokok-pokok penting
87
7 PROKTOSKOPI DAN SIGMOIDOSKOPI
Indikasi Sigmoidoskop lebih panjang dan digunakan
ANAL/ PERIANAL
Prosedur
Pokok-pokok penting
88
BANDING HEMOROID 7
ANAL/ PERIANAL
Indikasi Cengkeram massa hemoroid melalui bagian
tengah alat banding dan ikat pada dasar
Banding hemoroid dikerjakan pada hemorid hemoroid.
derajat satu dan dua.
Persiapan
Prosedur
Gbr 7.4
Banding bisa dicapai dengan suction bander atau 1. Konseling pasien penting dan jelaskan bahwa
dengan Baron’s bander. Baron’s bander tidak prosedur ini bisa menimbulkan nyeri
membutuhkan asisten untuk memegang sesudahnya,
proktoskop. 2. Jangan tempatkan band terlalu dekat ke linea
dentata karena anda bisa tanpa sengaja
menyertakan mukosa yang sensitif dan
menimbulkan nyeri hebat.
3. Retensi urin bisa terjadi, dan jika band
ditempatkan terlalu superfisial, nyeri hebat
bisa menyusul sehingga membutuhkan
pelepasan band.
4. Biasanya band keluar spontan kira-kira
seminggu kemudian
5. Laksatif harus diberikan untuk mencegah
konstipasi.
89
7 INJEKSI HEMOROID
ANAL/ PERIANAL
Prosedur
Pokok-pokok penting
1. Peringatkan pasien sebelumnya bahwa prosedur bisa nyeri dan mereka mungkin mengamati banyak
darah keluar setelah prosedur.
2. Jangan menyuntik terlalu dekat dengan linea dentata karena bisa menyebabkan nyeri hebat.
3. Mulai dengan benjolan paling kecil sehingga setiap perdarahan tidak akan menghalangi penglihatan.
4. Periksa kembali setelah 6 minggu dan ulangi penyuntikan pada hemoroid yang tersisa.
90
HEMOROIDEKTOMI 7
ANAL/ PERIANAL
Indikasi Dengan menggunakan diseksi tumpul dan tajam,
dorong jaringan subkutan ke arah saluran anus
Hemoroid eksterna (derajat tiga). sampai serabut sfinter interna terlihat.
Prosedur
Pokok-pokok penting
1. Selalu lakukan sigmoidoskopi sebelum prosedur sekalipun orang lain telah melakukannya.
2. Usahakan anda tidak terlalu radikal dengan eksisi; tinggalkan jembatan mukokutan untuk mencegah
stenosis. Jika bentuknya seperti ‘clover’ berarti ‘the trouble is over’; jika terlihat seperti dahlia maka
ini berarti gagal.
3. Berikan pelunak feses setelah operasi.
4. Perdarahan harus selalu dihentikan sebelum meninggalkan kamar operasi, karena darah yang keluar
dari titik-titik perdarahan yang luput terdeteksi bisa banyak.
91
7 SFINGTEREKTOMI INTERNAL LATERAL
ANAL/ PERIANAL
Prosedur
Pokok-pokok penting
Gbr 7.9
92
EKSISI FISTULA ANI 7
ANAL/ PERIANAL
Indikasi Seandainya probe berjalan superfisial , fistula
bisa dieksisi. Jika saluran terletak dalam, fistula
1. Fistula dengan discharge persisten. bersifat kompleks .
2. Pembentukan abses rekuren yang bertalian
dengan fistula. Untuk mengeksisi fistula, lakukan sayatan pada
probe dan jika perlu potong serabut luar dari
Persiapan sfingter interna.
1. Anestesi umum.
2. Posisi litotomi atau posisi ‘prone jack-knife’
Prosedur
Gbr 7.12
Pectinate line
Pangkas setiap kulit yang tergantung di kedua
sisi fistula untuk merangsang penyembuhan
dengan granulasi.
Anal orifice
Cincin anorektal
Persiapan
Prosedur
Gbr 7.14
Pokok penting
94
ABSES PERIANAL 7
ANAL/ PERIANAL
Indikasi Prosedur
Abses perianal yang menonjol keluar. Abses Lakukan pemeriksaan proktoskopi dan inspeksi
ischiorektal mengarah jauh dari pinggir anus dan muara fistulan interna. Insisi abses dan buat
diatasi dengan cara serupa. insisi berbentuk salip kira-kira 2 cm.
Gbr 7.15
Pokok-pokok penting
95
7 EKSISI SINUS PILONIDAL
ANAL/ PERIANAL
Indikasi Prosedur
Sinus pilonidal persisten atau rekuren. Masukkan probe ke dalam sinus dan nilai jumlah
dan arah saluran, Buat insisi elips yang
Persiapan mencakup semua lubang.
1. Anestesi umum.
2. Posisi lateral kiri (atau prone jack-knife)
dengan bokong dipisahkan dengan strap.
Gbr 7.16
Pokok-pokok penting
97
8 VENA VARIKOSA (VARISES)
VASKULAR
Prosedur
Gbr 8.2
98
VENA VARIKOSA (VARISES) 8
VASKULAR
Saphena parva
Gbr 8.3
Pokok-pokok penting
1. Identifikasi vena-vena ini sebelum operasi dengan spidol yang tidak bisa dihapus.
2. Hati-hati dalam mendiseksi bagian proksimal dari vena saphena magna – jangan lakukan diseksi
secara buta di sekitar sapheno-femoral junction.
3. Anjurkan pasien untuk mobilisasi segera mungkin.
4. Varises rekuren harus selalu dipetakan dengan USG Doppler.
99
8 EMBOLEKTOMI FEMORAL
VASKULAR
Gbr 8.5
100
EMBOLEKTOMI FEMORAL 8
VASKULAR
Letakkan klem vaskular (De Bakey) pada ketiga Bila inflow bagus, suntikkan salin yang telah
cabang pembuluh darah utama, kemudian dicampur heparin ke dalam pembuluh darah dan
lakukan arteriotomi longitudinal pada arteri gunakan kembali klem. Ulang prosedur dengan
femoralis communis. Setelah menguji balon menggunakan kateter Fogarty ukuran 4 pada
kateter dengan menyuntikkan udara atau salin, arteri femoralis superfisialis dan profunda.
kempiskan balon dan jalankan kateter ke atas
arah proksimal sampai bifurcatio aorta Setelah membersihkan semua pembuluh darah,
sementara asisten anda mengendalikan reparasi arteriotomi dengan menggunakan
perdarahan dengan mengencangkan tape pal- benang non-serap ukuran 5/0. Lepaskan klem
ing atas. Kembangkan balon dengan satu tangan dan tape, sambil memeriksa hemostasis. Pasang
dan lepas kateter dengan tangan lainnya. suction drain sepanjang kateter dan tutup luka
Gunakan sekedar tekanan yang cukup untuk dengan jahitan terputus benang non-serap.
memberikan tahanan saat balon ditarik. Minta
asisten untuk mengendurkan tape untuk
membiarkan balon muncul bersama dengan
bekuan.
Gbr 8.6
Pokok-pokok penting
1. Prosedur bisa dilaksanakan dengan anestesi lokal pada pasien-pasien yang rapuh dengan
menggunakan bupivicaine 0,25% bersama midazolam untuk sedasi. Walaupun demikian, petugas
anestesi harus selalu hadir, saat anestesi umum lebih disukai.
2. Jika ada ateroma yang mendasari, kateter Forgarty yang lebih kecil mungkin dibutuhkan untuk
membersihkan pembuluh-pembuluh distal.
3. Jika anda tidak mendapatkan perdarahan balik dari arteri-arteri femoralis superfisialis dan profunda,
lakukan angiogram di meja operasi.
4. Jangan kembangkan balon berlebihan karena ini bisa merusak intima dan menjurus ke trombosis
lebih lanjut.
5. Jika anda berhasil menemukan embolus bukan sekedar bekuan darah sederhana, kirimkan embolus
tersebut untuk pemeriksaan histologis.
6. Pada akhir prosedur, cari perbaikan klinis dalam perfusi anggota gerak distal dengan memeriksa dan
mencatat nadi.
101
8 AMPUTASI EKSTREMITAS BAWAH
VASKULAR
Gbr 8.8
VASKULAR
di bawah lapisan otot. Tempatkan jahitan lapis Fibula dipotong miring dengan gergaji Gigli,
kedua yang lebih superfisial dalam otot dan kemudian belah tibia 2 cm distal dari ini.
jaringan subkutan karena ini akan membantu Bersihkan otot dari tulang dengan elevator peri-
mendekatkan flap kulit. Jahit pinggir kulit dengan osteum. Potong bevel anterior pertama kali
beberapa jahitan putus dengan benang non dengan gergaji diagonal kemudian potong tegak
serap 2/0. Hindari memetik pinggir kulit dengan lurus tibia.
forsep bergigi.
Tutup puntung dengan kasa dan kapas dan balut
dengan crepe bandage.
Amputasi bawah-lutut
Gbr 8.9 Pemotongan tulang Tempatkan benang serap di antara otot di bagian
posterior dan jaringan subkutan di anterior dan
Buat insisi sepanjang garis yang telah diberi meninggalkan suction drain di bawah otot.
tanda. Di posterior potong tendon Achilles dan Satukan pinggir kulit dengan jahitan putus
perdalam insisi untuk memotong sisa otot dan benang non-serap 2/0. Pangkas sudut-sudut flap
tendon sampai tulang. Potong otot ke dalam posterior jika perlu agar bentuknya rapih. Tutup
sampai melintasi bagian depan. puntung dengan katun dan balut ketat dengan
crepe bandage.
Pokok-pokok penting
105
9 TIROIDEKTOMI
KEPALA DAN LEHER
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang dengan leher ekstensi.
3. Kantung pasir di bawah bahu dan cincin
kepala untuk menopang.
Prosedur
Gbr 9.1
106
TIROIDEKTOMI 9
Gbr 9.5
N. laryngeus
Gbr 9.4 recurrens
Pada kasus lobektomi trioid, gunakan forsep Kontrol perdarahan dan pasang suction drain ke
berat di garis tengah., potong tiroid dan jahit lo- dalam thryoid bed. Bawa drain keluar di antara
bus yang tinggal dengan benang serap, otot leher. Jika otot leher dipotong, perbaiki
sehingga mengangkat isthmus dengan spesimen dengan jahitan putus benang serap. Platysima
tersebut. bisa ditutup dengan jahitan kontinyu benang
serap.
Gbr 9.8
Pokok-pokok penting
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlungkup dengan leher ekstensi.
3. Kantung pasir di bawah bahu dan cincin
kepala untuk menopang.
Prosedur
Gbr 9.11
Pokok-pokok penting
Gbr 9.10
109
10
UROLOGI
111
10 SIRKUMSISI
UROLOGI
Indikasi Prosedur
Dorsal split
Ventral split
112
SIRKUMSISI 10
UROLOGI
Amankan arteri frenularis dengan benang serap, Lakukan ligasi setiap perdarahan dengan
satu ujung dibiarkan panjang. benang halus serap, kemudian jahit pinggir kulit
ke mukosa secara terputus dengan benang
serap mulai pada posisi jam 3, 6, 9 dan 12,
kemudian rapatkan celah antara jahitan-jahitan
Frenular stitch ini.
Gbr 10.3
Gbr 10.5
Tarik
Gbr 10.4
Pokok-pokok penting
1. Jangan tinggalkan terlalu banyak kulit – kira-kira 0,5 cm di sekeliling glans penis sudah cukup.
2. Hindari meatus ketika mengerjakan dorsal slit.
3. Kasih tahu orang tua bahwa selama proses penyembuhan, luka bisa terlihat sedikit menakutkan,
tetapi segera setelah krusta lepas penyembuhan akan berlangsung mulus.
4. Hindari pemakaian diatermi. Jika perlu gunakan diatermi bipolar.
5. Prosedur ini ideal untuk kasus di mana pasien tidak dirawat inap.
113
10 VASEKTOMI
UROLOGI
1. Anestesi lokal.
2. Posisi terlentang.
Prosedur
Jempol
Gbr 10.8
114
VASEKTOMI 10
UROLOGI
Ikat dasar vas deferens. Kemudian ligasi ujung-ujung yang sudah
dipotong dua kali.
Gbr 10.10
Gbr 10.9
Pokok-pokok penting
1. Konseling kedua partner penting sebelum operasi, dengan menyebutkan bahwa prosedur bersifat
permanen dan pemeriksaan dua kali setelah operasi perlu memastikan tidak ada sperma. Juga sebutkan
alasan kegagalan yang bisa bersifat teknis pada awal operasi atau karena rekanalisasi vas di kemudian
hari.
115
10 HIDROKEL
UROLOGI
Prosedur Jaboulay
Regang skrotum pada aspek anterior hidrokel Dengan jahitan serap, ikat pinggir tunika di
dengan tangan kiri, dan buat insisi di antara belakang duktus deferens dan kemudian
pembuluh-pembuluh yang terlihat dengan kembalikan testis ke skrotum.
menggunakan pisau atau diatermi potong.
Jahit tunika di
belakang cord
Gbr 10.12
Gbr 10.11
116
HIDROKEL 10
UROLOGI
Prosedur Lord
Gbr 10.13
Pokok-pokok penting
1. Ingat pada pria usia 35-40 tahun, pikirkan tumor testis – pemeriksaan ultrasonografi preoperatif
bisa membantu.
2. Pada usia lanjut dan sakit kronis mungkin lebih sesuai dikerjakan aspirasi jarum berulang.
3. Darah dalam hidrokel dijumpai pada trauma, torsi dan beberapa tumor testis, jadi hati-hati dalam
mengerjakan aspirasi hidrokel.
4. Teknik pada anak sama seperti untuk herniotomi inguinale pada bayi. Hidrokel infantil tidak perlu
dioperasi kecuali jika menetap sampai usia lebih dari 18 bulan sampai 2 tahun.
117
10 VARIKOKEL
UROLOGI
Fasia
kremaster
Pokok-pokok penting
Vena
testicularis
Gbr 10.14
118
EKSISI KISTA EPIDIDIMIS 10
UROLOGI
Indikasi Gunakan klip arteri untuk membawa testis dan
epididimis melalui insisi skrotum. Eksisi kista,
Kista besar dan menimbulkan keluhan. yang sering lebih dari satu, dan kembalikan tes-
tis ke dalam skrotum.
Persiapan
Transfiksi dinding kista yang tinggal dengan
1. Anestesi umum. jahitan serap. Kontrol setiap titik perdarahan dan
2. Posisi terlentang. tutup insisi dengan jahitan terputus benang
serap.
Prosedur
Pokok penting
Gbr 10.16
119
10 ORKIDOPEKSI
UROLOGI
Prosedur
Obliqus
externus
Gbr 10.17
UROLOGI
Tinggalkan lapisan fasia yang menutup jari dan, Fiksasi tetsis ke otot dartos dengan jahitan putus
dengan membuka daun gunting, siapkan benang serap dan tutup kulit skrotum dengan
subdartos pouch di antara fasia dan kulit di benang yang sejenis. Tutup luka di lipat paha
atasnya. Dorong ujung forsep ke arah jari anda dengan jahitan kontinyu ke obliqus externus dan
sehingga menggapai lapisan fasia. Saat jari anda jahitan subkutis dengan benang serap.
ditarik, jalankan forsep ke atas luka inguinal
untuk menjemput testis.
Skrotum
Pokok-pokok penting
121
10 EKSPLORASI TESTIS
UROLOGI
Persiapan
1. Anestesi umum
2. Posisi terlentang.
Prosedure
Gbr 10.22
122
EKSPLORASI TESTIS 10
UROLOGI
Fiksasi testis ke tunica vaginalis dengan tiga Jika dijumpai testis terpuntir (torsi), testis pada
jahitan, pada masing-masing kutup dan satu di sisi yang lain difiksasi dengan cara sama sebagai
tengah. pencegahan.
Gbr 10.23
Pokok-pokok penting
123
INDEKS
125
INDEKS
Abses apendik 67 Ekplorasi saluran empedu 57
ischiorektal 95 Eksisi duktus payudara(operais Hadfield) 44
payudara 45 Eksisi fisura ani 93
perianal 95 Eksisi payudara dan pembersihan aksila 38-39
Accessorius, nervus Eksplorasi laparoskopik 57
Adrenalin 16,18,20,94 Ekstremitas bawah amputasi 10-2-103
Aksila, pembersihan 38-39 gangren 103
Alginate dressing 45, 93, 95, 96 iskemia 100,102
Amputasi Embolektomi femoral 100-101
atas lutut 102-103 Empiema kandung empedu 56
bawah lutut 103 End colostomy 77
Anastomosis gastroenterostomi 52-53 End ileostomy 80-81
kolon 72, 74 Endoskopi 48-49
Antikoagulan 58 Esofago-gastroduodenoskopi (endoskopi) 48-49
Anus 88-96
Apendektomi 66-67 Falsiformis, ligamentum 56, 59
Apendik retrosekal 67 Fasia rektus abdominis 11
Arteri femoralis 100, 102 Fenol 20, 90
Arteri femoralis communis 101 Fibroadenoma 36
Arteri femoralis profunda 100 Fimosis 112
Arteri femoralis superfisial 100 Fisura ani 88
Arteri frenularis 113 Fogarty, kateter 61
Arteri gastroduodenalis 55 Fulgurasi 12
Arteri sistikus 57, 60
Aspirasi hidrokel 117 Gangren 103
Aspirasi jarum halus 19 Gastroenterostomi anterior 52-53
Gastroenterostomi posterior 53
Balanitis 112 Gastro-esophageal junction 48
Baron’s bander 89 Gastro-lienalis, ligamentum 62, 63
Batu duktus koledukus 61 Gigli, gergaji 103
Batu empedu 56, 57,61 Ginekomastia 42
Biopsi endoskopik 49 Gliseril trinitrat, krem 92
Biopsi payudara 37
Biopsi rektum 88 Hadfield, operasi 44
Bupivicaine 8, 11, 92, 101 Hartmann, prosedur 74, 75-76
Hartmann’s pouch 59
Calot, trigonum 57, 60 Hassan, kanula 9-11
Capacitance coupling 13 Helicobacter pylori 49
Colostomy bridge 78 Hematoma 36, 39, 41
Connel, jahitan 69 payudara 36, 39, 41
Crohn, penyakit 71, 93 perianal 94
Hemikolektomi dekstra 67, 71-72
Dartos, otot 121 Hemikolektomi sinistra 73-74
DeBakey, klem 101 Hemophilus influenzae B 63
Desjardin, forsep 61 Hemoproid. injeksi 90
Diatermi 12-13 banding 89
bipolar 12 proktoskopi 88
monopolar 12 Hemoroidektomi 91
Discharge payudara 44 Hemostasis, diatermi 12-13
Divertikulitis sigmoid 67 Hernia 22-33
Divertikulum Meckel 67, 68, 70 bilateral 23
Divertikulum soliter 71,73 epigastrik 31
Duk 3, 13 femoralis 26-27
Duktus koledukus 57, 60 insisional 22-25, 117
Duktus koledukus, anatomi 57, 60, 61 paraumbilikal 30
Duktus koledukus, eksplorasi 61 umbilikal 28-29
Duktus payudara, ektasia 44 occult 23
Duktus sistikus 57, 58, 59, 61 Hernia, repair dengan jala propilen
Duodenektomi 61 Herniorafi femoral 26-27
Duodenum, perforasi 54 inguinal 24-25
126
INDEKS
Herniotomi inguinal 22-23 Karsinoma basal 16
infantil 117 Karsinoma duktus payudara 37
Hidrokel, 116-118 kolon 71-73
Hyoid, tulang 109 sekum 67, 71
skuamosa 16
Ileostomi retraksi 81 Kelenjar getah bening aksila 38-39
Ileostomi, herniasi 81 Kista epididimis 119
prolapsus 81 infeksi 18
Infeksi abses payudara 45 limpa 61
kista sebasea sebasea 18
kista tiroglosus 109 tiroglosus 109
operasi Hartmann 76 Koagulasi 12
pasca splenektomi 63 Kocher’s grooved director 107
repair hernia paraumbilikal 30 Kolangiografi operatif 57, 60, 61
subungual 20 Koledoskop 61
Insisi abdomen 4-5 Kolektomi total 80
Kocher 4, 59 Kolesistektomi laparoskopik 56-58
Lanz 4, 66 terbuka 9-10,59-61
laparotomi darurat 4 Kolesistitis 56
median 4-5, 27 Kolik bilier 56
paramedian 4,5 Kolitis 73
pararektal (McEvedy) 27 Kolon, anastomosis 72, 74
periareolar 44 Kolon, angiodisplasia 71
Pfannenstiel 27 Kolostomi transversum 78
servikal 19 Kosmetik, apendektomi 66
subkosta 5 eksisi payudara 38,39
suprainguinal 27 lesi kulit 16
transversal 4 operasi Hadfield
tusukan 28 Kulit, iskemia 45
Inspeksi rongga peritoneum 11 nekrosis flap 41
Iskemia ekstremitas bawah 100, 102 penutupan 8,11
kulit 45 persiapan 3
usus halus 68
Lahey, swab 39,41
Jaboulay, prosedur 116 Lambung 49
Jahitan 7-8 Langenback, retraktor 36, 42
Connel 69 Langer, garis 16, 17
jauh dan dekat 7 Laparoskopi 9-11
kontinyu 7 Laparoskopi diatermi 13
matras 8 Laparoskopi tertutup 9
median 7 Laparotomi b6
paramedian 7 Liechtenstein, prosedur 25
purse string 11, 67 Ligamentum inguinale 26, 27, 100
putus (interrupted) 9 Ligamentum lieno-renalis 62
rangkap dekat-dan-jauh 7 Ligamentum pektineus 27
serab rangkap dua 69 Treitz 52
Jahitan serap berbentuk J 11 Lignokain 16,18,20,94, 114
seromuskular 69 Limfadenopati 19
tegang 7 Limfedema 39
Jejunostomi 52-53 Limfonodus,lihat kelenjar getah bening
Jenkin, kaidah 7 Limpa, kista 62
Joll retraktor 107 ruptur 62,63
Lipoma 17
Kandung empedu, diseksi retrograd 61 Lobektomi trioid 108
empiema 56 Loop colostomy 78
keganasan 58 penutupan 79
lihat kolesistektomi Loop ileosotmy, penutupan 84-85
perforasi 58 Loop ileostomy 82-83
Kanker payudara, mastektomi 40-41 Lord, prosedur 117
penentuan stadium 38 Luka, penutupan 7-8, 11 127
INDEKS
Luminal stent 48 Rektum biopsi 88
pemeriksaan 88
Mamogram 37 sigmoidoskopi 88
Maryland, forsewp 57 Repair hernia epigastrik 31
Mastektomi Patey 40-41 hernia paraumbilikal 30
subkutan 42 hernia umbilikal 29
Matras, jahitan 8 Reseksi usus halus 68-69
Mayo, teknik 30 Riedel, lobus 56
McBurney, titik 66 Ring block, anestesi lokal 20
Meckel diverikulektomi 70
Meckel divertikulum 67, 68, 70 Saluran empedu lihat juga duktus koledukus; duktus sistikus
Melanoma 16 Sapheno-femoral junction 98,99
Mesenterium transiluminasi 68,71,73,75 Sapheno-popliteal junction 99
Meso-apendik 67 Sebasea, kista 18
Midazolam 101 Sekum 66
Mikorkalsifikasi payudara 37 Sfingterektomi 92
Mikrodokektomi 43 duktus koledukus 61
fisura ani 92
Nail bed, ablasi 20 Sigmoid, divertikulitis 67
Nekrosis flap kulit 41 lesi 75
Nekrosis puting susu 44 tumor 74
Nekrosis testis 122 volvulus 75,76
Nekrosis usus halus 68 Sigmoidoskopi 88
Nervus ilioinguinalis 24 Sinus pilonidal 96
Nervus intercostobrachialis 19,39 Sirkumsisi 112-113
Nervus laryngeus externus 108 Sistrunk, prosedur 109
Nervus laryngeus recurrens 107, 108 Splenektomi darurat 63
Nervus thoracalis longus 38, 41 Splenektomi elektif 62-63
Nervus thoracodorsalis 38,41 Splenorafi 63
Split skin graft 41
Obstruksi kolon 74 Stenosis pilorus 52
Obstruksi usus besar 74 Sterilisasi pria 114
Obstruksi usus halus 68 Stoma permanen 80-81
Onychogryphosis 20 herniasi 77
Orkidektomi 25 posisi 76,78
Orkidektomi 25 Struma 106,108
Orkidopeksi 120-121 Subkutis, jahitan 8
Orkidopeksi 120-121
Testis 121
Pacemaker 13 ektopik 121
Panproktokolektomi 80 maldescended 121
Parafimosis 112 nekrotik 122
Payudara 36-45 undescended, 120-121, 123
PEG (percutaneous endoscopic gastroenterostomy) 48, 50- Testis, tumor 117
51 Tetrasiklin 76
Pemotongan peritoneum 5, 59, 60 Tiroidektomi 106
Pencukuran rambut 3 subtotal 107,108
Penisilin 63, 103 Torsi apendages testis 123
Persiapan preoperatif 3 Trisglosus, kista 109
Piloprus 49 Trokar, insersi 10, 56
Piloroplasti 55 pelepasan 11
Pipa T 61 Tukak duodenum, perforasi 54
Pneumoperitoneum 9-10 Tukak lambung, perforasi 54
Polidocanol 20, 90 Tukak peptik lambung 54
Posisi Trendelenberg terbalik 56 Tukak peptik perdarahan 48, 55
Proktoskopi 88, 91 Tukak peptik perforasi 54
Prosesus vaginalis paten 22 Tunika vaginalis 116, 119, 122, 123
Puntung rektum 76
Rekonstruksi 41 Ultrasonografi anorektal 95
128
INDEKS
Umbilikal , hernia 28-29
Ureter 71, 72, 75
Usus besar lihat kolon
Varikokel 118
Varises, perdarahan 48
Vas deferens 114-115
Vasektomi 114
Vena femoralis 26,102
Vena saphena magna 98, 99
Vena saphena parva 99
Vena varikosa (varises) 98
Veress, jarum 9, 11, 56
Vocal cord, periksa preoperatif 108
Zadik, operasi 20
129