Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This reformation era, bureucracy in Indonesia are not many change, both in central government or local
government. Burecracy behavior at reformation era is resemble with New Orde era. Although central
government are many policy about burecracy reform, but burecracy behavior are not many change. Bureucracy in
Indonesia still is patrimonialism. For bureucracy reform, both sentral goverment or local goverment, necessary
bring into reality good governance.
Key words: burecracy, reform, good governance.
abdi dalem dan priyayi yang juga berlapis- pemberdayaan masing-masing elemen,
lapis, pegawai negeri pun terdiri dari yaitu masyarakat umum sebagai
berbagai pangkat, golongan dan eselon. stakeholders, Pemerintah sebagai
Semboyan pegawai negeri adalah abdi eksekutif dan lembaga perwakilan sebagai
negara mengandung makna berorientasi shareholder.
ke atas, sehingga mirip dengan birokrasi Sedangkan reformasi manajemen
kerajaan, ambtenaar. Birokrasi lebih sektor publik, terkait dengan perlunya
menekankan pada mengabdi ke atas dari digunakan model manajemen
pada ke bawah sebagai pelayanan kepada Pemerintahan yang baru yang sesuai
masyarakat. dengan tuntutan perkembangan jaman,
Kini, apakah model atau cap karena perubahan tidaklah sekedar
birokrasi seperti diungkapkan di atas masih perubahan paradigma namun juga
tetap melekat dalam birokrasi di perubahan manajemen. Di antara model
Indonesia? Seharusnya secara teoritis manajemen yang popular adalah yang
sudah berubah yang tidak lagi seperti itu, dikemukakan oleh Osborne dan Gaebler
tetapi harus menuju pada birokrasi ala dengan konsep Reinventing Government.
Weber di mana birokrasi benar-benar Perspektif baru Pemerintahan yang di-
menekankan pada aspek efisiensi,
kemukakan oleh kedua pakar itu, yaitu:
efektivitas, profesionalisme, merit system,
Pemerintahan Katalis, Pemerintah milik
dan pelayan masyarakat. Mengapa? Hal ini
masyarakat, Pemerintah yang kompetitif,
karena zaman telah berubah dengan
Pemerintah yang digerakkan oleh misi,
adanya era reformasi dan otonomi daerah,
Pemerintah yang berorientasi pada hasil,
maka seharusnya birokrasi mengalami
Pemerintah berorientasi pada pelanggan,
perubahan paradigma di mana birokrasi
Pemerintahan wirausaha, Pemerintah
harus memposisikan diri sebagai abdi
antisipatif, Pemerintah desentralisasi,
masyarakat, efisien, efektif, dan
profesionalisme. Pemerintah berorientasi pada pasar.
PENUTUP
Dewasa ini good governance DAFTAR PUSTAKA
merupakan issue yang paling mengemuka
dalam pengelolaan administrasi publik. Afadlal (Ed.), Dinamika Birokrasi Lokal Era
Masyarakat menuntut kepada Pemerintah Otonomi Daerah, Jakarta: P2P LIPI,
untuk mewujudkan dan melaksanakan 2003.
good governance. Pola-pola lama
penyelenggaraan Pemerintahan (bad Hans-Dieter Evers dan Tilman Schiel,
governance) harus ditinggalkan diganti Kelompok-Kelompok Strategis: Studi
dengan pola-pola baru penyelenggaraan Perbandingan tentang Negara,
Pemerintahan yang berdasarkan pada Birokrasi, dan Pembentukan Kelas di
prinsip-prinsip good governance. Dunia Ketiga, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1990, hal, 228.
Untuk mewujudkan good governance
diperlukan reformasi kelembagaan (ins- Lili Romli, “Otonomi Daerah dan Birokrasi
titusional reform) dan reformasi Lokal: Kasus Kabupaten
manajemen publik (public management Pandeglang” dalam
reform). Reformasi kelembagaan Syamsuddin Haris, “Sentralisasri Baru
menyangkut pembenahan seluruh alat-alat Dalam Birokrasi Lokal: Kasus
Pemerintahan, baik struktur maupun Kabupaten Bima”, dalam, Afadlal
infrastrukturnya. Kunci reformasi (Ed.), Dinamika Birokrasi Lokal Era
kelembagaan tersebut adalah
Abstract
This article investigates the problem of public service ethics from an institutional optic. This is an alternative way of
looking at ethics other than a cultural approach. While acknowleding that ethics roots in culture, this article argues
that ethics is institutionally embedded and can therefore be institutionally engineered. Since public service ethics is
an integral part of a social contract between a government and its citizens, this article recommends the
implementation of a contract-like mechanism to improve ethics in public service delivery. Citizen‟s charter is
among the alternatives for such purpose as citizens can control their government and hold it accoutable in process
of service delivery.
Abstract
This paper pointed out that ethic and moral is a key factor to speed up bureaucratic reform in Indonesia. As a
matter of fact, public service in Indonesia is hamper by systemic problems involving all actors in the system from
high level officer to the low rank officer. Although regulation regarding ethic and moral of the government official
sufficient enough to promote certain high standard code of conduct, the bureaucratic behavior is far from ideal.
Indeed, bureaucratic behavior is a mixed of individual characteristic and bureaucratic characteristic. It is
impossible to change bureaucratic behaviour without give attention to these two aspects. To solve this problem,
leadership in Civil Servant Institution is crucial as a breakthrough to cut the vicious circle of buraucracy.
mempunyai pandangan bahwa yang paling abdi negara, dan abdi masyarakat. PNS
penting saat ini adalah demokrasi sudah harus yakin bahwa posisinya adalah
berjalan dimana rakyat bisa langsung sebagai abdi negara dan abdi masyarakat,
memilih pemimpinnya dan wakilnya di bukan abdi dari partai politik. PNS sebagai
parlemen. Tidak banyak yang menaruh pelayan masyarakat tidak mungkin bersifat
perhatian pada masalah birokrasi netral apabila tunduk kepada partai politik.
pemerintahan. Atau memang tidak banyak Etika dan moral PNS merupakan
yang memahami bahwa agenda reformasi pondasi bagi PNS yang berkualitas. Tidak
yang belum tuntas adalah reformasi mungkin dihasilkan suatu perilaku birokrasi
birokrasi. yang ideal sesuai dengan tujuan dari
Dari perspektif sumber daya manusia pembentukan PNS tanpa memperhatikan
dapat dikatakan bahwa birokrasi yang ada masalah etika dan moral PNS. Untuk itu,
sekarang ini adalah warisan dari Rezim pembenahan etika dan moral perlu
Orde Baru yang dibentuk pada awal Tahun mendapatkan prioritas utama dalam
1970-an. Sebagian besar Pegawai Negeri reformasi birokrasi. Dibutuhkan suatu
Sipil (PNS) yang menduduki Jabatan kepemimpinan yang kuat dan reformasi
Eselon I, II, dan III pada Departemen dan kelembagaan agar agenda mentalitas PNS
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang ideal sebagai abdi negara dan abdi
(LPND) merupakan rekruitmen pada Tahun masyarakat dapat terwujud. Semoga !!!
1970-an sampai Tahun 1980-an. Artinya,
mentalitas yang ada pada sebagian besar
PNS di level atas dan menengah tersebut DAFTAR PUSTAKA
masih dipengaruhi alam pikir dan sistem
yang diwarisi oleh Rezim Orde Baru. Hal
Suseno, Frans Magnis. 1987. Etika
inilah yang luput dari pengamatan dalam
Dasar: Masalah-masalah Pokok
reformasi yang sedang berlangsung saat
Filsafat Moral. Kanisius, Jakarta.
ini. Reformasi yang telah mampu
mengubah sistem pemerintahan yang __________________. 1987. Etika
otoriter menjadi pemerintahan yang Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar
demokratis melalui Pemilihan Langsung Kenegaraan Modern. Gramedia
Kepala Negara dan Kepala Daerah belum Pustaka Utama, Jakarta.
mampu mengubah wajah birokrasi. __________________. 2000. Kuasa dan
KESIMPULAN Moral. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Perilaku birokrasi yang saat ini
ditampilkan oleh aparatur pemerintah Setiadja, Gunawan. 1990. Dialektika
hanya dapat diubah dengan melakukan Hukum dan Moral dalam
pembenahan terhadap perilaku PNS, Pembangunan Masyarakat Indonesia.
dalam hal ini menyangkut etika dan Kanisius, Jakarta.
moralnya serta perbaikan lingkungan Thoha, Mifthah. 1987. Perspektif
birokrasi Indonesia. PNS harus dapat Perilaku Birokrasi. Rajawali Pers,
melihat situasi saat ini sebagai masa Jakarta.
transisi, bukan keadaan yang permanen. Soekanto, Soerjono. 1990. Ringkasan
Dengan tetap menjaga semangat korps Metodologi Penelitian Hukum Empiris.
PNS, maka PNS diharapkan akan mampu IND-HIL-CO, Jakarta.
melakukan terobosan dalam pelayanan
masyarakat. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Selain itu, PNS harus mengambil sebagaimana telah diubah dengan
jarak dari politik dan fokus kepada Undang-Undang Nomor 43 Tahun
tugasnya sebagai unsur aparatur negara, 1999.
Abstract
This article will explain the problematic situations of bureaucratic reform in Indonesia. The fall of new orde rezim
showed how well the process of democratic spread to all parts of Indonesia. Civil society tried to create and
reconstruct the political system based on principles of demokratic rule, including how to make bureaucratic
independenly. In fact, many case in reform era found there is political cooptation in the bureaucratic system.
dengan alasan keberadaan partai itu dan merekayasa jaringan struktur politik yang
aktivitas politiknya telah membahayakan secara keseluruhan terpusat pada
negara. lingkaran kekuasaan yang dipegangnya.
Kedua, dalam rangka melakukan Lembaga militer di bawah kendalinya,
pengetatan kontrol politiknya terhadap dalam kedudukannya sebagai Panglima
masyarakat, Orde Baru memantapkan Tertinggi ABRI. Partai politik di bawah
peranan militer dengan fungsinya sebagai kendalinya, melalui tangan Menteri Dalam
penyangga utama kekuasaan negara Negeri sebagai “pembina politik”. Akibat
bekerjasama dengan teknokrat dan pemusatan kekuasaan di tangannya,
birokrat sipil. Berbagai posisi politik Soeharto dengan mudah memperalat
strategis dalam lembaga kepresidenan, negara beserta seluruh instrumen
kementrian, dan jabatan eselon tinggi politiknya yang ada untuk melakukan
tingkat daerah didominasi oleh militer, kontrol terhadap kehidupan demokrasi.
atau setidaknya dipengaruhhi oleh militer.
Tidak hanya itu, bahkan melalui lembaga PENUTUP
legislatif pun, yang seharusnya hanya diisi Birokrasi sebagai garda terdepan
oleh wakil partai yang terpilih melalui dalam penyelenggaraan tata pemerintahan
pemilu, militer melakukan penetrasi dituntut untuk profesional dan tidak
dengan sistem “penjatahan kursi” yang terkooptasi oleh kepentingan politik
mereka peroleh secara “gratis” tanpa harus sehingga ia dapat menunjukkan postur
mengikuti pemilu. Hal inilah yang ideal yang di harapkan publik. Liberalisasi
menyebabkan militer akhirnya menjadi politik sebagai akibat reformasi politik, di
kekuatan sentral yang amat berpengaruhh sisi lain memberikan godaan bagi birokrasi
dalam berbagai pengambilan keputusan untuk bermain dalam ranah politik atau
politik negara. menciptakan ruang bagi munculnya
Ketiga, dalam upayanya politisasi terhadap birokrasi. Beberapa
memobilisasi konflik-konflik politik dan kasus di atas membuktikan bahwa
ideologi, rezim Orde Baru juga birokrasi sulit sekali melepaskan dirinya
memperkuat posisinya dengan menjadikan dari ranah politik. Untuk itu diperlukan
ideologi Pancasila sebagai basis wacana implementasi aturan yang lebih tegas,
politik untuk mendapatkan konsensus sanksi yang berat bagi pelanggaran yang
melalui hegemoni ideologi. Dengan dilakukan birokrasi. Perubahan memang
persatuan dan unifikasi ideologi yang tidak berlangsung cepat, namun bila
kemudian dipertegas dengan ”pengasas- dilakukan sungguh-sungguh kelak kita
tunggal” Pancasila, kelompok-kelompok akan menemukan potret birokrasi yang
sosial dan politik yang ada diarahkan dan ideal di negara kita.
diikat untuk tidak lagi berkompetisi atas
dasar retorika politik, namun dengan dasar
program. Orde Baru melakukan depolitisasi DAFTAR PUSTAKA
dan distribusi eksponensial-ideologisasi
terhadap aktivitas politik yang mungkin Cohen, Jean L & A, Arato, Civil Society
dilakukan baik oleh partai maupun and Political Theory, MIT Press:
organisasi sosial yang menjadi sarana Massachusets, 1992.
artikulasi kepentingan masyarakat. Gellner, Ernest, Membangun Masyarakat
Keempat, penguatan rezim Orde Baru juga Sipil : Prasyarat Menuju Kebebasan,
ditandai dominasi lembaga kepresidenan Mizan: Bandung, 1992.
yang berada di tangan Soeharto. Hal ini Hikam, AS, Demokratisasi dan Civil
tampak dengan kemampuan Soeharto Society, LP3ES: Jakarta 1997.
mempertahankan kekuasaan selama 32
tahun, antara lain keberhasilannya
Abstract
Indonesian State Officers – among them are Civil Servants- attempt to adapt from significant parts of the New
Order‟s government to independent groups professionally endorsed the bureaucracy for implementing government
policy. However, the ethics of state officers managed by The Indonesian Laws no. 43/ 1999 is challenged by the
rise of the spirit of democracy, regional autonomy, and human rights.
Nationalism‟, Foreign Affairs, Vol. 87, Sholeh, Badrus et.al, Balai Mediasi Desa
No. 2, Maret/ April 2008. Perluasan Akses Hukum dan
Mustopadidjaja, AR, ‟Format Birokrasi Keadilan untuk Rakyat, Suhardi
NKRI bagi Percepatan Pemulihan Suryadi (editor), Jakarta: LP3ES,
dan Pembangunan Nasional,‟ 2007.
Indonesian Bureaucracy & Service Sitepu, Musliana Bangun, „Mengatasi
Watch (IBSW), Jakarta, 17 April 2002. Berbagai Tantangan Dalam Era
Pal, Leslie A., „Competing Paradigms in Globalisasi Melalui Peningkatan
Policy Discourse The Case of Perilaku Kewiraswastaan‟, Bisnis &
International Human Rights‟, Policy Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi
Sciences, An International Journal dan Organisasi, No. 01/ Vol. XIII/
Devoted to the Improvement of Policy Januari, Jakarta: Departemen Ilmu
Making, Vol. 28 No. 2, May, Kluwer Administrasi FISIP Universitas
Academic Publishers, 1995. Indonesia, 2005.
Rauf, Maswadi. „Pemerintah Daerah dan Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan
Konflik Horizontal‟, Jurnal Ilmu Politik, Peraturan Perundang-Undangan
No. 18, Agustus 2002. Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
Bandung: Fokusmedia, 2007.
Rowa, Hyronimus, „Dimensi Pelanggaran Undang-Undang Republik Indonesia No.
Hak Asasi Manusia di Lingkungan 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pegawai Negeri Sipil Tinjauan Dari Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Aspek Peraturan Kepegawaian‟ Tahun 2005-2025, Yogyakarta: Penerbit
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widyapraja, Pustaka Yustisia, 2007.
No. 3, Vol. 32, Jakarta: Institut
Pemerintahan Dalam Negeri, 2006.
Abstract
Existence of PNS become keyword from taking place an state especially in service of public. Big role which is
accountability this civil servant make civil servant required by society and have to domicile strategic in life of have
state and go into society. But along with the role of strategic of civil servant confronted by various problem
embosoming, of low performance storey;level, and ethics of morality which not yet been woke up, low prosperity
storey;level, ill defined career ladder, and reward , construction and observation . Various this problems become
bureaucracy reform starting point to improve;repair performance of aparatur bureaucracies. One other primal are
how to apply ashamed culture in bureaucracy. Role of humanist a leader needed especially to give example to his
him. Beside that in improve;repairing performance of civil servant this is needed stages;steps, like repair of
system of rekruitmen, punisment and reward the fairness, clear and coherent law, slogan civil servant , correcting
political system.
mengatakan bahwa PNS di Indonesia saat itu. PNS menjadi motor politik dari
adalah sebagai suatu “keajaiban dunia” partai yaitu GOLKAR yang berkuasa dalam
karena begitu menariknya dan sulitnya menjalankan roda pemerintahan. Hal ini
memasuki jenjang karier PNS ini. Berawal menjadikan kedudukan PNS sebagai abdi
dari inilah masalah-masalah ini kemudian negara sekaligus abdi kekuatan politik
bermunculan. Terutama masalah yang yang melayani partai berkuasa. PNS
berkaitan dengan tumbuh suburnya dengan lembaga KORPRI-nya bersinergi
praktek KKN dikalangan aparatur birokrasi menjadi satu kesatuan yang
(PNS). melanggengkan kekuasaan Orde Baru.
Dilihat dari sejarahnya keberadaan Fakta ini menjadikan PNS sebagai
abdi negara atau PNS inipun menjadi organisasi atau kelembagaan yang
warga negara kelas menengah yang diberi seringkali dimanfaat-kan untuk
keistimewaan pada jamannya di masa kepentingan politik. Akibatnya fungsi
jaman kependudukan penjajahan. aparatur birokrasi sebagai pelayan publik
Keistimewaan itu diberikan tidak hanya terabaikan dan terdistorsi menjadi abdi
kepada abdi negara tersebut melainkan partai yang berkuasa pada saat itu.
keluarganya. Terutama keistimewaan Kondisi yang tidak berbeda adalah
untuk sekolah, hak dan kedudukannya PNS dijaman reformasi seperti sekarang ini,
dengan warga lain. Pihak kolonial kondisi PNS sekarang ada sedikit
berkepentingan terhadap pendudukannya perubahan terutama dari aspek
dengan memelihara birokrasi yang telah peningkatan ke-sejahteraan. Cara pandang
dibentuknya dari kalangan kerajaan dan masyarakatpun masih tetap sama
kaum priyayi. Demikian juga memasuki menganggap PNS sebagai profesi yang
jaman kemerdekaan Orde Lama, Orde membanggakan, walapun sebenarnya cara
Baru dan di era reformasi ini. PNS seolah pandang demikian di masyarakat lambat
memiliki kedudukan yang lebih dengan laun memudar tidak seperti di jaman Orde
warga negara lain. Seolah PNS di Baru yang menjadikan PNS sebagai warga
Indonesia menjadi sumber inspirasi dan kelas pertama. Di jaman reformasi
impian yang dihargai dan di junjung tinggi kehidupan PNS banyak berubah, tuntutan
oleh masyarakat. untuk bekerja sesuai dengan keahlian dan
Kondisi PNS pada masa kemasa kemampuannya. PNS sekarang juga
seolah menjadi sorotan publik, PNS di mendapat tanggungjawab yang berat
jaman Orde Lama merupakan bagian terutama dalam menjalankan tugas dan
terpenting dalam proses membentuk tanggung-jawabnya sebagai abdi negara.
karakter bangsa terutama dalam proses Pengawasan masyarakat yang semakin
penegakkan kemerdekaan, sistim yang menunjukkan kemajuannya menjadikan
belum tertata dengan baik, dalam PNS harus bekerja dengan berbasis
peyelenggaraan pemerintahan maupun kinerja. Selain itu juga harus bekerja
kehidupan negara menjadikan abdi negara secara transparan, akuntabel dan
harus bekerja keras bersama rakyat untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
memperbaiki kehidupan negara. Dilihat Aspek kesejahteraan di masa
dari segi kesejahteraan PNS dijaman Orde reformasi ini PNS menjadi cukup lebih baik
Lama masih juga ada keterbatasan, tetapi seiring dengan peningkatan tunjangan
kedudukannya yang lebih di mata yang harus dibayarkan kepada PNS.
masyarakat menjadikan PNS masih Setiap tahun PNS mendapatkan kenaikan
menjadi sorotan penting. gaji sekitar 15-20 %. Selain itu adanya
Dijaman Orde Baru PNS menjadi berbagai program yang menuntut PNS
bagian penting dalam sistem pemerintahan bekerja lebih baik, implikasinya adalah
maupun sistem politik yang terbentuk pada tunjangan yang lebih besar pula. Seperti
kebijakan remunerasi dibeberapa lembaga
slogan dan retorika yang ada dalam Panca d. Hukum yang tegas dan jelas kepada
Prasetya KORPRI maupun Sapta Marga para PNS yang melanggar ketentuan
dan sederetan Undang-undang atau dan kode etik, diperlakukan sama baik
Peraturan Pemerintah Tentang kepada pejabat atau staff yang telah
kepegawaian, tetapi lebih dari itu melanggar ketentuan.
bagaimana ketentuan-ketentuan tersebut e. Mengedepankan slogan “civil servant”
dapat dihayati dan diamalkan dalam dalam menjalankan kedudukan dan
berprilaku sebagai Aparat Birokrasi dan fungsinya dan bukan sebagai
yang tidak kalah penting yaitu bagaimana penguasa yang harus dilayani.
penegakkan hukum atau sanksi yang tegas
bagi para pelanggar aturan yang telah f. Membenahi sistem politik yang tidak
disepakati dan ditentukan. lagi menyeret PNS pada kepentingan
sesaat yang pada akhirnya akan
melayani partai berkuasa. Untuk itu
PNS yang netral atau Politic is No !
2. Saran dan Rekomendasi menjadi nilai yang harus dibangun
Berdasarkan uraian pemikiran dalam setiap langkah kebijakan
tentang perbaikan reformasi kepegawaian pembangunan PNS yang profesional
aparatur birokrasi ini, ada beberapa saran dan akuntabel.
yang setidaknya dijadikan pemikiran
bersama untuk memperbaiki perfomance
dari PNS ini agar lebih baik dan
menjalankan kedudukan dan fungsinya DAFTAR PUSTAKA
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat
yang memberikan pelayanan kepada
Audit Commission, 2000, Management
masyarakat dengan sepenuh hati.
Paper: Aiming to Improve the
a. Diperlukan sistem rekruitmen yang Principle of Peformance
mengandalkan profesionalisme dan Measurement, London.
nurani, yang dapat dilalui melalui test
Bernardin, H.J. dan J.E.A. Russell, 1993,
and propertest bagi pejabat publik
Human Resource management,
serta melalui lembaga independen
Singapore : Macgraw Hill, inc
yang dapat dipercaya dan diandalkan
kredibilitasnya untuk melakukan Erna Irawati, 2004, Pengukuran Kinerja
proses rekruitmen. Serta mampu dan Analisis Kinerja Organisasi
memanfaatkan sistem informasi Pemerintah Daerah, Manajemen
manajemen kepegawaian dalam Pembangunan, LAN, Jakarta.
melakukan formasi dan pengadaan Fernanda, Desi, 2003, Etika Organisasi
PNS. Pemerintah, Lembaga Administrasi
b. Karakter pemimpin yang memegang Negara Republik Indonesia, Jakarta
prinsip dan menganut budaya malu Keban, Yeremias T, 2004, Enam Dimensi
sebagai upaya pengungkit terciptanya Strategis Administrasi publik, Konsep
budaya kerja yang lebih berorientasi Teori dan Isu, Gava Media,
pada akuntabilitas dan transparansi. Yogyakarta
c. Sistim reward and punisment yang adil LAN, 2004, Modul: Sistim Akuntabilitas
tidak hanya diperlakukan di Kinerja Instansi Pemerintah (Edisi
departemen tertentu saja, karena hal Kedua), Jakarta.
ini menciptakan disparitas mental para LAN-Pusdiklat SPIMNAS, 2004, Sistim
PNS yang berakibat pada buruknya Akuntabilitas Kinerja Instansi
citra PNS. Pemerintah, Jakarta.
Mahsun, Mohammad, 2006, Pengukuran Swanson, R.A dan E.F. Holton III, 1999,
Kinerja Sektor Publik, BPE, Results : How to asseses
Yogyakarta. performance, learning, and
Manulang dan Manulang, mahirot, AMH perceptions in organizations, San
(2001), Manajemen Personalia Edisi- Fransisco : BerretKoeler Publisher.
3, Gajah Mada University Press, Inc
Yogyakarta Thoha, Miftah, 2007, Birokrasi & Politik di
Robbins, Stephen, 2006, Perilaku Indonesia, Rajawali Press, Jakarta
Organisasi, PT. Indeks Kelompok Tjokrowinoto, Moeljarto, 2001,
Gramedia, Jakarta. Pembangunan Dilema Dan
Ruky, Achmad S, 2001, Sistim Tantangan, Pustaka Pelajar,
Manajemen Kinerja, PT Gramedia Yogyakarta
Pustaka Utama, Jakarta. Wibawa, Samudra, 2005, Reformasi
Supriyadi, Gering & Tri Guno, 2003, Administrasi Bunga Rampai
Budaya Kerja Organisasi Pemerintah, Pemikiran Administrasi
Lembaga Administrasi Negara Negara/Publik, Gava Media,
Republik Indonesia, Jakarta Yogyakarta
Suradji, 2003, Manajemen Kepegawaian Kementerian PAN-RI, Pedoman
Negara, Lembaga Administrasi Pengembangan Budaya Kerja
Negara Republik Indonesia, Jakarta Aparatur Negara, Jakarta, 2002
Suara Merdeka 13 Oktober 2008
Abstract
The discipline of civil servant has long been an intersting topics to continously discuss, in particular in discussions
of the civil servant development. Normatively, the discipline of civil servants have been regulated, yet the rules and
regulation number 30 year 1980 on Discipline of Civil Servant, still limited on obligations, restrictions and sanctions.
However, the methods how to develop them is not regulated yet. This is important became discipline can not be
instilled in short time, but it requires well planned, continous, and systematic development to achieve ideal civil
servants. The model presented in this article is expected to be utilized as refference for helping the leaders in
every levels to develop discipline of the service servants in organization.
dikembangkan. Model ini bersumsi bahwa Minor, Marianne, 2002. Coaching and
efektivitas pembinaan PNS akan tercapai Counseling, (terjemahan), Jakarta,
dengan baik apabila dilakukan secara PPM.
terintegrasi, berkesinambungan dan terus Podo, Hadi & Sullivan, Joseph, J., 2000.
menerus antara pembinaan disiplin, Kamus Ungkapan Indonesia-Inggris,
pembinaan etika dan pembinaan karier Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
pegawai. Pembinaan disiplin pegawai pada
dasarnya bukan merupakan kegiatan yang Rahardjo, Tri Budi, W., dkk., 2000.
insedensil yang hasilnya langsung dapat Manajemen Untuk Pekerja Sosial,
dirasakan, melainkan merupakan proses Jakarta, Pusat Informasi dan
belajar (learning process), dan ini bisa Penerbitan, Bagian Ilmu Penyakit
terjadi dalam organisasi yang anggota- Dalam, Fakultas Ilmu Kedokteran
anggotanya secara terus menerus mau Universitas Indonesia.
belajar (learning organization). Sastrohadiwiryo, B., Siswanto, 2003.
Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,
Pendekatan Administratif dan
DAFTAR PUSTAKA Operasional, Jakarta, Bumi Aksara.
Saydam, Gouzali, Kamus Istilah
Affandi, M. Joko, 2002. Pemahaman dan Kepegawaian, Jakarta, Pustaka sinar
Tanggapan Terhadap Substansi Harapan, 1997.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun
Soedarsono, Soemarno, Character
1999 dan Peraturan Pemerintah
Building, Membentuk Watak, Jakarta,
Nomor 96 Tahun 2000, dalam
Elek Media Komputindo, 2002.
Pegawai Negeri Sipil di Era Revolusi
dan Otonomi Daerah, Jakarta, Salusu, J, 1996. Pengambilan Keputusan
Puslitbang BKN. Strategik untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Nonprofit, Grasindo,
Hardijanto, 2003. Pembinaan
Jakarta.
Kepegawaian Dalam Sistem
Administrasi Negara Kesatuan Tayibnapis, Burhannudin, A.,
Republik Indonesia, Jakarta, Makalah Administrasi Kepegawaian Suatu
disampaikan pada Diklatpim Tingkat Tinjauan Analitik, Jakarta, Pradnya
II, LAN, 2003. Paramita, 1995.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Thoha, Miftah, 1993, Perilaku Organisasi:
Manajemen Sumber Daya Manu-sia Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta,
Perusahaan, Bandung, Remaja Grafindo Persada.
Rosdakarya. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
Mathis, Robert, L., Jackson, John, H., Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Manajemen Sumber Daya Manusia, Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
(terjemahan), Jakarta, Salemba 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Empat, 2002.
Redaksi “Civil Service”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS yang dikelola oleh Pusat Pengkajian dan
Penelitian Kepegawaian, Badan Kepegawaian Negara mengundang para akademisi dan praktisi serta para
pengelola kepegawaian untuk mempublikasikan tulisan/artikel maupun hasil riset terkait/relevan pada Volume IV
Nomor 1 dan 2 Tahun 2010.
Tema yang diangkat pada Volume IV Nomor 1 Tahun 2010 adalah “Reformasi Kepegawaian” dan tema pada
Volume IV Nomor 2 Tahun 2010 adalah “Profesionalisme PNS”. Urgensi penetapan tema ini didasarkan pada
kondisi objektif prioritas kebijakan pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi secara sistematis,
komprehensif, dan berkesinambungan, khususnya dalam bidang kepegawaian.
Naskah yang diterima dewan redaksi akan di-review oleh Redaksi Ahli. Naskah untuk Volume IV Nomor 1 Tahun
2010 diterima oleh Dewan Redaksi paling lambat Tanggal 30 April 2010 dan naskah untuk Volume IV Nomor 2
Tahun 2010 diterima oleh Dewan Redaksi paling lambat Tanggal 30 September 2010. Naskah dapat dikirim via
email: puslitbang_bkn@yahoo.com.
Syarat penulisan artikel sesuai dengan format “Civil Service” yang dapat dilihat di www.bkn.go.id). Artikel
maksimal terdiri dari 15 – 30 halaman dan diketik dengan spasi tunggal. Abstraksi maksimal terdiri dari 250 kata
dan disertai dengan keywords. Setiap artikel yang dikirimkan disertai dengan nama dan alamat korespondensi
penulis.
Contact Person:
Hj. Siti Djaenab (021-80887011; 08159578984)
Janry Haposan U. P. Simanungkalit (081310775217)