Professional Documents
Culture Documents
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat lima waktu.
Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib disebut shalat
sunnah qobliyah. Sedangkan sesudah shalat wajib disebut shalat sunnah ba’diyah.
لُة
َصّ عَماِلُكُم ال
ْ خْيَر َأ
َ ن
ّ عَلُموا َأ
ْ َوا
طيَئًة
ِخَ ك ِبَها
َ عْن
َ ط
ّحَ جًة َو
َ ل ِبَها َدَر
ُّ ك ا
َ ل َرَفَع
ّ جَدًة ِإ
ْس
َ ل
ِّ جُد
ُسْ ل َت
َ ك
َ ل َفِإّن
ِّ جوِد
ُسّ ك ِبَكْثَرِة ال
َ عَلْي
َ
ُعَلم
ْ لِئَكِتِه َوُهَو َأَ عّز ِلَمَ ل َوّج َ ل َرّبَناُ ل َيُقوَ لُة َقا
َص ّ عَماِلِهُم ال ْ ن َأ
ْ س ِبِه َيْوَم اْلِقَياَمِة ِم
ُ ب الّنا ُ سَ حاَ ل َما ُي
َ ن َأّو
ّ ِإ
ظُروا ُ ل اْنَ شْيًئا َقا
َ ص ِمْنَها َ ن اْنَتَق َ ن َكا ْ ت َلُه َتاّمًة َوِإ
ْ ت َتاّمًة ُكِتَب
ْ ن َكاَن ْ صَها َفِإَ عْبِدى َأَتّمَها َأْم َنَق
َ لِة َص َ ظُروا ِفى ُ اْن
عَلى َذاُكْم َ ل ُ عَما ْلَ خُذ ا َ عِه ُثّم ُتْؤ
ِ طّو َ ن َت
ْ ضَتُه ِم
َ ل َأِتّموا ِلَعْبِدى َفِري َ ع َقا
ٌ طّو َ ن َلُه َتَ ن َكا
ْ ع َفِإٍ طّو
َ ن َت
ْ ل ِلَعْبِدى ِمْ َه
« جّنِة
َ ت ِفى اْل
ٌ ن َبْي
ّ ى َلُه ِبِه
َ شَرَة َرْكَعًة ِفى َيْوٍم َوَلْيَلٍة ُبِن
ْع
َ ى
ْ صّلى اْثَنَت
َ ن
ْ َم
Coba kita lihat, bagaimana keadaan para periwayat hadits ini ketika mendengar
hadits tersebut. Di antara periwayat hadits di atas adalah An Nu’man bin Salim,
‘Amr bin Aws, ‘Ambasah bin Abi Sufyan dan Ummu Habibah –istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang mendengar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam secara langsung.
Ummu Habibah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua
belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut langsung dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. ”
‘Ambasah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua belas
raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.”
‘Amr bin Aws mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat sunnah dua
belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari ‘Ambasah.”
An Nu’man bin Salim mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat
sunnah dua belas raka’at dalam sehari sejak aku mendengar hadits tersebut dari
‘Amr bin Aws.”[5]
Yang dimaksudkan dengan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari
dijelaskan dalam riwayat At Tirmidzi, dari ‘Aisyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka
Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at
tersebut adalah empat raka’at sebelum zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua
raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum
shubuh.”[6]
Dua belas raka’at rawatib yang dianjurkan untuk dijaga adalah: [1] empat
raka’at[8] sebelum Zhuhur, [2] dua raka’at sesudah Zhuhur, [3] dua raka’at
sesudah Maghrib, [4] dua raka’at sesudah ‘Isya’, [5] dua raka’at sebelum Shubuh.
Shalat sunnah qobliyah shubuh atau shalat sunnah fajr memiliki keutamaan sangat
luar biasa. Di antaranya disebutkan dalam hadits ‘Aisyah,
“Dua raka’at sunnah fajar (qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan
seisinya.”[9]
‘Aisyah mengatakan,
جِر
ْ ى اْلَف
ِ عَلى َرْكَعَت
َ شّد ِمْنُه َتَعاُهًدا
َ ل َأ
ِ ن الّنَواِف
َ ىٍء ِم
ْ ش
َ عَلى
َ - صلى ال عليه وسلم- ى
ّ ن الّنِب
ِ َلْم َيُك
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki perhatian yang luar biasa
untuk shalat sunnah selain shalat sunnah fajar.”[10]
Dalam melakukan shalat sunnah rawatib zhuhur ada tiga model yang bisa
dilakukan.
Pertama: Empat raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur
sebagaimana telah dikemukakan dalam hadits ‘Aisyah di atas.
Kedua: Empat raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at sesudah zhuhur. Hal ini
sebagaimana terdapat dalam hadits Ummu Habibah. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلى الّناِر
َ حُرَم
َ ظْهِر َوَأْرَبٍع َبْعَدَها
ّ ل ال
َ ت قَْب
ٍ عَلى َأْرَبِع َرَكَعا
َ ظ
َ حاَف
َ ن
ْ َم
Ketiga: Dua raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur. Dari Ibnu
‘Umar, beliau mengatakan,
َن َبْعد
ِ َوَرْكَعَتْي، ن َبْعَدَها ِ َوَرْكَعَتْي، ظْهِر
ّ ل الَ ن َقْب
ِ ت َرْكَعَتْي ٍ شَر َرَكَعا ْع َ - صلى ال عليه وسلم- ى
ّ ن الّنِب
َ ت ِم
ُ ظ
ْ ِف
ِ لةِ الصّْب
ح َص َ ل َ ن َقْب
ِ َوَرْكَعَتْي، شاِء ِفى َبْيِتِه
َ ن َبْعَد اْلِعِ َوَرْكَعَتْي، ب ِفى َبْيِتِه
ِ اْلَمْغِر
“Aku menghafal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepuluh raka’at (sunnah
rawatib), yaitu dua raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah Zhuhur, dua
raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum
Shubuh.”[13]
Shalat rawatib ada yang muakkad (ditekankan untuk dikerjakan) dan ghoiru
muakkad (tidak begitu ditekankan untuk dikerjakan). Mengenai jumlah raka’at
shalat sunnah rawatib tersebut, kami lampirkan pada tabel berikut.[14]
Shalat Rawatib Muakkad Shalat Rawatib
Shalat
Qobliyah Ba’diyah Ghoiru Muakkad
Shubuh 2 raka’at - -
Sumber: Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik, 1/381 (Hasil kesimpulan dari berbagai
macam hadits yang membicarakan mengenai shalat sunnah rawatib).
Lebih Bagus Menjalankan Shalat Sunnah di Rumah
ل اْلَمْكُتوَبَة
ّ لةُ اْلَمْرِء ِفى َبْيِتِه ِإ
َصَ لِة
َصّ ل ال
َضَ ن َأْف
ّ َفِإ
إذا خرجت من منزلك فصل ركعتين يمنعانك من مخرج السوء وإذا دخلت إلى منزلك فصل ركعتين يمنعانك
من مدخل السوء
“Jika engkau keluar dari rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang
dengan ini akan menghalangimu dari kejelekan yang ada di luar rumah. Jika
engkau memasuki rumahmu, maka lakukanlah shalat dua raka’at yang akan
menghalangimu dari kejelekan yang masuk ke dalam rumah.”[16]
ّ ن َق
ل ْ ل َتَعاَلى َأْدَوُمَها َوِإ
ِّ ل ِإَلى ا
ِ عَما
ْل
َ با
ّ ح
َ َأ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu
walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu
berkeinginan keras untuk merutinkannya. [17]
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi
sempurna.
Artikel http://rumaysho.com
[1] HR. Ibnu Majah no. 277, Ad Darimi no. 655 dan Ahmad (5/282), dari
Tsauban. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih.
[3] HR. Abu Daud no. 796 dan Ahmad (4/321), dari ‘Ammar bin Yasir. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[4] HR. Abu Daud no. 864, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih.
[6] HR. Tirmidz no. 414, dari ‘Aisyah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih.
[12] HR.Abu Daud no. 1269, An Nasa-i no. 1816, dan At Tirmidzi no. 428.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[17] HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab
Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya.
[18] Syarh Muslim, An Nawawi, 6/71, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, tahun
1392 H.