Professional Documents
Culture Documents
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat
Gambar 1. Penduduk migrasi di Lampung mulai tahun 1905 sampai 1945 (Sumber: Sevin, O. Peta sejarah desa-
desa di Lampung – Jakarta 1987 (tidak dipublikasikan) dalam Benoit, 1989).
Kotak hitam menunjukkan area Sumberjaya.
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat
Gambar 3. Perkampungan lama Suku Semendo pada tahun 1920-1930 dan desa-desa gelombang kedua dari
penduduk Sunda dan Jawa sejak tahun 1949 (Benoit, 1989).
Kotak hitam menunjukkan area Sumberjaya.
sebanyak 127,236 orang yang tersebar pada 6 Tabel 1. Kasus-kasus konflik tanah di Lampung
kabupaten, yaitu: Lampung Utara, Lampung Timur, tahun 1999-2002.
Lampung Tengah, Tanggamus, Way Kanan, dan
Lampung Barat. Tahun Jumlah Kasus Kasus konflik yang
Di bawah Perda No. 6/2001 6 , administrasi Konflik terselesaikan
pertanahan dilaksanakan melalui proses ajudifikasi dan Pertanahan Jumlah Persen
sertifikasi. Sebenarnya, Perda tersebut merupakan (Yang tercatat)
bagian dari rangkaian panjang suatu proses negosiasi 1999 260 71 27
perbaikan kebijakan pertanahan di Lampung. Inisiatif 2000 260 201 39
reformasi pertanahan tersebut termuat di dalam 2001 327 240 73
kebijakan Pemda Propinsi Lampung tentang ’Tanah 2002 327 249 76
untuk Rakyat’. Paling tidak kebijakan tersebut tertuang
di dalam 3 dokumen resmi: (1) Pidato politik Gubernur
yang disampaikan di depan Anggota DPRD yang baru,
1999; (2) Rencana Strategi Pembangunan Daerah
Lampung 2000-2005; dan (3) Pola Dasar
6
Pembangunan Daerah Propinsi Lampung 2000-2005.
Pada tahun 2001, ICRAF dan Universitas Lampung mengadakan
Semua kawasan yang sebelumnya ditunjuk sebagai
penelitian bersama tentang Respon Sosial dari Komunitas Lokal
Terhadap Proses Penunjukkan Ulang Kawasan HPK (Studi kasus: kawasan HPK sekarang dapat dikatakan secara resmi
Lampung Barat) dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah dikonversi.
sebagai bahan pertimbangan perumusan Perda.
25
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat
Tabel 2. Perubahan Rencana Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di Lampung pada Tahun 1997-2000
Taman Nasional (Kawasan Konservasi) Menteri No. 67/1991, kawasan tersebut mencakup
Wilayah Barat Daya Kecamatan Sumberjaya, wilayah desa dan damar agroforestri (Repong
khususnya Desa Trimulyo, diklasifikasikan sebagai Damar). Hasil perhitungan tahun 1998 menunjukkan
Taman Nasional Barisan Selatan yang dicanangkan bahwa di pesisir Krui terdapat 29.000 ha Repong
pada tahun 1935 sebagai Suaka Margasatwa (Besluit Damar dan penggunaan lahan lainnya yang selama
van de Gouverneur-Generaal van Nederlandsch Indie administrasi Belanda tidak diklasifikasikan sebagai
N0 48 Staatschblad 1935 N0 62 – 24.12.1935), dengan kawasan hutan, berubah status menjadi Taman
nama Sumatera Selatan Satu. Status kawasan tersebut Nasional. Padahal, kebanyakan dari Repong Damar
kemudian ditetapkan sebagai Kawasan Pelestarian tersebut sudah dikelola hingga kini selama lebih dari
Alam (suatu area yang ditujukan untuk menjadi Taman 100 tahun oleh komunitas adat setempat. Ditambah
Nasional) pada tanggal 1 April 1979 (De Wulf et dengan yang berada di luar kawasan Taman Nasional,
al.,1981). total luas Repong Damar di pesisir Krui mencapai
Dengan membandingkan peta tahun 1999 dengan 44,000 ha yang lagi-lagi di masa administrasi Belanda
tahun 1939, semakin jelas terlihat bagaimana areal diakui namun belum ditetapkan sebagai tanah
Taman Nasional meningkat secara drastis (Gambar masyarakat adat di Pesisir Krui. Kedua kasus Repong
4). Fay et al. (2000) menyatakan bahwa berdasarkan Damar di dalam Taman Nasional dan tanah marga
TGHK yang ditetapkan melalui Surat Keputusan tersebut terjadi di bagian Barat Taman Nasional Bukit
Barisan.
yang
ersen
Gambar 4. a) Peta area hutan di Lampung Barat tahun didigitalisasi oleh “Boschareaalkaart”, 1939, yang
dipetakan antara tahun 1935 dan 1938. b) Rencana penggunaan hutan pada tahun 1999, yang
dipetakan antara tahun 1980 dan 1990, tetapi batas-batasnya sering hanya berdasarkan batas-
batas pada jaman Belanda.
Kotak hitam menunjukkan area Sumberjaya pada kedua gambar.
26
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat
anggotanya), tiga kelompok diantaranya telah menganjurkan bahwa selain secara ekonomis
memperoleh Izin HKm Sementara yang berlaku selama menguntungkan, lansekap mosaik dengan kombinasi
5 tahun dan ditetapkan oleh Bupati Lampung Barat. berbagai sistem tanam kopi, hamparan sawah, dan lajur
Mereka merupakan kelompok HKm pertama yang tanaman/pepohonan di sepanjang bantaran sungai
diizinkan oleh seorang Bupati di Indonesia dibawah (riparian strips) tidak selalu buruk atau bahkan lebih
SK Menteri Kehutanan No. 31/Kpts-II/2001 tentang baik daripada hanya hutan sebagai penyedia fungsi
HKm (Tabel 3) yang prosesnya dilaksanakan secara DAS baik bagi masyarakat dan pengelola PLTA.
partisipatif.
Desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah
KESIMPULAN
Kabupaten yang berevolusi secara positif mendorong
program HKm di bawah paradigma Pengelolaan Hutan Kajian perspektif sejarah dalam tulisan ini
Berbasis Masyarakat (PHBM) ditingkatkan oleh mengklarifikasi bahwa konflik status dan penggunaan
pemerintah Kabupaten Lampung Barat menjadi lahan kawasan yang terjadi di masa lalu bukan
Pengelolaan Lingkungan dan Sumberdaya Alam merupakan sejarah hitam dan putih tentang penduduk
Berbasis Masyarakat (Community Based perambah hutan, tetapi lebih sebagai suatu sejarah
Environmental and Natural Resources Management/ yang kelabu. Bukti peta Taman Nasional yang
CBENRM) yang dituangkan ke dalam bentuk terdahulu (sebelum TGHK) menunjukkan pihak mana
Raperda (Rancangan Peraturan Daerah) melalui yang sebenarnya melanggar tata batas. Pada kasus
mekanisme konsultasi publik dengan keterlibatan multi penelitian tentang hubungan antara fungsi hutan
pihak dan berbagai unit teknis pemerintah lainnya lindung terhadap perlindungan DAS, diperlukan
seperti dinas pertanian, perikanan, perternakan, dan klarifikasi lebih jauh apa yang memang benar-benar
sebagainya. Pada saat ini, Dinas Kehutanan dan SDA merupakan kenyataan atau yang hanya persepsi
Lampung Barat berkolaborasi dengan ICRAF, semata.
WATALA dan masyarakat menyusun Kriteria dan Memang diakui bahwa proses negosiasi
Indikator Evaluasi HKm secara partisipasif untuk berlangsung lambat. Sejauh ini, baru tiga kelompok
memberikan kepastian hukum bagi kelompok tani petani HKm yang ’dapat’ mengelola sekitar 700 ha
HKm. kawasan Hutan Lindung dan telah memiliki
Para petani pada dasarnya memiliki pengetahuan pemecahan bagi pembatasan kembali kawasan HPK
yang baik tentang fungsi hutan bagi DAS, seperti memakan waktu bertahun-tahun. Namun demikian,
peningkatan kualitas air dan penurunan resiko banjir catatan terpenting dalam kajian ini adalah, dengan
dan longsor (Schalenbourg, 2002). Fungsi DAS yang adanya peralihan kekuasaan melalui otonomi daerah,
terpenting bagi penduduk setempat adalah bagaimana situasi kebijakan pemerintah di daerah saat ini jauh
menjaga sumber serta meningkatkan ketersediaan air lebih kondusif daripada saat sebelum reformasi
yang bermutu baik untuk keperluan domestik. terutama dalam rangka mengakhiri konflik melalui
Persepsi petani saat ini, dengan 10% areal hutan negosiasi, dimana para pihak berkepentingan dapat
masih mampu memberikan perlindungan fungsi DAS saling berdampingan antara satu dengan lainnya untuk
yang diharapkan. Penelitian awal oleh ICRAF merajut kepentingan bersama (common interests).
Tabel 3. Kelompok HKm di Sumberjaya yang mendapat izin selama 5 tahun (hingga Januari 2003).
Verbist dan Pasya, Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik Dan Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat