Professional Documents
Culture Documents
SERUMEN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2008
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Daftar Tabel iv
I. PENDAHULUAN 1
AKUSTIKUS EKSTERNUS 10
III. PEMBAHASAN 13
3. 1. SERUMEN 13
3. 1. 1. DEFINISI SERUMEN 13
3. 1. 3. FISIOLOGI SERUMEN 17
3. 2. 1. Zat serumenolisis 24
3. 2. 2. Penyemprotan telinga 26
3. 2. 3. Metode Kuretase 27
3. 3. 1. HIPERSERUMINOSIS 28
(Ceruminoma, Hidradenoma) 29
3. 3. 4. CERUMINOMA 30
IV. KESIMPULAN 33
DAFTAR PUSTAKA 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.9 Aliran Limfatik Kelenjar Getah Bening pada Kepala dan Leher 12
Gambar 3.1 Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering 14
Gambar 3.3 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator 23
Bila lama tidak dibersihkan serumen akan menimbulkan sumbatan pada kanalis
akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen obturans (serumen yang menutupi
kanalis akustikus eksternus). Sumbatan serumen kemudian dapat menimbulkan
gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan
menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
Sumbatan serumen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi antara lain
dermatitis kronik liang telinga luar, liang telinga sempit, produksi serumen yang
banyak dan kental, adanya benda asing di liang telinga, eksostosis di liang telinga,
terdorongnya serumen oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi, dan
kebiasaan mengorek telinga.
Bila terjadi pada kedua telinga maka serumen obturans ini menjadi salah satu
penyebab ketulian pada penderita. Suara dari luar tak dapat masuk ke dalam telinga
dan dengan demikian suara tidak dapat menggetarkan oleh membran timpani.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan liang telinga
(canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam
oleh membran timpani. aurikula dan 1/3 lateral liang telinga tediri dari kartilago
elastis yang secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan
subkutan yang ditutupi oleh kulit dan adeneksanya. Hanya lobulus pinna yang tidak
memiliki kartilago dan terdapat lemak. (2)
Gambar 2.2 Perkembangan Aurikula
Aurikula berasal dari enam tonjolan mesenkim, tiga tonjolan dari arkus brankial
pertama dan lainnya dari arkus brankial kedua. Pada kehamilan yang normal
tonjolan mesenkim kartilaginosa bersatu membentuk aurikula. Aurikula akan
berpindah posisi menjadi lebih tinggi yaitu dari posisi semula dekat comissura
lateralis oris ke area temporal dengan pertumbuhan selektif dari mandibula. (2)
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari kartilago yang dilapisi kulit.
Bentuk kartilago ini unik dan harus diusahakan untuk mempertahankan bangunan
(1)
ini karena dapat menjaga telinga luar dari trauma. Kulit pada permukaan luar
daun telinga melekat erat pada kartilago di bawahnya beserta jaringan ikat dari
dermis yang padat membentuk perikondrium. Sebaliknya, kulit permukaan
belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan sejati. Keadaan daun telinga
serta posisi daun telinga yang terbuka merupakan penyebab timbulnya sebagian
besar masalah klinis yang mengenai daun telinga yaitu trauma, kontak langsung
dengan cuaca, dan infeksi. Pengumpulan cairan akibat proses-proses tersebut seperti
adanya pus dan hematom mengakibatkan terpisahnya perikondrium dari kartilago.
Bila proses ini tidak segera diatasi maka akan terjadi nekrosis kartilago karena
terganggunya perfusi nutrisi dari pembuluh darah perikondrium. (3)
Gambar 2.4 Liang Telinga. a. bagian kartilaginosa. b. bagian osseus
Kanalis akustikus eksternus dapat dibagi menjadi 2 bagian. Bagian luar, 40% dari
CAE, adalah bagian kartilaginosa dan terdapat lapisan tipis jaringan subkutan
(2)
diantara kulit dan kartilago. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal
dari bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya
bervariasi tiap individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam
(1)
liang telinga. Bagian dalam, 60% dari CAE, adalah bagian osseus terutama
dibentuk oleh timpanic ring dan terdapat jaringan lunak yang sangat tipis antara
(2)
kulit, periosteum dan tulang. Anatomi bagian ini sangat unik karena merupakan
satu-satunya tempat dalam tubuh dengan kulit langsung terletak di atas tulang tanpa
adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka dan tiap
(1)
pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.
Terdapat penyempitan pada petemuan bagian kartilaginosa dan bagian osseus
kanalis akustikus eksternus yang disebut isthmus. (2)
Panjang kanalis akustikus eksternus pada orang dewasa rata-rata 2,5 cm. Karena
posisi membran timpani yang miring, maka bagian posterosuperior kanalis
akustikus eksternus lebih pendek 6 mm dari bagian anteroinferior. Kanalis
akustikus eksternus membentuk kurva seperti huruf S arah superior dan posterior
dari lateral ke medial. Kanalis akustikus eksternus juga mengarah ke hidung
sehingga pada pemeriksaannya aurikula perlu ditarik ke superior, lateral dan
posterior untuk meluruskan kanalis akustikus eksternus. (2)
Bagian lateral kanalis akustikus eksternus dibatasi oleh meatus. Bagian medial
dibatasi oleh membran tympani dan bagian squamosa tulang temporal yang menjadi
barier yang baik terhadap penyebaran infeksi bila membran tersebut utuh. Bila
terjadi perforasi membran tympani infeksi dapat menyebar kembali dan terus
menyebar dari telinga tengah ke kanalis akustikus eksternus. Tympanic ring yang
berbentuk seperti tapal kuda dan bagian squamosa tulang temporal memisahkan
kanalis akustikus eksternus dengan fossa cranial media, yang jarang terjadi
penyebaran infeksi secara langsung ke intracranial. (2)
SUPERIOR
ANTERIOR
Superficial temporal A &
Middle V
cranial TM Auriculotemporal nerve
fossa J Parotid gland
Preauricular lymph node
INFERIOR
Invaginasi epidermis membentuk dinding terluar dari folikel rambut dan tangkai
rambut membentuk dinding bagian dalam. Saluran folikularis merupakan ruangan
antara kedua struktur ini. Alveoli dari kelenjar sebasea dan apokrin kosong sampai
dengan pendek, duktus ekskretorius yang lurus, dan bemuara ke saluran folikularis.
Sumbatan pada salah satu bagian dari salah satu sistem kelenjar ini merupakan
faktor predisposisi terhadap timbulnya infeksi. (2)
Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu melalui vena temporalis
superfisiali dan vena aurikularis posterior kemudian bersatu membentuk vena
retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya bertemu di vena jugularis,
pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis eksterna namun demikian juga
menuju ke sinus sigmoid melalui vena emissarius mastoid.
V
I
I
C
3 V
Gambar 2.9 Aliran Limfatik Kelenjar Getah Bening pada Kepala dan Leher
3. 1. SERUMEN
3. 1. 1. DEFINISI SERUMEN
Serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi apokrin
dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut.
(5)
Namun, karena perbedaan serumen dan keratin tidak merupakan suatu hal
yang mendasar maka keduanya akan disebut sebagai serumen. (13)
3. 1. 2. KOMPOSISI DAN PRODUKSI SERUMEN
Gambar 3.1. Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering
dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras. (13)
Serumen tipe basah dan tipe kering
Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan
orang ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras
Oriental, memilki karakteristik kering, berkeping-keping, berwarna kuning
emas dan berkeratin skuamosa yang disebut rice-brawn wax. Serumen pada
ras non-Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak
ataupun keras (Gambar 3.1). Perkembangan serumen dipengaruhi oleh
mekanisme herediter, alel serumen kering bersifat resesif terhadap alel
serumen basah. Yang cukup menjadi perhatian adalah bahwa rice-bran wax
berhubungan dengan rendahnya insidensi kanker payudara. Namun, ini
bukanlah suatu hal yang mengejutkan karena kelenjar seruminosa dan
kelenjar pada payudara sama-sama merupakan kelenjar eksokrin. (13)
Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan
konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen
yang berwarna hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila
dijumpai maka dapat menjadi tanda awal terjadinya aklaptonuria. (5)
Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat diketahui hanya melalui mata
telanjang namun harus dilakukan apusan setipis-tipisnya dari sampel.
Pigmen yang menjadi zat pemberi warna pada semen masih belum dapat
teridentifikasi. (13)
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan
kulit. Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut,
dari migrasi hingga pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-sel
dapat dengan mudah jatuh. Namun pada telinga kecil kemungkinannya
untuk tidak menumpuk. Sel-sel yang mengalami deskuamasi ini terkumpul
pada kanalis akustikus eksternus dalam bentuk lapisan, dan menjadi 60%
dari berat total serumen. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti
bakteri yang dapat merusak sel dinding bakteri. Genetik mempengaruhi tipe
serumen secara signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika memiliki
serumen dengan warna terang sampai coklat gelap lengket dan basah. Ras
asia dan ras amerika latin memiliki serumen abu-abu atau coklat muda,
mudah patah dan kering yang berhubungan dengan jumlah lemak yang
sedikit dan granula pigmen. (12)
3. 1. 3. FISIOLOGI SERUMEN
Membersihkan
Lubrikasi
Dulu dikatakan bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi
bakteri dan fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang
tertahan dapat menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan
infeksi telinga namun secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup
lemah. (10)
Diduga serumen memainkan peranan penting dalam meningkatkan sistem
pertahanan tubuh dalam merespon infeksi. Mungkin paparan bakteri dapat
menginduksi peningkatan regulasi komponen anti bacterial pada serumen.
Meskipun demikian serumen pasien dengan otitis eksterna tampak tidak
memiliki asam lemak poli unsaturated anti bacterial. Namun alasan dari
pernyataan ini tidak jelas. Secara empiris serumen hanya berfungsi
mengeluarkan keratin.
Keratosis Obturans
Beberapa pasien mendapati adanya benda yang putih seperti mutiara pada
telinga mereka dan terbentuk dari keratin skuamosa yang terkompresi. Jenis
ini sangat sulit untuk dibersihkan. Bila berlanjut lembar keratin akan
berdeskuamasi sampai ke lumen kanalis akustikus eksternus dan massa akan
bertambah banyak. Tekanan dari massa ini akan menimbulkan erosi pada
tulang kanalis akustikus eksternus. (13)
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi
yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus
tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa sebelumnya.
Perforasi membran timpani memungkinan masuknya larutan yang terkontaminasi
ke telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air yang terlalu
keras kearah membran timpani yang atrofi dapat menyebakan perforasi. Liang
telinga dapat diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan botol irigasi
yang diberi tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatas
dan belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding
superior kanalis akustikus ekstenus sehingga arus yang kembali mendorong
serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang
erat dibawah telinga dengan bantuan seorang asisten sangat membantu dalam
mengerjakan prosedur ini. (3)
Gambar 3.2 Cara Membersihkan Kanalis Akustikus Eksternus (3)
Gambar 3.3 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator (1)
Pemeriksaan gendang telinga mungkin pembersihan lebih lanjut dengan irigasi.
Penghisapan digunakan untuk mengeluarkan serumen yang basah dan untuk
mengeringkan liang ini. Dapat juga digunakan aplikator logam berujung kapas.
Massa serumen yang keras harus lebih dahulu dilunakkan sebelum pengangkatan
untuk menghindari trauma. Zat yang dapat digunakan adalah gliserit peroksida dan
dipakai 2-3 hari sebelum dibersihkan. Obat pengencer serumen harus digunakan
dengan hati-hati, karena enzim atau bahan kimianya sering dapat mengiritasi liang
telinga dan menyebabkan otitis eksterna. (3)
3. 2. 1. Zat serumenolisis
Zat serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum
pengangkatan serumen (11)
3. 2. 2. Penyemprotan telinga
3. 3. 1. HIPERSERUMINOSIS (6)
3. 3. 4. CERUMINOMA (6)
Secara histology tumor terdiri dari sel asidofilik yang mengelilingi lumen
atau disekitar korda dan dibatasi oleh sel mioepital yang tidak dikenal.
Terdapat stroma intraglandula yang berubah-ubah. Kadang-kadang
histologisnya mirip dengan adenoma, mixed tumor, dan adenoidcystic.
Rekurensi terjadi bila karsinoma tidak diangkat semua. Pengobatannya
tergantung luasnya pemotongan tumor. Sifat agresif local atau invasif
harus disamakan dengan keganasan meskipun tidak ada kasus mengenai
penyebaran seruminoma.
4.1. Earwax atau serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi
apokrin dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan
rambut.Terdapat (co) Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen
tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.(en)
4.3. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan yang didapat dari pasien berupa
pendengaran menurun sampai tuli ringan, adanya tekanan di telinga sampai rasa
nyeri telinga dan gambaran dari serumen baik dari konsistensi maupun dari warna
serumen. (mo)
4.4. Penanganan serumen dilakukan dengan menggunakan obat tetes telinga yang
bersifat seruminolisis, penyemprotan telinga, dan metode dengan instrumentasi
seperti kuretase dan penyedotan (suction). (mo)
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES
Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
2. Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., Head & Neck Surgery Otolaryngology.
4th Edition. 2006. Lippincot Williams & Wilkins.
5. Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001. Mosby
Yaer Book.
9. Nurbaiti I. Prof, Dr., Sp.THT., Efiaty A.S. Dr., Sp.THT., Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. 2004. Balai Penerbit FKU1, Jakarta.Guest
10. J. F., Greener M. J., Robinson A. C., Impacted Cerumen: compotition, production,
epidemiology and management. Available at Retrieved from
http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
11. Earwax : Review and Clinical Update March 26, 2008 Available at Retrieved from
http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax
12. Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6 th, 2005. Available
at Retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
13. Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics. Posted January 8th,
2002. Available at Retrived from http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-
90869479.html