Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
1. Pengertian Oscilator
Oscilator adalah suatu device yang dapat menghasilkan
keluaran gelombang sinusoida. Oscilator merupakan suatu rangkaian loop
tertutup yang sinyal inputnya didapat dari rangkaian itu sendiri dengan
memanfaatkan umpan balik positif.
G a m b a r 1 . S k e m a u m p a n b a lik
Vout = AVin
Vf = ABVin = 1
Sinyal yang akan diumpan balikkan harus sefasa dengan sinyal keluaran.
4. Tegangan Awal
Tegangan awal dari oscilator adalah tegangan mula-mula
bagi input dari oscilator agar dapat mulai diperkuat, diumpanbalikkan
sehingga mulai bergetar, seperti dituliskan di atas bahwa tidak ada input
bagi oscilator, lalu darimana tegangan ini muncul?
Setiap tahanan mengandung elektron bebas karena faktor suhu
lingkungan, elektron bebas ini bergerak secara acak dan menghasilkan
sinyal derau pada tahanan, karena keacakannya sinyal ini mempunyai
frekuensi sampai 1000 GHz. Pada saat pertama kali menyalakan oscilator
satu-satunya sinyal input bagi oscilator adalah sinyal derau tadi yang
kemudian diperkuat dan diumpan balikkan berkali-kali. Penguatan dari AB
ini akan melewati satu untuk beberapa saat, tetapi otomatis akan menjadi
turun menjadi satu.
6. Frekuensi resonansi
Frekuensi resonansi dari rangkaian umpan balik yang
berupa resonantor LC dapat dituliskan sebagai berikut:
1
fr ≅
2π LC
II. Jenis-jenis Oscilator
1. Oscilator Jembatan-Whien
Oscilator Jembatan-Whien adalah jenis oscilator yang umum
digunakan pada frekuensi rendah sampai menengah antara 5 Hz sampai
sekitar 1 MHz, oscilator ini juga sering digunakan pada pembangkit sinyal
audio komersial. Gambar 2 memperlihatkan rangkaian oscilator
Jembatan-Whien yang umum digunakan.
+Vcc
U m p a n b a lik
P o s itif +
-
U m p a n b a lik
N e g a tif R L
-V e e
2 R '
Lam pu
R ' T u n g s te n
C R
R C
G a m b a r 2 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r
J e m b a ta n W h ie n
Lead-Lag Network
oscilator Jembatan-Whien menggunakan rangkaian umpan balik
yang disebut jaringan ketinggalan-mendahului (lead-lag network), (gambar
3). Pada frekuensi yang amat rendah, kapasitor seri dianggap terbuka
bagi sinyal masuk dan tak ada sinyal keluar, pada saat frekuensi amat
tinggi, kapasitor paralel dianggap terhubung singkat, tak ada sinyal
keluaran. Berdasarkan itu maka oscilator ini bertindak sebagai oscilator
pass-band, dimana sinyal keluaran mencapai maksimum pada nilai
tegangan keluaran tertentu (gambar 4), frekuensi ini disebut dengan
frekuensi resonansi (fr). Pada frekuensi resoansi ini pergesaran fasa
mencapai nol, pada gambar dapat dijelaskan karakteristik dari oscilator
Jembatan-Whien ini. Saat frekuensi amat rendah, sudut fasa berharga
positif dan rangkaian berlaku sebagai jaringan lead, sedangkan saat
frekuensi amat tinggi sudut fasa berharga negatif dan rangkaian berlaku
sebagai jaringan lag. Frekuensi resonansi dapat dituliskan sebagai:
1
fr =
2πf r C
R C
1 /3
R C
V in V out
f
f r
G a m b a r 3 . J a r in g a n L e a d - L a g G a m b a r 4 . K a r a k t e r i s t i k ja r i n g a n
L e a d -L a g
V O u t / V in
C C
R /2
V in V O ut
1
R R
2C
f
f r
G a m b a r 5 . J a r in g a n T w in - T G a m b a r 6 . K a r a k t e r i s t i k ja r i n g a n
T w in - T
C C
+Vcc
R /2
+
V out
-
R R
-V e e
2C
R 1
R 2
G a m b a r 7 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r T w in - T
Cara Kerja Oscilator Twin-Twin-T
Umpan balik positif diambil dari pembagi tegangan R1 (lampu) dan
R2 pada masukan tak membalik (+), sedangkan umpan balik negatif
diambil dari jaringan Twin-T. Bila daya mula-mula dinyalakan, resistansi
R1 masih berharga rendah sehingga umpan balik positif berharga
maksimum, pada saat osilasi membesar resistansi R1 naik sehingga
mengurangi umpan balik positif, pada saat umpan balik turun dan AB
menjadi sama dengan 1 maka osilasi tetap konstan, tidak naik atau turun.
+Vcc
C C C
-
V O ut
R R R +
-V e e
G a m b a r 8 . R a n g k a ia n u m u m o s c ila to r p e r g e s e r a n fa s a
d e n g a n ja r i n g a n L e a d ( m e n d a h u l u i )
Cara kerja Oscilator Pergeseran Fasa
Pada oscilator pergeseran fasa tidak ditemuinya adanya penurun
AB menjadi satu, hal ini disebebkan oleh adanya rangkaian penggeser
fasa menjadi 180o, bila fasa yang tergeser 180 o itu dimasukkan ke umpan
membalik (umpan balik negatif), maka ia akan mengunci oscilator untuk
bekerja pada daerah penguatan AB=1, dengan demikian oscilator akan
bekerja secara normal.
+Vcc
Pengham bat R F
R 1
V O ut
C 4
C 1
C 2
R 2 R 3 C 3
G a m b a r 9 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r C o lp itts
1
fr ≅
2π LC
5. Oscilator Amstrong
Gambar 10 adalah suatau rangkaian umum oscilator
Amstrong. Pada rangkaian ini, kolektor menggerakkan resonator LC.
Sinyal umpan balik diambil dari belitan skunder kecil ke basis. Pada
transformator terjadi pergeseran fasa sebesar 180 o itu artinya fasa yang
melingari loop rangkaian itu sama dengan nol, dengan kata lain umpan
balik yang terjadi adalah positif. Bila efek pembebanan diabaikan, bagian
umpan balik adalah:
B≈M/L
+Vcc
Pengham bat R F
R 1
C 1
C 4
C 2 L
R 2 R 3 C 3
G a m b a r 1 0 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r A m s tr o n g
6. Oscilator Hartley
Gambar 11 adalah contoh dari oscilator Hartley. Bila
resonator LC mengalami resonansi, arus yang melingkar akan melalui L 1
yang dipasang seri dengan L2. Jadi harga L ekivalennya adalah L1+L2.
+Vcc
P engham bat R F
R 1
C 1
C 4
C 2 L1
L2
R 2 R 3 C 3
G a m b a r 1 1 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r H a r tle y
B ≈ L2 / L1
Osilasi dapat terjadi dengan bati tegangan lebih besar dari 1/B dengan
mengabaikan pembebanan oleh basis.
7. Oscilator Clapp
Oscilator Clapp pada gambar 12 merupakan perbaikan dari
Oscilator Colpitts. Pembagi tegangan kapasitif menghasilkan sinyal
umpan balik seperti sebelumnya. Sebuah kapasitor tambahan C 3 dipasang
seri dengan induktor. Karena arus resonator melingkar mengalir melalui
C1, C2 dan C3 maka kapasitansi total untuk perhitungan frekuensi
resonansi adalah:
1
C=
1 / C1 +1 / C2 +1 / C3
+Vcc
Pengham bat R F
R 1
C 1 L1
C 3
R 2 R 3 C
C 2
G a m b a r 1 2 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r C la p p
Pada Oscilator Clapp, C3 jauh lebih kecil dari harga C 1 dan C2.
Akibatnya C hampir sama dengan C3, frekuensi resonansi diberikan oleh:
1
fr ≅
2π LC3
8. Oscilator Crystal
Oscilator kristal digunakan apabila membutuhkan oscilator
dengan frekuensi yang sangat stabil dan kritis. Umumnya dugunakan
oscilator kristal kuarsa. Kristal ekivalen dengan suatau induktor besar
yang paralel dengan sebuah kapasitor kecil, nilai induktansi kristal
sedemikian besarnya, sehingga nilai-nilai kapasitansi liar dan kapasitansi
transistor hampir sama sekali tidak mempengaruhi frekuensi diri kristal.
Karakteristik kristal yang khas yang adalah adanya sifat Piezzo
Electric, artinya suatau kristal dapat bergetar dengan frekuensi tertentu
apabila dilintasi tegangan ac padanya, dan sebaliknya, bila dipaksa untuk
bergetar maka ia akan mengeluarkan tegangan ac yang sama. Sifat yang
terakhir ini digunakan pada oscilator. Pada penerapannya, kristal didapat
dari garam Rochelle atau Tourmaline. Garam tersebut diiris sedemikian
rupa dengan amat sangat tipis, tebal atau tipisnya irisan disesuaikan
dengan kebutuhan frekuensi yang ingin dihasilkannya, semakin tipis suatu
irisan kristal, semakin besar frekuensi yang didapat. Irisan ini kemudian di
tempelkan diantara dua lempeng logam.
+Vcc
Pengham bat R F
R 1
C 3
C 1
K r is ta l
R 2 R 3 C
C 2
G a m b a r 1 3 . R a n g k a ia n u m u m O s c ila to r K r is ta l
je n i s C o l p i t t s
Cara kerja Osilator Kristal
Gambar 13 memperlihatkan sebuah oscilator kristal Colpitts.
Pembagi tegangan kapasitif menghasilkan tegangan umpan balik untuk
basis transistor. Kristal berlaku sebagai sebuah induktor yang beresonansi
dengan C1 dan C2. Frekuensi resonansi ini ada diantara harga-harga
resonansi seri dan paralel.
Kristal dapat digambarkan sebagai rangkaian ekivalen berikut:
C m = C m
C s
G a m b a r 1 4 . E k iv a le n s i K r is ta l
1
fs =
2π LC s
1
fp =
2π LC simpal
Dengan
CmC s
C simpal =
Cm + C s
Bagian 2: MULTIVIBRATOR
I. Pendahuluan
1. Pengertian Multivibrator
Multivibrator hampir mirip dengan osilator dengan beberapa
perbedaan yang nyata. Diantaranya bentuk keluaran yang dihasilkannya,
konvigurasi rangkaian serta cara kerjanya. Umunya kesamaan
multivibrator dengan osilator adalah sama-sama mengeluarkan denyut,
kalau pada oscilator mengeluarkan denyut AC sinusoidal, maka pada
multivibrator dapat menghasilkan denyut AC atau DC berbentuk pulsa
segi empat. Multivibrator sering digunakan sebagai pewaktu karena batas-
batas pulsanya yang jelas antara keadaan ada dan tiada atau nol dan satu
jika kita representasikan sebagai kode biner.
2. Konsep Dasar
Salah satu perbedaan multivibrator dengan osilator jika
ditinjau dari cara kerja serta keluarannya adalah analog dan digital. Pada
osilator orang mengaitkannya dengan analog sedangkan pada
multivibrator orang mengaitkannya dengan digital. Dari segi komponen
yang digunakan untuk membangun sebuah osilator dengan multivibrator
adalah sama, yaitu sama-sama menggunakan transistor atau FET.
Dalam multivibrator yang berkaitan dengan digital, kita mengenal
adanya komponen baru yang disebut Gate (Gerbang), dimana gate ini
adalah komponen utamanya device digital, dan gate ini biasanya
mempunyai lebih dari satu input (kecuali gate NOT) dengan satu keluaran.
Sebenarnya gate ini sendiri tersusun dari komponen analog yaitu
transistor atau FET. Transistor-transistor yang disusun dalam gate
membentuk fungsi on-off atau pensakelaran hidup dan mati. Jadi dalam
gate itu transistor dibuat menjadi saturasi (jenuh) atau cutoff (mati) sesuai
dengan keadaan inputnya. Penyusunan multivibrator ini tentu
menggunakan gate-gate tersebut, sama seperti osilator, multivibrator tidak
mempunyai input tetapi mempunyai output, kalau pada osilator input
diambil dari tegangan noise pada resistor umpan baliknya, maka pada
multivibrator input diambil dari rangkaian itu sendiri.
+VC C
R C
O u tp u t
R B
In p u t
G a m b a r 1 . R a n g k a ia n d a s a r g e r b a n g N O T
b) Cara Kerja
Kita tinjau lagi rangkaian Multivibrator Bistabile dasar berikut
pada gambar 2 yang merupakan penggabungan dari 2 gerbang NOT.
Masing-masing input dari gerbang NOT tersebut merupakan otuput dari
gerbang NOT yang lain.
+VC C
R C R C
C 1 C 2
Q ' Q
R B R B
G a m b a r 2 . R a n g k a ia n d a s a r m u ltiv ib r a to r
+ +
R R
C C
A1
Q A2 Q
A 9602 74121
B B
Q ' Q '
R R
R ' R '
(a ) (b )
+ +
R R
C C
d e la y
Q Q
A A
B 74123 8853
B
Q ' Q '
R R
R ' R '
(c ) (d )
G a m b a r 3 . E m p a t je n is O n e - s h o t y a n g u m u m
d ig u n a k a n p a d a m u ltiv ib r a to r m o n o s ta b il
2) Pemicuan kembali
Sebagian besar monostabil akan memulai delay baru apalagi dipicu
lagi pada saat pulsa output belum habis, ada beberapa IC monostabil
diataranya 9062, 74123, 8853, CMOS 4098 yang dapat dipicu kembali,
pemicuan kembali ini menyebabkan pulsa output dapat bertambah lebar.
Jenis 74121 tidak dapat dipicu kembali, karena ia mengabaikan
perubahan input pada saat pulsa output berlangsung.
3) Kemampuan reset
Input reset pada sebagian besar monostabil mempunyai prioritas
tinggi, jika reset diaktifkan walau sesaat, pulsa output akan langsung
selesai, tidak tergantung pada input lainnya. Input reset juga berguna
mencegah munculnya pulsa output pada saat menyalakan catu.
4) Lebar pulsa
Monostabil baku dapat menghasilkan lebar pulsa 40ns hingga
beberapa ms, yang ditentukan oleh penggunaan nilai kapasitor dan
resistor luar.
c) Cara kerja Monostabile Multivibrator
Dalam membahas cara kerjanya kita kembali ke rangkaian
dasar, ditambah beberapa Op-amp didalamnya yang membentuk
multivibrator monostabil (gambar 4).
+ VC C
5k
6 +
C 5 -
S Q
5k
R Q ' V out
4 + 3
P E M IC U -
2
5k
G a m b a r 4 . M u ltiv ib r a to r M o n o s ta b il
+ VC C P E M IC U
+ 1 /3 V C C
+ 3 /2 V C C
0 AM BAN G
+ VC C
0 KELU AR AN
G a m b a r 5 . B e tu k k e lu a r a n y a n g u m u m d a r i
m u ltiv ib r a to r m o n o s ta b il
Bila masukan pemicu lebih rendah daripada +1/3 V CC, pembanding
yang di bawah mempunyai keluaran tinggi dan mereset flip-flop sehingga
Q menjadi rendah, keadaan ini menyebabkan transistor cuttoff, sehingga
kapasitor mulai diisi. Pada saat tegangan kapasitor sedikit lebih besar dari
+2VCC/3, pembanding yang di atas mempunyai keluaran tinggi yang
menset flip-flop sehingga Q menjadi tinggi yang menyebabkan transistor
saturasi, hal ini menyebabkan kapasitor dikosongkan dengan cepat.
Gambar 5 memperlihatkan bentuk-bentuk gelombang yang umum,
masukan pemicu berbentuk pulsa sempit dengan harga +V CC. Pulsa ini
harus turun sampai +1/3 V CC untuk mereset flip-flop dan mengisi kapasitor.
Bila tegangan ambang sedikit lebih besar daripada +2V CC/3, flip-flop di set,
keadaan ini menjenuhkan transistor dan mengosongkan kapasitor sehinga
kita memperoleh satu pulsa keluaran persegi.
Kapasitor C harus diisi melalui resitansi R. Makin besar tetapan
waktu RC, makin lama bagi tegangan kapasitor untuk mencapai +2V CC/3.
Dengan kata lain, tetapan waktu RC mengendalikan lebar pulsa keluaran.