Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Pendayagunaan aparatur negara merupakan suatu tuntutan untuk mewujudkan administrasi
negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan dengan mempraktikan prinsip-prinsip
good governance. Proses kekuasaan penyelenggaraan negara dalam melaksanakan penyediaan
public goods and service disebut governance (pemerintahan), sedang praktik terbaiknya disebut
good governance (pemerintahan yang baik). Agar good governance menjadi kenyataan dan
sukses dibutuhkan komitmen dari semua pihak, pemerintah dan masyarakat. Terselenggaranya
good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam
mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan dan
penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna dan
bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Konsep dasar akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas marjinal pada tiap
tingkatan dalam organisasi yang bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan. Setiap individu jajaran
aparatur bertanggung jawab atas kegiatan yang dilaksanakan pada bagiannya. Konsep inilah
yang membedakan adanya kegiatan-kegiatan yang terkendali (controllable activities) dan
kegiatan yang tidak terkendali (uncontrollable activities). Kegiatan-kegiatan yang terkendali
merupakan kegiatan yang secara nyata dapat dikendalikan oleh seseorang atau suatu pihak,
artinya kegiatan tersebut benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dinilai hasilnya oleh pihak
yang berkewenangan. Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara periodik. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 dan ditindak lanjutin dengan
Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. UU No. 28 Tahun 1999 meliputi asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas
dan asas akuntabilitas. Menurut penjelasan Undang-undang tersebut, asas akuntabilitas adalah
asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan
negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan, perundang-
perundangan yang berlaku.
Tulisan ini bertujuan untuk lebih memahami fungsi dan arti akuntabilitas dalam
organisasi pemerintahan agar mampu menjelaskan tentang:
GOOD GOVERNANCE
Konsep Good Governance
c. Society (masyarakat)
Institusi pemerintahan berfungsi menciptakan lingkuangan politik dan hukum yang kondusif,
sector swasta menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam
interaksi sosial, ekonomi, dan politik termasuk kelompok-kelompok masyarakat agar
berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik.
a. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat, dan nilai-nilai
yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam pencapaian tujuan nasional,
kemandirian, pembangunan berkelanjutan, dan keadilan sosial.
b. Aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan
tugasnya untuk mencapai tujuan.
b. Rule of law, kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak asasi manusia.
i. Strategic vision, para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan
apa yang diperlukan untuk pembangunan.
Kesembilan karakteristik tersebut di atas saling memperkuat dan tidak dapat berdiri
sendiri, atas dasar uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa wujud Good Governance adalah
penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan
efektif dengan menjaga interaksi yang konstruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta
dan masyarakat.
Dari segi pemerintahan good governance dapat dilihat melalui beberapa aspek:
Perubahan lingkungan organisasi makin cepat dan kompleks seperti yang diramalkan
para pakar, organisasi standar abad 20 kemungkinan akan terjadi fenomena “Dinosaurus atau
Katak rebus.” Oleh karena itu masa depan selalu penuh dengan risiko. Jadi implikasi
pembahasannya adalah:
Bila pendapat para pakar benar tentang meningkatnya keceptan dan kompleksitas
perubahan di masa yang akan datang, maka organisasi yang berhasil di milenium ketiga
akan memiliki tingkat urgensi tinggi, tingkat urgensi tinggi tidak berarti kepanikan,
kekhawatiran dan ketakutan. Untuk memerlukan urgensi diperlukan sistem informasi
akuntabilitas kinerja yang jauh lebih baik dibanding dengan yang telah ada.
b. Arsitektur organisasi
Misi dan tujuan organisasi sektor publik adalah memuaskan para pihak yang
berkepentingan melalui pelayanan publik yang baik (prima) dan pelestarian kepercayaan
publik.
Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, good governance, institusi
regional dan global dapat mempengaruhi arsitektur desain dan pengembangan organisasi
serta biaya-biaya proses langkah-langkah perubahan.
Ada 3 (tiga) unsur desain organisasi sebagai determinan utama sukses atau gagalnya
organisasi yaitu:
c. Sistem evaluasi indikator atau pengukuran kinerja untuk individu dan unit organisasi.
Keberadaan akuntabilitas sebagai suatu sistem sudah cukup lama, karena sejarah
akuntabilitas sudah dimulai sejak zaman Mesopotania pada tahun 4000 SM, yang pada saat itu
sudah dikenal adanya hukum Hammurabi yang mewajibkan seseorang (raja) untuk
mempertanggungjawabkan segala tindakan-tindakannya kepada pihak yang memberi wewenang.
Untuk menyatakan keberadaan akuntabilitas sebagai suatu sistem dan agar dapat memahami
secara utuh, perlu memperhatikan beberapa hal yaitu: perkembangan, jenis, tantangan dan
hambatan, lingkungan yang mempengaruhi terselenggaranya akuntabilitas. Hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk keberhasilan akuntabilitas serat media akuntabilitas.
1. Perkembangan
Dalam pengertian yang luas, akuntabilitas pelayanan publik berarti pertanggung jawaban
pegawai pemerintah kepada publik yang menjadi konsumen pelayanannya. Bahwa
pengendalian tidak akan efektif dan efisien bila tidak ditunjang dengan mekanisme
akuntabilitas yang baik pula, demikian juga sebaliknya.
2. Jenis
Menurut Sirajudin H Soleh dan Aslan Iqbal, Akuntabilitas sebetulnya merupakan sisi
sikap dan watak kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas:
a. Intern seseorang.
b. Ekstern seseorang.
b. External Accountability to the individuals and organization outside public servant’s own
organization, akuntabilitas ini mengandung pengertian akan kemampuan untuk
menjawab setiap pertanyaan yang berhubungan dengan pencapaian kinerja pelaksanaan
tugas dan wewenang.
3. Hambatan
Banyak informasi yang diterima yang berkaitan dengan terjadinya mal administration,
banyak korupsi, kolusi dan nepotisme, hal ini menunjukkan bahwa akuntabilitas tidak
berjalan.
Faktor-faktor yang menyebabkan tidak berjalannya akuntabilitas pada suatu negara antara
lain:
Dalam populasi yang kurang peduli terhadap hak-haknya dan masalah sosial,
cenderung memberikan toleransi yang tinggi terhadap lack of accountability,
malpractice, nepotism, sogik menyogok dan korupsi, semakin kurang rasa tolong
menolong diantara anggota dan kelompok masyarakat, semakin tinggi rasa tidak
peduli pada tingkat penyelenggaraan pemerintah.
e. Cultural factors,
Budaya yang berkembang dalam masyarakat yang para pejabat pemerintah lebih
mendahulukan pelayanan terhadap keluarga dan kerabat daripada publik,
merupakan budaya yang tidak mendukung akuntabilitas.
h. Misi, tugas pokok dan fungsi, serta program pembangunan yang terkait.
a. Akuntabilitas harus utuh dan menyeluruh (dalam arti tanggung jawab terhadap
tugas pokok dan fungsi instansi, serta program pembangunan yang dipercayakan
kepadanya, termasuk pelayanan BUMN/D yang berada dibawah wewenangnya).
a. Examplary Leadership,
b. Public Debate,
c. Coordination,
Koordinasi yang baik antara semua instansi pemerintah akan sangat baik bagi
tumbuh berkembangnya akuntabilitas.
d. Autonomy,
Standar evaluasi kinerja harus diungkapkan secara nyata dan jelas sehingga dapat
diketahui secara jelas apa yang harus diakuntabilitaskan.
f. Legitimacy and acceptance,
g. Negotiation,
a. Pernyataan yang jelas mengenai tujuan dan sasaran dari kebijakan dan program,
sistem akuntabilitas menekankan pada pengukuran hasil yang akan membantu
memikirkan hal yang seharusnya diinginkan oleh pemimpin politik dan pembuat
kebijakan pada saat mereka memutuskan untuk melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi masyarakat.
Setelah tujuan dibuat dan hasil dapat diidentifikasikan, perlu ditetapkan suatu
indikator kemajuan yang mengarah pada pencapaian tujuan dan hasil.
c. Pengakomodasian sistem insentif,
Sistem akuntabilitas kinerja akan dapat menghasilkan data yang cukup banyak,
informasi yang akan dihasilkan tidak akan berguna kecuali dirancang dengan hati-
hati, dalam arti informasi yang dihasilkan benar-benar berguna bagi para
pemimpin, pembuat keputusan, manager-manager program, dan masyarakat.
6. Media akuntabilitas
a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
b. Merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara
“konsisten” dengan peraturan perundangan yang berlaku.
c. Dapat menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
d. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh.
Perencanaan Strategik
d. Dengan visi, misi, strategi yang jelas maka instansi pemerintah dapat menyelaraskan
dengan potensi, peluang dan kendala yany dikehendaki.
Pengukuran Kinerja
Dalam melakukan evaluasi atas kesesuaian dan keselarasan atas kegiatan dan program,
atau antara program penunjang, dengan program utama, atau program yang lebih rendah
dengan program yang lebih tinggi dapat digunakan formulir PK (Pengukuran Kinerja).
Evaluasi Kinerja
Setelah tahap pengukuran kinerja dilalui, berikutnya adalah tahap evaluasi kinerja,
dimulai dengan menghitung nilai capaian dan pelaksanaan per kegiatan. Kemudian dilanjutkan
dengan penghitungan pelaksanaan program didasarkan pada pembobotan dan setiap kegiatan
yang ada dalam suatu program. Untuk membantu evaluasi kinerja, digunakan formulir EK
(Evaluasi Kinerja) yang terdiri dari formulir EK-1 untuk penilaian kinerja kegiatan, formulir EK-
2 untuk penilaian kinerja program, dan EK-3 untuk penilaian kinerja kebijaksanaan.
Beberapa hal berkaitan dengan evaluasi kinerja adalah membuat kesimpulan hasil
evaluasi pelaporan akuntabilitas kinerja:
Pelaporan
Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah harus disampaikan oleh instansi dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, kabupaten/kota. Penyusunan laporan harus secara jujur,
objektif, dan transparan, juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip:
a. Prinsip pertanggungjawaban
b. Prinsip pengecualian
c. Prinsip manfaat
Selanjutnya perlu diperhatikan beberapa ciri laporan yang baik seperti relevan, tepat waktu,
dapat dipercaya, diandalkan, dan mudah dimengerti dalam bentuk yang menarik (tegas dan
konsisten, tidak kontradiktif atau sebagian) berdaya banding tinggi, berdaya segi, lengkap,
netral, padat dan terstandarisasi.
Aspek-aspek pendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut tidak tumpang tindih
maka harus diperhatikan:
d. Uraian mengenai metode kerja, pengendalian manajemen dan kebijaksanaan lainnya yang
terfokus pada manfaat atau dampak dari suatu kebijaksanaan.
KESIMPULAN
Setelah diuraikan penjelasan dan keterangan tersebut di atas maka dapat diambil
beberapa kesimpulan:
1. Bahwa betapa pentingnya suatu pemerintahan yang baik (Good Governance) bagi suatu
negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
2. Selain pemerintahan yang baik dan benar diperlukan juga masalah pertanggungjawaban
daripada pengambil kebijakan dan pelaksana kegiatan sebagai pertanggungjawaban
kepada atasan yang memberikan perintah.