Professional Documents
Culture Documents
Kitab al-Milal
wa al-Nihal berisi tentang belief yang terbagi dalam bab-bab menandakan luasnya
bahasan yang ia bahas, belief (keprcayaan) yang ia bahas adalah keprcayaan yang
bisa kita jumpai dari ufuk barat sampai ufuk timur dari bumi sebelah utara hingga
bumi sebelah selatan.
Selanjutnya kitab ini akan direview per-bab-nya setelah masing-masing
bab dibaca dan dipelajari.
Kaum muslimin pada zamannya lebih cenderung mempelajari ajaran
agama dan kepercayaan untuk keperluan pribadi yang mereka pergunakan untuk
membuktikan kebathilan agama dan kepercayaan lain. Sedangkan Al-Syahrastani
lebih cenderung menulis buku yang berbentuk ensiklopedi ringkas tentang agama,
kepercayaan, sekte dan pandangan filosof yang erat kaitannya dengan metafisika
yang dikenal pada masanya.
Al-Syahrastani mempunyai beberapa buah karya tulis diantaranya adalah:
Al-Milal wa Al-Nihal, Al-Mushara’ah, Nihayah al-Iqdam fi Ilm al-Kalam, Al-
Juz’u Alladzi la yatajazzu, Al-Irsyad ila al-’Aqaid al-’ibad, Syuhbah Aristatalis
wa Ibn Sina wa Naqdhiha, dan Nihayah al-Auham.
KEPERCAYAAN
Dalam Bab ini Syahrastani memaparkan dengan panjang lebar tentang kepercayaan
dan secara umum mengklasifikasikan kepercayaan kepada beberapa kelompok
sebagai berikut :
1. Mereka yang tidak mengakui adanya sesuatu selain yang dapat dijangkau oleh
indera dan akal, mereka ini disebut kelompok Stoa.
2. Mereka yang hanya mengakui sesuatu yang dapat ditangkap oleh organ
inderawi dan tidak mengakui sesuatu yang hanya dapat dijangkau oleh akal,
mereka ini disebut kelompok materialis.
3. Mereka yang mengakui adanya sesuatu yang dapat dicapai melalui indera dan
akal, namun mereka tidak mempunyai hukum dan hukuman, mereka ini
disebut kelompok filosof athies.
4. Mereka yang mengakui adanya sesuatu yang dapat dicapai oleh organ
inderawi dan akal, namun mereka tidak mempunyai hukum dan hukuman juga
tidak mengakui agama Islam, mereka ini disebut kelompok Ash-Shabiah.
5. Mereka yang mengakui adanya sesuatu yang dapat dicapai indera dan akal dan
mempunyai syariat, namun mereka tidak mengakui syariat Muhammad,
mereka ini kelompok Majusi, Yahudi dan Nasrani (Kristen).
6. Mereka yang mengakui semua yang disebut diatas, dan mengakui kenabian
Muhammad, mereka itu disebut kelompok Muslim.
Dan selanjutnya Syahrastani menguraikan kelompok yang tidak mengakui
syariat Islam yang diambil dari mazhab dan sekte-sektenya.
ASH- SHABIAH
Kelompok ini dinamakan Ash-Shabiah berasal dari kata Shabwah berarti
tergelincir dan melenceng dari kebenaran dan ajaran para nabi. Ajaran utama Ash-
Shabiah adalah memuja unsur spiritual seperti malaikat atau dewa, kelompok ini
mengakui pokok ajarannya bersumber dari akal dan mengajak orang lain untuk
berpikir. Ass-Shabiah mengingkari akidah dan syariat yang bersumber dari wahyu,
kelompok ini hanya mengakui akidah dan syariat yang ditetapkan oleh akal.
ALIRAN NATURALISME
Aliran-aliran ini lahir dari pokok-pokok ajaran yang berkesimpulan bahwa
perantara itu memang diperlukan, perantara harus dapat dilihat karena kepadanya
beribadah dan memperoleh manfaat.
Pemuja Lukisan-Lukisan
Aliran ini berkeyakinan setiap planet mempunyai tempat terbit baik pada
waktu pagi dan petang serta menghilang di waktu siang, oleh karena itu mereka tidak
dapat beribadat dan memohon kepadanya, sebagai penggantinya dilambangkan dalam
bentuk lukisan-lukisan atau patung-patung supaya dapat dilihat langsung di depan
mata. Lukisan atau patung menjadi penghubung kepada planet, kemudian planet
menjadi perantara kepada malaikat dan malaikat menjadi perantara dengan Tuhan.
2. Ibrahim Memberikan Kritik Kepada Pemuja Planet dan Patung serta
Menolak Pendapat Mereka.
Kritikan Ibrahim ini terdapat dalam al-Qur’an Surah al-An’aam ayat 74, yang
artinya :
PARA FILOSOF
TUJUH FILOSOF
Berikut Syahrastani mengemukakan ajaran filsafat Romawi dan Yunani
kuno secara berurutan dari buku-buku mereka sendiri. Ilmu filsafat lahir di daerah
Romawi sedangkan di daerah-daerah lain hanya merupakan cabangnya.
1. Pendapat Thales
Thales (624-550 SM) adalah filosof pertama yang dilahirkan di pulau Malta.
Menurutnya alam semesta ada yang menciptakannya namun akal manusia
tidak mampu menjangkau hakekatnya. Manusia hanya mampu mengenal jejak
dan sifatnya, disamping itu manusia tidak mengenal keadaan Pencipta yang
sebenarnya, dia juga tidak mengetahui nama-Nya. Dia hanya mengenal
perbuatan-Nya dalam mencipta segala yang ada. Manusia tidak mengenal
nama zat-Nya, bahkan manusia tidak mengenal dirinya sendiri.
2. Pendapat Anaxagoras
Anaxagoras (611-548 SM) juga berasal dari pulau Malta. Pendapat tentang
keesaan Tuhan mirip dengan pendapat Thales namun berbeda tentang asal
muasal alam semesta. Katanya asal muasal segala yang ada adalah zat pertama
yang bagian-bagiannya sama, ialah bagian-bagian yang halus dan tidak dapat
dicapai oleh indra dan tidak dapat dijangkau akal, yang menjadi hakekat alam
semesta baik alam atas mapun alam bawah.
3. Pendapat Anaximenes
Anaximenes (588-524 SM) juga berasal dari pulau Malta (Miletos), ia dikenal
dengan keluasan ilmu pengetahuannya dan kebaikannya. Menurutnya, Tuhan
yang azali tidak berawal dan tidak berakhir. Dia adalah permulaan segala
sesuatu yang tidak berawal. Dia maha mengetahui segala yang diciptakannya,
tidak ada sesuatu yang mirip dengannya dan segala sesuatu berasal dari-Nya.
Dia adalah esa, tidak sama dengan satu dalam jumlah karena dalam jumlah
masih bisa ditambah dan dikurangi, sgala yang ada bentuknya dalam ilmunya
yang pertama dan bentuk-bentuknya tidak akan berakhir.
4. Pendapat Empedocles
Empedocles (495-435 SM) termasuk salah seorang tokoh filosof karena
pandangan yang luas dalam ilmu fisika dan mampunyai budi pekerti yang
mulia. Dia hidup sezaman dengan nabi Daud, pernah bertemu dan belajar
dengan nabi Daud. Katanya Tuhan tidak diketahui hakekatnya, Dia ilmu
semata, Dia kehendak semata, Dia Maha Pemurah, Maha mulia, Maha Kuasa,
Maha Adil, kebaikan dan kebenaran dariNya, tidak ada sesuatu atau kekuatan
yang mempunyai sifat yang seperti ini bahkan sifat adalah zatnya dan semua
sifat yang diterangkan diatas ada pada zatnya. Dia adalah Pencipta dan bukan
diciptakan dari sesuatu.
5. Pendapat Phitagoras
Phitagoras bin Minsarahus berasal dari Samya (pulau Samos) yang hidup
sezaman dengan dengan Nabi Sulaiman bin Daud dan ia pernah belajar dengan
Sulaiman. Menurutnya Tuhan itu Maha Esa, Esa tidak sama dengan satu
karena esa tidak termasuk angka (bilangan), hakekatnya tidak dapat dijangkau
oleh akal dan indera, akal tidak mampu menjangkaunya dan sifatnya tidak
mampu diuraikan bahasa. Karena tuhan mempunyai sifat-sifat rohaniah,
zatnya tidak dapat dijangkau oleh indera, hanya yang mampu dijangkau adalah
bekas perbuatan dan ciptaannya.
6. Pendapat Socrates
Socrates putra Supranicus (470 SM) terkenal dengan keluasan pengetahuan
dan kezuhudan di Athena. Menurutnya Tuhan adalah zat yang sangat halus
keadaannya tidak diketahui. Apabila kita kembali kepada hakekat sifat dan
mengakui adanya, kita temui bahwa akal dan pikiran tidak mampu
menemukan hakekat dan nama Tuhan, Tuhan Maha Mengetahui sifat dan
namanya.
7. Pendapat Plato
Plato (490 SM) Ariston anak Aristocles yang berasal dari kota Athena, ia
filosof terakhir yang masuk jajaran filosof (Yunani) belakangan yang terkenal
dalam filsafat dan filsafat ketuhanan. Katanya alam ini diciptakan dan
penciptanya wajib ada. Dia Maha Mengetahui segala yang ada sifatnya sama
dengan sifat asalnya. Dia wujudnya tidak dapat dibayangkan baik bentuk
maupun panjangnya.
RINGKASAN
Selain al-Milal wa an-Nihal, berikut adalah karyanya al-Irsyad iia al-Aqaid al-
Ibad, al-Aqtarifi al-Ushul, al-tarikh al-Hukuma, al-Musharaah al-Falasifah, Nihayah
al-Iqdamfi Hm al-Kalam, Al-Juzhi Alladzi la yatajazzu, Syuhbah Aristatalis wa Ibn
Sina wa Naqdhiha, dan Nihayah al-Auham.Tentang Ahl al-kitab, misalnya, al-
Syahrastani menyebut, bahwa mereka adalah yang beragama dengan kitab Taurat dan
Injil, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani. Syahrastani berpendapat bahwa kaum Yahudi
dan Nasrani tidaklah mungkin menegakkan ajaran Taurat dan Injil, kecuali mereka
menerima dan menegakkan ajaran Alquran dan menerima syariat Nabi Muhammad
SAW al-Syahrastani juga menegaskan, bahwa kaum Yahudi dan Nasrani telah
mengubah dan mengganti isi kitab suci mereka, padahal Nabi Musa AS dan Nabi Isa
AS telah mengabarkan tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW.Sikap mereka
inilah yang dikecam x dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 89 "... Karena itu
pergilah, jadikan semua bangsa murid-Ku dan bap-tislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28 18-19) dan "Pada mulanya adalah Firman,
Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah" (Yohanes 11).
(Syahrastani, hlm 222) Pandangan Syahrastani tentang agama Yahudi dan Nasrani,
dalam al-Milal wa an-Nihal terkadang bersifat eksplisit, jelas dan gamblang, tentang
penolakan beberapa hal tentang kaum agama Ahli Kitab, yakni Yahudi dan Nasrani.