You are on page 1of 8

SOP PENAMBANGAN LUMPUR

ISI

1. TUJUAN.

2. CAKUPAN.

3. REFERENSI.

4. DEFINISI.

5. PROSEDURE.

6. DISTRIBUSI & SOSIALISASI .

Dibuat Oleh Disetujui Oleh

HSE Departement Kepala Tekhnik Tambang

Last printed 12/8/2021


1. TUJUAN
Memberikan penjelasan tentang tata cara melakukan operasi penambangan
lumpur dengan aman dan efisien.

2. CAKUPAN
SOP ini berlaku untuk seluruh proyek PT MTN yang dalam operasinya
terdapat material lumpur yang harus ditambang.

3. REFERENSI
Tidak ada.

4. DEFINISI
Jelas

5. PROSEDUR

5.1 PRA PENAMBANGAN

5.1.1 Aktivitas Pemboran


Pada aktifitas pemboran explorasi ataupun infill drilling perlu dilakukan
analisa litologi yang lengkap, termasuk pengukuran ketebalan lumpur.
Alat bantu software geologi akan dapat membuat model ketebalan
lumpur yang ada pada daerah tambang.

5.1.2 Membuat Design Tambang


Dalam mendisain “pit shell’ perlu dipertimbangkan untuk membuat
“buffer zone” yang dimensinya disesuaikan dengan ketebalan lumpur di
daerah tambang tersebut. Material lumpur akan cenderung longsor
sampai batas2 tertentu, maka “buffer zone” ini adalah untuk menahan
lumpur agar tidak masuk ke dalam tambang. Gambar-1

5.1.3 Menghitung Cadangan & Mine Planning


Bila semua data litologi lubang bor sudah dimasukkan ke dalam model
komputer dan dengan sudah tersedianya “pit shell” maka perhitungan
cadangannya akan bisa memberikan besarnya jumlah lumpur yang akan
terikut dalam operasi penambangan. Dalam melakukan perencanaan,
mine engineer harus selalu melakukan cek berapa jumlah lumpur yang

Last printed 12/8/2021


ditambang setiap periode. Hal ini berakitan dengan strategi dumping
yang akan dilakukan.

Gambar 1 – Desain Tambang Material Lumpur

Material Lumpur

Low wall Material Keras Buffer


Zone

Batubara High Wall

5.1.4 Perintisan
Mine Plan Engineer bersama pengawas dilapangan harus melaksankan
aktivitas perintisan sebelum dilakukan penambangan. Perintisan ini
bisa dengan menggunakan bantuan alat berat seperti excavator
ataupun dozer kecil yang bisa “mengapung” di daerah berlumpur.
Perintisan ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi origin daerah
target penggalian sehingga diperoleh gambaran yang lebih detail
tentang kendala-kendala yang akan dihadapi dan strategi cara
mengatasinya.

Last printed 12/8/2021


5.1.5 Survey Topography Original
Survey topo original harus meliputi radius minimal 100 meter
dibelakang arae penggalian yang aktif. Hal ini dimaksudkan agar bila
terjadi longsoran, maka informasi dan data yang diperlukan untuk
meghitung volume OB tergali sudah aman.

Gambar 2 – Survey Topo Original Untuk Material


Lumpur

Lokas Penggalian Lumpur

100 m
Sudah harus di survey orig
Material Keras

5.1.6 Land Clearing


Land clearing daerah lumpur, dalam skala terbatas, dapat dilaksanakan
dengan menggunakan “swampy dozer” ataupun “swampy excavator”.
Tapi bila lumpurnya terlalu cair, maka menggunakan “chain saw” adalah
yang terbaik.

Last printed 12/8/2021


5.2 PENAMBANGAN

5.2.1 Penirisan Air Rawa Sebelum Penambangan


Untuk mengurangi kandungan air pada material rawa, diperlukan
pengeringan terlebih dahulu sebelum operasi penambangan dimulai. Hal
ini ditujukan untuk mengoptimalkan proses gali-muat-angkut dan
dumping yang akan dilakukan. Beberapa pilihan yang memungkinkan
adalah:
 membuat paritan untuk mengarahkan kandungan air rawa
menjauh dari lokasi penggalian atau
 membuat sumuran dan memompa airnya menjauh dari lokasi
penggalian

5.2.2 Peralatan
Alat gali dan muat yang ideal untuk lumpur adalah alat gali muat
dengan konfigurasi Front Shovel. Dengan menggunakan alat gali muat
type ini maka pekerjaan penggalian dapat dilaksanakan dengan metode
“bottom loading” yang mana akan tidak optimum bila menggunakan
excavator type back hoe. Alat angkut yang paling baik untuk operasi
adalah “Articulated Dump Truck”. Dalam tingkatan tertentu, “Rigid
Dump Truck” masih bisa dioperasikan secara aman dengan catatan sbb:
lantai operasi tidak licin sehingga tidak menimbulkan “spinning” pada
Rigid Truck tersebut dan juga muatan lumpur tidak akan penuh.
Tumpahan lumpur dari (Rigid Truck lebih banyak) disepanjang jalan
hauling juga harus diperhatikan karena membuat jalan licin, sehingga
diperlukan extra alat pendukung seperti motor grader atau dozer.

5.2.3 Metode Penggalian


Untuk mendapatkan hasil optimal maka alat gali muat Front Shovel
harus “berada”pada daerah yang keras dan mengarah ke arah daerah
lumpur. Dengan metode ini, maka lumpur (yang berada diatas material
keras) akan termuat bersama-sama dan akan meminimalkan lumpur
masuk ke arah penggalian sehingga kerja alat angkut bisa optimum.
Selain itu, dengan bercampurnya material keras dan lumpur akan
memudahkan proses menejemen pendumpingan

5.2.4 Pengangkutan

Last printed 12/8/2021


 Perlu diperhatikan bahwa akan selalu ada tumpahan lumpur dari
truck sepanjang jalan hauling yang akan membuat jalan licin
sehingga diperlukan extra alat pendukung seperti motor grader
atau dozer.
 Perlu dilakukan “adjustment” atas “truck factor” karena truck tidak
akan bisa dimuati penuh. Besarnya “adjusment” dipengaruhi oleh
kondisi lumpurnya. Hal ini harus dilaksanakan sehingga tidak terjadi
“variance” yang tinggi antara survey dan “truck count” pada akhir
bulan.

Gambar 3 – Metode Penggalian Material Lumpur

Lokasi Penggalian
& Pemuatan
Shovel + Truck Lumpur

Material Keras

5.2.5 Dumping
 Dalam melakukan operasi dumping maka perlu dilakukan
pencampuran material keras dan lumpur dalam proporsi yang
tepat (tergantung kondisi lumpur). Hal ini dimaksudkan agar
area dumping masih bisa diakses oleh truck.
 Untuk daerah dumping yang tidak mempunyai “penahan”,
maka sebelum dilakukan pendumpingan lumpur, maka perlu
dibuatkan semacam beberapa tanggul yang terbuat dari

Last printed 12/8/2021


material keras dan akan membentuk “cell-cell” dalam ukuran
yang memadai. Selanjutnya pendumpingan dimulai dari tanggul
tersebut dan dilakukan lapis per lapis (3 meter per lapisan).
Untuk mendapatkan kondisi dumping yang layak maka harus
tersedia sejumlah material keras yang cukup untuk dicampur.
Timing menaikkan elevasi dumping material lumpur akan sangat
tergantung berapa lama waktu “settlement” (tergantung ratio
lumpur vs material keras) dumping tersebut.
 Perlu diperhatikan jarak lokasi dumping lumpur dengan
beberapa area yang penting seperti: area tambang yang aktif,
sungai ataupun fasilitas infrastructure lainnya. Bila diperlukan
maka pembuatan tanggul pengaman adalah cara terbaik untuk
menghindari longsoran dumping lumpur ke tempat tersebut
diatas.

5.3 LINGKUNGAN HIDUP


 Tidak semua lumpur mempunyai pH netral. Untuk itu
perlu dilakukan analisa lab untuk mengetahui tingkat keasaman
lumpur sehingga cara penanganan yang benar bisa
dioptimalkan
 Bila suatu daerah terdiri dari rawa-rawa maka daerah
tersebut tidak akan mempunyai top soil. Hal ini perlu
dipertimbangkan dalam melakukan “material balance” pada
waktu membuat stretegy dumping dan reklamasi lingkungan
hidup.

6. DISTRIBUSI
Prosedur kerja ini harus didistribusikan kepada:
- Project Manager
- Safety manager
- Mine Superintendent
- Plant Superintendent
- Engineering Superintendent
- Safety Engineer
- Mine Supervisor
- Plant Supervisor
- Operator

Last printed 12/8/2021


Last printed 12/8/2021

You might also like