Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal
dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada suatu
ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya
dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak
membahayakan lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka
waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka
panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan
haruslah merumuskan akibat – akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.
Melihat pada sifat – sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan
pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah
Kadar air sampah adalah sangat tinggi, yaitu 99,9% atau lebih. Benda – benda
padat dalam sampah dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat organik dalam
sampah terdiri dari bahan – bahan nitrogen, karbohidrat, lemak dan sabun. Mereka
bersifat tidak tetap dan menjadi busuk, mengeluarkan bau – bauan yang tidak sedap.
Sifat – sifat khas sampah inilah yang membuat perlunya pembenahan sampah dan
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses
pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan kosong,
Basah Kering
Limbah padat tandan kosong kadang – kadang mengandung buah tidak lepas
di antara celah – celah ulir dibagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan
kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses
ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung yang
dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih mengandung biji bulat dan inti
Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini berasal
dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Limbah kelapa sawit memiliki
kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut menimbulkan beban
pencemaran yang besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar
pula.
Tabel 2.2 : Sumber Dan Bobot Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Produksi
Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses
klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan
kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut
lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga tinggi yaitu pH berkisar
3 – 5.
pH 3,75 4,54
(ppm)
64.760 233.730
COD (ppm)
31 3
Nitrat (ppm)
106 3
Fosfat (ppm)
- -
Tabel 2.4. Hasil Analisa Parameter Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan
limbah bahan gas. Limbah gas ini antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik
Jumlah limbah cair yang dihasilkan dari beberapa unit pengolahan adalah 120 m3/hari
berupa kondensat rebusan, 450 m3/hari dari stasiun klarifikasi, dan 30 m3/hari dari
buangan hidrosiklon. Total volume limbah dari setiap pabrik kelapa sawit dengan
Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki potensi sebagai pencemar lingkungan
karena berbau, mengandung nilai COD dan BOD serta padatan tersuspensi yang
biologik, kimia, atau fisik. Penanganan limbah cair secara biologik lebih disukai
Limbah cair PKS mengandung padatan melayang dan terlarut maupun emulsi
minyak dalam air. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka sebagian
menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak
daerah pembiakan ikan. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung senyawa
anorganik dan organik yang dapat dan tidak dapat dirombak oleh mikroorganisme.
Limbah yang mengandung senyawa organik umumnya dapat dirombak oleh bakteri
dan dapat dikendalikan secara biologis. Pengolahan limbah cair secara biologis dapat
dilakukan dengan proses aerobik dan anaerobik. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa
sawit dimulai dengan proses anaerobik dan dilanjutkan dengan proses aerobik (Said,
1996).
dan peternakan, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air
karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama di daerah
Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam kategori kimia
organik maupun anorganik. Parameter kimia paling dominan dalam mengukur kondisi
badan air akibat buangan industri. Barangkali parameter ini yang paling banyak
peranan penting dalam air. Kekurangan oksigen dalam air mengakibatkan tumbuhnya
mikroorganisme dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk merugikan zat organik dalam
air. Dalam air terjadi reaksi oksigen dengan zat organik oleh adanya bakteri aerobik.
Atas dasar reaksi ini dapat diperkirakan bahan pencemar oleh zat organik (Perdana
Gintings, 1992).
Penanganan limbah cair secara umum dapat dikelompokkan menjadi enam bagian,
disposal). Penanganan buangan cair tidak harus melalui tahap – tahap seperti di atas,
pemisahan bahan – bahan mengapung dan mengendap, baik secara fisik maupun
ketiga merupakan kelanjutan dari penanganan sebelumnya bila masih terdapat bahan
yang berbahaya. Beberapa jenis penanganan ketiga ini adalah penyaringan pasir,
penyerapan, vakum filter, dan lain – lain. Penanganan lanjutan dilakukan untuk
Limbah lumpur aktif maupun limbah organik lainnya dapat ditangani dengan
lain hasil pencernaan aerobik tidak berbau, bersifat seperti humus, mudah dibuang,
dan mudah dikeringkan. Selain itu, pencernaan aerobik lebih mudah dilakukan dan
biaya operasinya lebih mahal, tidak menghasilkan gas metana, dan lebih banyak
2.4.1. Pendinginan
Air limbah segar yang keluar dari pabrik umumnya masih panas (50 – 700C) dan
menara, yang kemudian dibantu dengan bak pendingin. Menara dibuat dari
plat stainlessteel yang tahan karat atau dengan konstruksi kayu. Alat ini
akibat aliran di dalam kolam pendingin tidak baik, yaitu seolah – olah ada
aliran yang terlokaliser. Oleh sebab itu dicoba memperbesar ukuran kolam
Deoling pond berfungsi untuk mengutip minyak hingga kadar minyak 0,4%. Deoling
pond ini merupakan instalasi tambahan membantu fat pit yang hanya mampu
mengutip minyak.
Limbah yang segar mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan
pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pHnya naik setelah asam – asam
2.4.4. Netralisasi
Seperti dikemukakan di atas bahwa limbah yang masih asam tidak sesuai untuk
pertumbuhan mikroba, oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan
kimia atau cairan alkali. Bahan yang sering ditambahkan ialah soda api, kapur tohor,
minyak yang terkandung. Pemakaian ini dapat diketahui secara uji laboratorium.
Dengan dasar pencapaian pH maka dianjurkan pemakaian kapur tohor yang sedikit
lebih murah dari soda api dan lebih mahal dari abu tandan kosong. Jumlah kapur tohor
yang diperlukan adalah 25 kg/m3 limbah. Netralisasi dapat dibantu dengan perlakuan
sirkulasi yaitu memakai sludge yang berasal dari kolam fakultatif yang telah
mempunyai pH netral.
Kolam pembiakan bakteri dibuat untuk membiakkan bakteri pada awal pengoperasian
d. Kedalaman kolam 5 – 6 m.
e. Ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah 2 hari olah atau setara
Limbah yang telah dinetralkan dialirkan ke dalam kolam anaerobik untuk diproses.
Proses perombakan limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah dengan
dengan udara.
2. Resirkulasi
Resirkulasi ialah pemasukan hasil olah limbah dari kolam dihilir ke kolam
dihulu dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi substrat dalam hal pH,
3. Kandungan Minyak
bakteri, yaitu minyak tersebut berperan sebagai isolasi antara substrat dengan
bakteri. Juga minyak tersebut jika bereaksi dengan alkali dapat membentuk
Untuk mengaktifkan proses perombakan maka scum yang terlalu tebal di atas
permukaan limbah perlu dibuang. Karena scum yang tebal sangat menyulitkan
gas methan yang terbentuk keluar ke udara terbuka. Juga scum ini dapat
kurang dari 3 m.
Volume kolam yang kecil akan menurunkan retention time, yang berarti
limbah didominasi oleh karbohidrat, selulosa, protein, lignin dan minyak. Oleh
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit yang terdiri dari beberapa
Kolam ini adalah kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi aerobik. Volume
kolam ini dipersiapkan untuk menahan limbah selama 25 hari. Di dalam kolam ini
pekerjaan yang belum diselesaikan pada kolam anaerobik. Pada bagian hulu kolam
masih menunjukkan adanya gelembung – gelembung udara yang keluar dari dalam air
limbah sedangkan pada bagian hilir kolam hampir tidak ada. Karakteristik limbah di
dalam fakultatif yaitu pH 7,6 – 7,8; BOD 600 – 800 ppm; COD 1250 – 1750 ppm
Proses yang terjadi pada kolam aerobik adalah proses aerobik. Pada kolam ini telah
tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk flok. Hal ini merupakan
proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam, metoda
pengadaan oksigen dapat dilakukan secara alami dan atau menggunakan aerator.
Dari seluruh rangkaian proses tersebut di atas, masa tinggal limbah selama proses
membutuhkan waktu masa tinggal selama lebih kurang minimal 100 hari (Jan Polman
Sitindaon, 2004).
2.5. Lemak
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau
manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Untuk
memberikan definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang
dan fungsi biologinya juga berbeda – beda. Walaupun demikian para ahli biokimia
bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti
lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang
dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu
pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzene yang sering juga disebut
“pelarut lemak”; (2) ada hubungan dengan asam – asam lemak atau esternya;
(3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Kesepakatan ini telah
Congress of Pure and Applied Chemistry). Jadi berdasarkan pada sifat fisika tadi, lipid
dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan
alkohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam senyawa – senyawa serta
kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau
lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
R – C – OH
Yang dimaksud dengan lemak di sini ialah suatu ester asam lemak dengan
gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon.
Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat
mengikat tiga molekul asam lemak, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut :
molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh
sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam ialah asam palmitat,
2.5.2. Penggolongan
Senyawa – senyawa yang termsuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan.
Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga
golongan besar yakni; (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai
alkohol, contohnya lemak atau trigliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu
lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat
kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid
yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan
lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Anna Poedjiadi, 2006).
Lemak netral dalam ilmu gizi adalah apa yang dikenal sebagai lemak dan minyak.
Lemak berbentuk padat pada suhu kamar sedangkan minyak berbentuk cair. Berat
jenis lemak lebih rendah daripada air, oleh karena itu mengapung ke atas dalam
campuran air dan minyak atau cuka dan minyak. Sifat fisik trigliserida ditentukan oleh
proporsi dan struktur kimia asam lemak yang membentuknya (Sunita Almatsier,
2001).
zat murni yang dipisahkan dalam bentuk senyawa yang diketahui susunan kimianya
dilarutkan lebih dulu, baru dilakukan pengendapan dengan pereaksi pengendap atau
pencucian atau pengkristalan ulang dan pengeringan sampai berat konstan. Demikian
juga halnya dengan wadah endapan, cawan, baik pada waktu penimbangan awal
cawan kosong, maupun cawan yang sudah berisi endapan yang menggunakan suatu
memerlukan tanur listrik atau pembakar, penangas udara dan timbangan analitik yang
peka dan akurat, baik penimbang konvensional atau timbangan listrik atau elektronik
(Kosasih, 2004).
pada sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang
dikehendaki. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam – macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical
1. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering , penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifikasi,
yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan
terutama untuk bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 – 70 persen).
atau pemasakan.
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar
minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak
pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut
minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan
menguap atau hilang tidak boleh lebih tinggi dari 5 persen. Bila lebih, seluruh