You are on page 1of 3

Abu vulkanik terdiri dari tefra kecil yang merupakan bubuk batuan dan kaca yang

terbentuk dari letusan gunung berapi dengan diameter kurang dari 2 mm (0,1 in).

Terdapat tiga mekanisme pembentukan abu vulkanik:


1. Pelepasan gas sesuai dekompresi menyebabkan letusan magmatik;
2. Kontraksi termal dari pendinginan pada kontak dengan air yang menyebabkan
letusan freatomagmatik,
3. Pengusiran partikel entrained selama letusan uap menyebabkan letusan freatik.
Sifat kekerasan dari letusan gunung berapi berkaitan dengan hasil uap dalam
magma dan batuan padat sekitar lubang yang robek menjadi partikel tanah liat
hingga berukuran pasir. Abu vulkanik dapat mengakibatkan gangguan pernafasan
dan kerusakan pada mesin dan awan yang mengandung abu dapat mengancam
pesawat serta mengubah pola cuaca.

Abu tersimpan di tanah setelah letusan yang dikenal sebagai deposit hujan abu.
Akumulasi signifikan dari hujan abu dapat menyebabkan kerusakan langsung
sebagian besar ekosistem setempat serta runtuhnya atap pada struktur buatan
manusia. Seiring waktu, hujan abu dapat menyebabkan pembentukan tanah subur.
Hujan abu juga bisa menjadi saling merekat membentuk batu yang disebut dengan
Tuff. Seiring waktu geologis, pengeluaran abu dalam jumlah besar dapat
menghasilkan sebuah kerucut abu.

Ketika abu mulai turun pada siang hari, langit menjadi kabur dan berwarna kuning
pucat. Hujan abu tersebut dapat menjadi sangat padat/pekat sehingga siang hari
langit menjadi abu-abu gelap gulita, dengan abu yang sangat membatasi
pandangan dan mematikan suara. Langit abu gelap menurunkan suhu di siang
hari. Petir yang keras, kilatan petir serta bau belerang yang kuat mengiringi hujan
abu. Jika hujan menyertai sebuah hujan abu., partikel-partikel kecil berubah
menjadi bubur lumpur yang licin. Hujan dan petir yang bercampur dengan abu
dapat menyebabkan listrik padam, kerusakan komunikasi, dan disorientasi.

Partikel abu vulkanik memiliki masa tinggal maksimal dalam troposfer selama
beberapa minggu. Partikel tephra terbaik tetap berada di stratosfer selama
beberapa bulan, yang hanya memiliki efek iklim yang kecil dan dapat menyebar
ke seluruh dunia dengan angin yang tinggi dan kencang. Bahan ini memberikan
kontribusi pada matahari terbenam (sunset) yang spektakuler. Pengaruh iklim
utama dari letusan gunung berapi disebabkan oleh senyawa gas belerang, terutama
belerang dioksida, yang bereaksi dengan OH dan air di stratosfer untuk membuat
aerosol sulfat dengan waktu masa tinggal sekitar 2-3 tahun.
Mengutip Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK), awan panas Merapi terdiri dari dua bagian. Pertama, bagian fragmen
batuan dalam berbagai ukuran, termasuk yang seukuran debu, dan
kedua, gumpalan gas bersuhu 200-700 derajat celsius.

Kedua unsur ini bercampur mengalir secara turbulen dengan kecepatan lebih dari
80 kilometer per jam. Yang menewaskan banyak warga lereng Merapi beberapa
waktu lalu bahkan mencapai kecepatan 200 km per jam saat turun dari punggung
gunung. Abu vulkanik tersebar dari awan panas yang terbang dan terendapkan
menurut besar dan arah angin.

Jarak luncur awan panas umumnya bergantung kepada volume dan formasinya
dan bergerak mengikuti alur topografi dan lembah sungai.Volume lebih besar
akan menjangkau area yang lebih jauh akibat pengaruh momentum dan efek lain.
Tak heran apabila pada letusan besar, awan panas bisa menjangkau hingga 15
kilometer. Awan panas letusan biasanya bisa mengalir sejauh lebih dari 8
kilometer dari puncak.

Selain volume, jauhnya jarak luncur awan panas juga dipengaruhi oleh temperatur
yang lebih tinggi, kandungan gas lebih banyak, dan memiliki kecepatan awal
lateral pada saat jatuh. Dengan kondisi lebih banyak gas dan temperatur tinggi,
wedhus gembel dipastikan merusak apa saja yang ditemuinya. Jadi siapa pun yang
berada di sekitar Merapi selayaknya tidak ingin bertemu dengan "binatang" satu
ini.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat, setidaknya awan panas
yang menyerupai bulu domba itu, saat keluar mulut gunung suhunya sekitar 1.000
- 1.100 derajat Celcius. Ketika menerjang pemukiman, suhunya sudah berubah
menjadi 500-600 derajat. Bayangkan saja, suhu 'wedhus gembel' ini saat
menyengat desa Kinahrejo masih enam kali panasnya air mendidih.

Tidak hanya itu, kecepatan gerak awan panas mencapai 200 kilometer per jam.
Pergerakan super cepat ini tentu menyulitkan bagi makhluk hidup di sana untuk
bisa menghindar.

Secara umum kandungan 'wedhus gembel' yang nama ilmiahnya pyroclastic


density flow, adalah zat padat yang berbentuk debu vulkanik dengan ukuran mulai
ash (lebih kecil dari 2 mm) sampai lapili (2-64 mm). Dalam fase gas, awan ini
mengandung karbon dioksida, sulfur, chlor, dan uap air yang bercampur dengan
udara.

Pada Gunung Merapi, awan panas terbentuk oleh mekanisme guguran lava baru
yang sering disebut nuee ardante d' avalance. Awan panas jenis ini akan mengalir
melalui zona lembah sungai, mengikuti arah aliran lava di dasar lembah.
Pakar vulkanologi John Seach menyebutkan, Merapi merupakan salah satu
gunung yang paling aktif dan berbahaya di dunia. Merapi memiliki kubah lava
dan selalu meletus dalam jangka satu sampai lima tahun. Tak heran bila gunung
ini menjadi gunung teraktif di Indonesia.

You might also like