You are on page 1of 3

Abstrak

Keratitis didefinisikan sebagai infeksi pada kornea. Tanda umum pada keratitis biasanya berupa
mata merah. Namun sebenarnya ada tanda dan gejala tertentu yang dapat membedakan dengan
penyakit mata lain sehingga dapat memudahkan dalam penentuan diagnosis dan pemberian
terapi. Pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai keratitis karena memberikan gejala dan tanda
berupa epifora, fotofobia, blefarospasme, injeksi perikornea, dan adanya infiltrat pada
permukaan kornea. Terapi pada pasien ini adalah dengan memberikan antibiotik topikal,
siklopegik, dan air mata buatan

Keywords: keratitis

 
History
Seorang wanita, usia 24 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan matan kananya merah dan
silau. Mata kanannya juga nrocos, dan ngeres seperti kemasukan debu atau pasir sejak 2 minggu
yang lalu. Terkadang juga timbul bintik butih saat melihat. Kelopak mata kanan pun terasa kaku.
Nyeri tidak ada, sekret tidak ada, riwayat trauma tidak ada. Pasien belum pernah berobat ke
dokter. Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu. Tidak terdapat riwayat penyakit keluarga.
Pemeriksaan fisik ditemukan KU baik, tanda vital normal. Pemeriksaan visus OD 6/6 dan OS
6/6, pemeriksaan slitlamp didapatkan bintik-bintik putih di permukaan kornea pada mata kanan.
Pemeriksaan subyektif mata ditemukan injeksi perikornea. Tanda dan gejala dan tanda berupa
epifora (nrocos), fotofobia (silau), blefarospasme (kelopak mata terasa kaku), injeksi peroikornea
(mata merah), dan infiltrat (bintik-bintik putih di permukaan kornea) yang didapatkan
mendukung ke penegakan diagnosis keratitis.

Diagnosis

OD Keratitis

Terapi
Diberikan antibiotik topikal spektrum luas (salep kloramfenikol 1%) tiap 12 jam pada mata
kanan dan diberikan siklopegik (atropin) serta air mata buatan bila mata terasa kering. Serta
edukasi agar menggunakan kacamata hitam untuk menghindari paparan sinar matahari langsung
dan debu.

Diskusi
Pasien ini memenuhi kriteria keratitis dari keluhan yang ada, dengan gejala berupa keluhan mata
merah, silau, nrocos, ngeres, dan kelopak mata terasa kaku. Hal ini meyakinkan diagnosis ke
arah keratitis, ditambah dari pemeriksaan fisik pada mata yang semakin mendukung ke arah
kearatitis, yaitu terdapat bintik-bintik putih di permukaan kornea dan injeksi perikorneal dari
limbus ke forniks.
Keratitis didefinisikan sebagai infeksi pada kornea. Gejala dan tandanya berupa mata merah,
epifora, fotofobia, blefarospasme, injeksi perikornea, dan terdapat infiltrat pada kornea. Gejala
epifora diketahui dari keluhan pasien yang selalu nrocos, fotofobia diketahui dari keluhan silau,
blefarospasme diketahui dari kekakuan kelopak mata karena sering menutup akibat merasa silau,
injeksi perikornea ditandai dengan mata merah dengan warna merah muda, dan infiltrat biasanya
pasien mengeluh ada bintik putih.

Disebut injeksi perikornea sendiri bila terdapat pembuluh darah yang lurus tidak bercabang-
cabang dari limbus ke forniks dan tidak akan ikut bergerak bila konjungtiva digerakan karena
pembuluh darah tersebut berasal dari vasa konjungtiva anterior yang merupakan pembuluh darah
profunda. Serta bila diberi adrenalin 1: 1000, pembuluh darah tersebut tidak akan terpengaruh.

Injeksi perikornea harus dibedakan dengan injeksi konjungtiva. Disebut injeksi konjungtiva bila
terdapat pembuluh darah yang berkelok dan bercabang-cabang dari forniks ke limbus dan akan
ikut bergerak bila konjungtiva digerakan karena pembuluh darah tersebut berasal dari vasa
konjungtiva posterior yang merupakan pembuluh darah superficial. Serta bila diberi adrenalin 1:
1000, pembuluh darah tersebut akan memucat.

Terapi keratitis sendiri sebenarnya tidak ada yang spesifik karena tergantung dari etiologi
penyebabnya yang bisa berupa virus, bakteri, jamur, atau alergi. Namun pada keratitis juga
diberikan siklopegik untuk melemahkan akomodasi sehingga mengurangi rasa silau dan dapat
diberikan air mata buatan untuk melarutkan partikel-partikel di permukaan kornea dan dapat
memperlama kontak kornea dengan dunia luar.

Kesimpulan
Pada pasien ini diagnosis keratitis karena memberikan gejala dan tanda berupa mata merah,
epifora, fotofobia, blefarospasme, injeksi perikornea, dan infiltrat. Keluhan tambahan yang
berupa mata terasa ngeres semakin menguatkan diagnosis pasien adalah keratitis. Terapi pada
pasien ini berupa antibiotik topikal (salep kloramfenikol 1%), siklopegik (atropine), dan airmata
buatan serta edukasi agar menggunakan kacamata hitam saat terpapar langsung dengan matahari.

Referensi

1.      Suhardjo. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada

2.      Iliyas,S. 2009. Ilmu penyakit Mata.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3.      Suhardjo. 2007. Diagnosis Fisis Mata. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada

 
Penulis
Affendi Purbananto, Bagian Ilmu Penyakit Mata, RSUD Panembahan Senopati, Kab. Bantul,
Yogyakarta

You might also like