Penulisan Hukum ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai
Bagaimana Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU- VII/2009 Tentang Penggunaan KTP Dan Paspor Dalam Pemilu Presiden Dan Wakil Presiden di Kota Surakarta. Selain ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia no 102.PUU-VII/2009 tentang penggunaan KTP dan Paspor dalam pemilu presiden dan wakil presiden di wilayah Kota Surakarta. Penulis juga ingin mengetahui hambatan yang dialami oleh Komisi Pemilhan Umum Kota Surakarta dan Masyarakat dalam melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia no 102.PUU-VII/2009 tentang penggunaan KTP dan Paspor dalam pemilu presiden dan wakil presiden dan implikasi dari pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia no 102.PUU- VII/2009 tentang penggunaan KTP dan Paspor dalam pemilu presiden dan wakil presiden. Penelitian yang dilaksanakan penulis termasuk dalam jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Studi yang penulis gunakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan pendekatan yuridis sosiologis dengan metode diskriptif kualitatif, teknik analisis data dengan interaktif model analisis (interaktif model of analysis). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU-VII/2009 Tentang Penggunaan KTP Dan Paspor dilaksnakan oleh Komisi Pemilihan Umum tingkat Pusat yang disingkat dengan KPU Pusat dengan mengeluarkan Surat Edaran KPU Nomor 1232 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan KTP dan Paspor teranggal 6 Juli 2009. Selanjutnya KPUD Kota Surakarta melakukan sosialisai dengan PPK dan PPS se kota Surakarta dengan moedel rapat koordinasi yang selanjutnya dilakukan penempelan Surat Edaran tersebut di masing masing TPS seluruh Surakarta yang berjumlah 1252 TPS. Tercatat ada 1074 pemilih yang menggunakan hak pilihnya dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk.