Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Scrotum
Kantong scrotum terdiri dari beberapa lapisan. Dari luar, lapisan
pertama adalah kulit diliputi oleh bulu dan kelenjar keringat didalamnya.
Lapisan kedua adalah tunica dartos yang terletak sangat rapat dengan
kulit, kecuali pada bagian dorsal dari kantong scrotum. Lapisan ini terdiri
dari urat daging licin dan tenunan pengikat. Lapisan ketiga adalah tunica
vaginalis yang mempunyai pelebaran sampai peritoneum dari rongga
perut. Tunica vaginalis mempunyai dua lapisan yaitu lapisan visceral yang
membungkus testis dan epididymis dan lapisan pariental yang bersatu
dengan rongga scrotum. Tunica vaginalis mengeluarkan cairan pelicin.
Tunica albuginea yang mengadakan penjuliran ke dalam sehingga
membagi testis menjadi banyak lobus adalah lapisan paling dalam
(Handjopranjoto, 1995).
Tunica albuginea merupakan kapsula yang padat, terdiri dari
jaringan ikat padat tidak teratur. Materi utamanya adalah serabut kolagen
dan sedikit serabut elastis (Dellman dan Brown, 1992).
Epididymis
Kepala epididymis melekat pada bagian ujung dari testis dimana
pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk. Badan epididymis sejajar
dengan aksis longitudinal dari testis dan ekor epididymis selanjutnya
menjadi ductus deferens yang rangkap dan kembali ke daerah kepala, di
mana kemudian sampai ke korda spermatik (Frandson, 1992). Fungsi
epididymis adalah sebagai tempat deposisi (penyimpanan) spermatozoa.
Sebagian besar disimpan pada cauda epididymis,, dimana spermatozoa
terkonsentrasi di bagian yang mempunyai lumen besar, kemudian
ditansportasikan dari bagian caput epididymis menuju bagian cauda
epididymis (Nuryadi, 2000).
Ductus Deferens
Ductus deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididymis yang
setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut
lurus membentuk ductus deferens. Ujung terminal ductus deferens
membentuk ampula, mengandung kelenjar tubuloalveolar bercabang
sederhana dalam propria-submukosa (Dellman dan Brown, 1992).
Kelenjar tambahan
Kelenjar vesicularis disebut juga sebagai kelenjar seminal vesicles,
merupakan sepasang kelenjar yang mempunyai lobuler, mudah dikenali
karena mirip segerombol anggur, berbonggol-bonggol. Panjang kelenjar
ini sama pada beberapa jenis ternak seperti kuda, sapi dan babi yaitu
berkisar 13 sampai 15 cm. Sekresi kelenjar vesicular mengandung
beberapa campuran organik yang unik, yakni tidak dijumpai pada
substansi-substansi lain di mana saja ada tubuh. Campuran-campuran
anorganik ini di antaranya adalah fruktosa dan sorbitol, merupakan
sumber energi utama bagi spermatozoa sapi dan spermatozoa domba,
tetapi pada kuda dan babi konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar
vesicula juga mengandung dua larutan buffer, yaitu phosphate dan
carbonate buffer yang penting sekali dalam mempertahankan pH semen
agar tidak berubah, karena jika terjadi perubahan pH semen, hal ini dapat
berakibat jelek bagi spermatozoa (Nuryadi, 2000). Sedangkan menurut
Santoso (2010) sekresi kelenjar vesicula dapat diperoleh dengan mudah
postmortem dan merupakan suatu cairan keruh dan lengket. Sekresi
tersebut mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa dan beberapa
enzim dalam konsentrasi yang tinggi; kadang berwarna kuning karena
mengandung flavin. pHnya berkisar antara 5,7 sampai 6,2.
Kelenjar prostata sapi mengelilingi urethra dan terdiri dari dua
bagian: badan prostate dan prostate disseminatae atau prostate yang
cryptic. Badan prostate berukuran lebar 2,5 sampai 4 cm dan tebal 1,0
sampai 1,5 cm. Pars disseminate mengelilingi urethra pelvis. Di dorsal
ukurannya mencapai tebal 1,0 sampai 1,5 cm, panjang sampai 10 sampai
12 cm dan tertutup oleh otot uretra (Santoso, 2010).
Kelenjar cowperi terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak,
berselubung tebal dan pada sapi sedikit lebih kecil daripada kelenjar
cowperi kuda yang berukuran panjang 1,5 sampai 2 cm dan tinggi 2,5
sampai 5 cm. Kelenjar tersebut terletak di atas urethra dekat jalan
keluarnya dari cavum pelvis. Saluran sekretoris dari setiap kelenjar
bergabung membentuk satu saluran ekskretoris yang panjangnya 2
sampai 3 cm. Kedua saluran ekskretoris kelenjar cowperi mempunyai
muara kecil terpisah di tepi lipatan mukosa urethra (Santoso, 2010).
Sekresi kelenjar bulbouretheralis pada cairan semen hanya sedikit. Pada
sapi, sekresi kelenjar bulbourethralis membersihkan sisa-sisa urine yang
ada dalam urethra sebelum terjadi ejakulasi (Nuryadi, 2000).
Urethra
Urethra merupakan sebuah saluran tunggal yang membentang dari
persambungan dengan ampulla sampai ke pangkal penis. Fungsi urethra
adalah sebagai saluran kencing dan semen. Pada sapi dan domba
selama ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks antara spermatozoa
yang padat asal ductus deferens dan epididymis dengan cairan sekresi
dari kelenjar-kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah
pelvis menjadi semen (Nuryadi, 2000).
Penis
Penis kurang lebih silinder pada semua hewan. Di depan scrotum,
penis terletak di dalam praeputium. Bagian ujung penis disebut gland
penis yang terletak bebas di dalam praeputium. Penis sapi dan domba
mempunyai lekukan berbentuk sigmoid di depan scrotum. Lekukan
sigmoid ini akan hilang dan berubah menjadi lurus apabila terjadi ereksi.
Badan-badan penis disusun oleh corpus cavernosum penis yang
mempunyai kapsul berurat tebal, tunica albuginea. Di bagian bawah pada
legokan yang agak besar pada corpus cavernosum penis terdapat ureter
yang dikelilingi oleh cavernosum urethra (Santoso, 2010).
Praeputium
Kata prepuce atau preputeum mempunyai arti sama dengan sarung
adalah ivaginato dari kulit yang membungkus secara sempurna pada
ujung bebas dari penis (Nuryadi, 2000). Bagian cranial penis dan gland
penis terletak dalam kantung terdiri dari lipatan kulit berbentuk buluh,
disebut praeputium, yang terdiri dari bagian luar dan bagian dalam
(Dellman dan Brown, 1992).
Ada beberapa faktor yang dapat memperberat terjadinya kelainan
genetik pada alat kelamin, seperti bangsa ternak, lokasi geografis dari
peternakan, musim, jenis kelamin, umur induk, dan beberapa macam zat
bersifat racun yang masuk dalam tubuh melalui pakan. Faktor genetik
yang menimbulkan kemajiran mencapai 0,2 sampai 3% dari seluruh kasus
kemajiran yang dilaporkan. Kelainan genetik ini selain mempengaruhi
bentuk alat kelamin juga fungsi alat kelamin menjadi berkurang atau
hilang sama sekali (Hardjopranjoto, 1995).
MATERI DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum anatomi dan histologi
reproduksi jantan ini antara lain pita ukur, pisau bedah, gunting bedah,
mikroskop cahaya, preparat histologi testis, ductus epididymis, ductus
deferens, penis.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum anatomi reproduksi
jantan ini antara lain preparat basah organ reproduksi jantan ternak sapi.
Metode
Organ reproduksi sapi jantan diamati untuk kemudian diketahui
fungsi dari masing-masing organ reproduksi sapi jantan tersebut. Masing-
masing bagian organ reproduksi dibedakan, lalu dilakukan pengukuran
dengan seksama menggunakan pita ukur atau mistar ukur pada masing-
masing bagiannya. Selain itu organ reproduksi juga ditimbang
menggunakan timbangan.
Semua hasil pengukuran dicatat pada kertas kerja. Organ
reproduksi sapi jantan yang telah diamati, diketahui fungsi dari masing-
masing bagiannya, diukur, serta ditimbang beratnya.
Bagian-bagian yang diamati adalah : sel interstitial, sel Sertoli, dn
tubulus seminiferus pada histologi testis. Pembuluh darah dan lumen
epididymis pada histologi epididymis. Lumen, muscular circulair, sel
epithel, lamina propria, musculus longitudinal dalam, musculus
longitudinal luar, dan tunica serosa pada histologi Ductus Deferens.
Corpus cavernosum penis, tunica albuginea, urethra, dan corpus
cavernosum urethra (corpus spongiosum penis) pada histologi penis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tubulus
seminiferus
Testis
Visceral
vaginal
tunic
Tunica
albuginea
(Anonim, 2010)
Gambar 1. Testis
Epididymis
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapat berat
epididymis adalah 30 gram. Epididymis terdiri dari caput (kepala)
epididymis, corpus (badan) epididymis, cauda (ekor) epididymis. Hal itu
sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa kepala epididymis
melekat pada bagian ujung dari testis dimana pembuluh-pembuluh darah
dan syaraf masuk. Badan epididymis sejajar dengan aksis longitudinal dari
testis dan ekor epididymis selanjutnya menjadi ductus deferens yang
rangkap dan kembali ke daerah kepala, di mana kemudian sampai ke
korda spermatik.
Epididymis mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik,
tergantung pada androgen tertikularis untuk memelihara status
diferensiasi epitel. Terdiri dari sejumlah (8 sampai 25) duktuli eferentes
dan ductus epididymis yang panjang dan berliku-liku. Secara
makroskopik, epididymis terdiri dari kepala, badan dan ekor terbungkus
oleh tunica albuginea tebal yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak
teratur, dibalut oleh lapis viseral tunica vaginalis (Dellman and Brown,
1992).
Epididymis mempunyai empat fungsi yaitu pengangkutan,
penyimpanan, pemasakan dan pengentalan konsentrasi sperma. Struktur
ini yang panjangnya diperkirakan sekitar 40 meter berperan untuk
menyalurkan sperma dari testis ke kelenjar kelamin aksesoris. Disini, air
diserap kembali guna meningkatkan konsentrasi. Pemasakan dicapai
karena ekskresi sel dan sperma disimpan terutama pada epididymis
bagian caudal (Blakely dan Bade, 1991).
Lumen
Pseudostratifi
Caput ed columnar
epithelium
Jewith
Corpus stereocilia (a
class of
Cauda microvilli)
Loose CT
Small artery
(Anonim, 2010)
Gambar 2. Anatomi dan Histologi Epididymis
Ductus deferens
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan ductus deferens
memiliki panjang 23 cm dan ampulla ductus deferens memiliki panjang 6
cm dan lebar 1 cm. Ductus deferens merupakan saluran lanjutan dari
epididymis. Di ujung ductus deferens saluran lambat laun membesar dan
disebut ampulla ductus deferens. Pembesaran ini terjadi karena adanya
kelenjar-kelenjar yang ada di dinding ductus deferens, sedangkan
lumennya sedikit meluas. Menurut Dellmann dan Brown (1992) ductus
deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididymis yang setelah
membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus
membentuk ductus deferens. Ujung terminal ductus deferens membentuk
ampulla, mengandung kelenjar tubuloalveolar bercabang sederhana
dalam propria-submukosa.
Lipatan mukosa ductus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak
lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel berubah menjadi silinder
sebaris (Dellman and Brown, 1992).
Sel-sel basal yang berbentuk bulat atau polihedral menyebar
secara tidak teratur di antara sel-sel silinder. Pada ruminansia, epitel
kelenjar mengandung banyak glikogen, dan sel-sel basal mengandung
butir lipid dalam berbagai ukuran. Butir lipid juga terdapat pada sel-sel
silinder pada sapi. Lipid pada sel-sel basal bangsa sapi dapat bergabung
dan memberikan kesan bahwa sel tersebut adalah sel lemak (Dellman
and Brown, 1992).
Tunica muscularis pada bagian terminal ductus deferens terdiri dari
susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh jaringan
ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunica adventicia (Dellman and
Brown, 1992).
Lumen bagian ductus deferens yang berkelenjar dan celah lebar
dari kelenjar ke dalam lumen mengandung sejumlah spermatozoa pada
semua hewan piaraan. Pada sapi terdapat jumah spermatozoa yang
cukup untuk paling tidak satu kali ejakulasi normal, setelah dilakukan
kastrasi atau vasektomi (Dellman and Brown, 1992).
Lumen
Ampulla
Ductus
Deferens Pseudostratifie
d columnar
Ductus epithelium
Deferens
Muscularis
Serosa
(Anonim, 2010)
Gambar 3. Anatomi dan Histologi Ductus Deferens
Kelenjar Vesicularis
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan saat praktikum
panjang kelenjar vesicularis adalah panjang 10 cm, lebar 3 cm, tinggi 1 cm
dan berat 25 gram. Frandson (1992) berpendapat bahwa kelenjar
vesikuler (vesikula seminalis) adalah sepasang kelenjar yang biasanya
bermuara dengan ductus deferens melalui bermacam-macam ductus
ejaculatory ke dalam urethra pelvic kemudian ke caudal leher kandung
kemih. Vesikula seminalis pada sapi jantan, domba jantan, dan babi
merupakan kelenjar berbentuk lobus-lobus dengan ukuran yang cukup
besar.
Sekresi kelenjar vesicular mengandung beberapa campuran
organik yang unik, yakni tidak dijumpai pada substansi-substansi lain di
mana saja ada tubuh. Campuran-campuran anorganik ini di antaranya
adalah fruktosa dan sorbitol, merupakan sumber energi utama bagi
spermatozoa sapi dan spermatozoa domba, tetapi pada kuda dan babi
konsentrasinya rendah. Sekresi kelenjar vesicularis juga mengandung dua
larutan buffer, yaitu phosphate dan carbonate buffer yang penting sekali
dalam mempertahankan pH semen agar tidak berubah, karena jika terjadi
perubahan pH semen, hal ini dapat berakibat jelek bagi spermatozoa
(Nuryadi, 2000). Sedangkan menurut (Santoso, 2010) sekresi kelenjar
vesicularis dapat diperoleh dengan mudah postmortem dan merupakan
suatu cairan keruh dan lengket. Sekresi tersebut mengandung protein,
kalium, asam sitrat, fruktosa dan beberapa enzim dalam konsentrasi yang
tinggi; kadang berwarna kuning karena mengandung flavin. pHnya
berkisar antara 5,7 sampai 6,2.
Kelenjar Prostata
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kelenjar 13prostata
memiliki panjang 6 cm, dan lebar 4 cm. Di dorsal ukurannya mencapai
tebal 1,0 sampai 1,5 cm, panjang sampai 10 sampai 12 cm dan tertutup
oleh otot urethra (Santoso, 2010).
Kelenjar ini pada sapi terdapat sepasang, dibedakan menjadi dua
bagian yaitu corpus prostata yang kelihatan dari luar berbentuk bulat dan
letaknya di belakang kelenjar vesicularis. Kelenjar prostata bagian kedua
adalah pars disseminate prostata yang letaknya tersebar kebelakang
sampai kelenjar Cowperi di bawah muscular urethra. Menurut Dellmann
dan Brown (1992) kelenjar prostata merupakan kelenjar tubuloalveolar,
berkembang dari epitel urethra pelvis. Secara topografik dibedakan dua
bagian, yaitu bagian padat kelenjar atau bagian luar (corpus prostatae)
dan bagian yang menyebar atau bagian dalam (pars disseminate
prostatae) bagian luar adalah yang hampir mengitari seluruh urethra
pelvic di daerah coliculus seminalis, dan yang menutup bagian dorsalnya
saja. Pars disseminate terletak dalam propia-submukosa urethra pelvic.
Menurut Frandson (1992) kelenjar prostata menghasilkan sekresi
alkalin yang membantu memberikan bau yang karakteristik pada cairan
semen, sedangkan Dellman dan Brown (1992) berpendapat salah satu
fungsi kelenjar prostata adalah menetralisasikan plasmamani, membuat
asam dengan akumulasi metabolit karbondioksida dan asam laktat, dan
untuk merangsang gerak aktif spermatozoa dalam ejakulat.
Praeputium
Penis
(Anonim, 2010)
Gambar 6. Anatomi dan Histologi Penis
Praeputium
Praeputium merupakan alat pelindung penis dari pengaruh luar dan
kekeringan. Praeputium adalah suatu invaginasi berganda dari kulit yang
berisi dan menyelubungi bagian bebas penis sewakti tidak ereksi dan
menyelubungi badan penis caudal dari gland penis sewaktu ereksi. Pintu
luar praeputium disebut orificium preputii. Fornix praeputii adalah daerah
dimana praeputium bertaut dengan penis tepat caudal dari gland penis.
KESIMPULAN
Kelenjar prostate
Kelenjar Cowperi
Kelenjar vesicularis
Kelenjar Cowperi
Ampulla Ductus Deferens
Ductus Deferens
Urethra
Testis
Tunica albuginea
Tunica vaginalis propia
Tunica dartos
Tubulus Seminiferus
Mediastenum testis
Praeputium
Penis
Caput
Epididymis
Corpus
Cauda