You are on page 1of 5

Ditulis oleh joe di/pada 29/08/2009

dr. Joko Murdiyanto, Sp.An


—————————————————Komposisi Cairan dan
Elektrolit yang Normal
Dengan makan dan minum tubuh kita mendapat air, elektrolit,
karbohidrat, lemak, vitamin dan zat-zat lainnya. Dalam waktu 24 jam
jumlah air dan elektrolit yang masuk dan keluar melalui kemih, tinja,
keringat dan uap pernapasan pada orang dewasa kira-kira sama
seperti pada tabel di bawah ini.
Masukan (ml per 24 jam) Keluaran (ml per 24 jam)
Minum 800 – 1700 Urine 600 – 1600
Makan 500 -1000 Faeces 50 – 200
Oksidasi 200 – 300 IWL 850 – 1200
Jumlah 1500 – 3000 Jumlah 1500 – 3000
Komposisi Cairan Tubuh
Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar 75% BB dan pada saat berusia 1 bulan sekitar 65%
BB. Komposisi cairan pada tubuh dewasa pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita
50% BB. Sisanya adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat, dll.
Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu intraseluler sebesar 40% dan ekstraseluler sebesar
20%. Cairan ekstraseluler merupakan cairan yang terdapat di ruang antarsel (interstitial) sebesar 15%
dan plasma sebesar 5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler misalnya cairan serebrospinal,
cairan persendian, cairan peritoneum, dll.

Komposisi Elektrolit
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit melintasinya atau membutuhkan
proses khusus supaya dapat melintasinya; oleh sebab itu komposisi elektrolit di luar dan di dalam sel
berbeda. Cairan intraseluler banyak mengandung ion K, Mg dan fosfat; sedangkan cairan ekstraseluler
banyak mengandung ion Na dan Cl.
Komposisi Elektrolit Cairan Intra dan Ekstraseluler
CIS CES
Plasma Interstitial
Natrium 15 142 144
Kalium 150 4 4
Calsium 2 5 2,5
Magnesium 27 3 1,5
Clorida 1 103 114
HCO3 10 27 30
HPO4 100 2 2
SO4 20 1 1
Asam organik - 5 5
————————————————Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Gangguan Keseimbangan Cairan
1. Dehidrasi
2. Syok hipovolemik
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (< 135 mEq/L)
Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
 Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit
kepala dan keram otot.
 Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang,
disorientasi dan koma.
 Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
 Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok
seperti hipotensi dan takikardi
2. Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes
insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena
hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap
hipernatremia.
3. Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (< 3,5 mEq/L)
Etiologi
 § Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik,
diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
 § Diuretik
 § Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
 § Ekskresi berlebihan melalui ginjal
 § Maldistribusi K+
 § Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik,
penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada
hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan
konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
4. Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
 Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat
kalium, penghambat ACE.
 Beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries),
pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau
rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi
darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
 Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin
atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
 Insufisiensi adrenal
 Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket
terlalu lama
 Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat
gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo
gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT
memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+
> 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.
——————————Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
TERAPI CAIRAN
Definisi
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Indikasi, antara lain:
-       Kehilangan cairan tubuh akut
-       Kehilangan darah
-       Anoreksia
-       Kelainan saluran cerna
Tujuan
Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan pada bagan di bawah ini.

Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis
misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat
digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau
daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki
dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena
umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu
diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih
dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis,
vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin
dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
TERAPI ELEKTROLIT
1.   Hiponatremia
 Atasi penyakit dasar
 Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
 Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan
hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central
pontine myelinolysis
 Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik.
Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala
mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125
mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
 Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml
dan 0,86 mEq/ml)
 Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretik
 Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg
per jam.
2.   Hipernatremia
 Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai
hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl
hipotonik.
 Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan dialisis.
Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air.
 Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
 Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit
dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.
3. Hipokalemia
 Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada
penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
 Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek
ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.
 Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan
dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
 Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan
kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
 Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum
dewasa.
4. Hiperkalemia
 Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7
mEq/L
 Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk
menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
 Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari
ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO 3 iv selama 30
menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
 Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10
unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
 Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
 Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit)

You might also like