Professional Documents
Culture Documents
Wahju Wibowo
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang
Abstract:. The research is focused on the Internal & Ekternal (IE) /Matrix as a tool to analyze the Grajagan
forest tourism as a tourism object. Based on the Eksternal Factor Evaluation (EFE) matrix calculation
outcome has been found 2,89 score and Intermal Factor Evaluation (IFE) matrix is 2,73 score. The EFE and
IFE calculation and IE matrix as information sources for determining strategy and the Grajagan tourism
object development position. The result of IE matrix analyze outcome the grajagan forest tourism is on 5
(five) cell through strategic development (hold and maintain). The hold and maintain strategy could by
used as implemented product strategic development and market strategic development.
Era awal tahun 1990 tumbuhnya pesat ekonomi dunia tumbuh dan berkembang, dan merupakan salah satu
karena pengaruh global lagi, kawasan Asia Tenggara industri terbesar dengan pertumbuhan yang sangat
dan Asia Timur menjadi kawasan teramai dan terpadat pesat (Yona, 1998:3).
lintasan komunikasinya. Perubahan sosial, budaya, Tahun 1997 saat krisis ekonomi melanda kawas-
ekonomi, teknologi dan politik serta runtuhnya sistem an Asia Tenggara pada umumnya dan Indonesia pada
kelas dan kasta, semakin meratanya distribusi khususnya, pada saat itu banyak industri manufaktur
sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi hancur, tetapi industri pariwisata mampu bertahan.
transportasi dan peningkatan waktu luang yang Walaupun itu juga tidak bertahan lama industri pari-
didorong oleh penciutan jam kerja telah mempercepat wisata Indonesia sempat terpuruk dengan adanya
mobilitas antar daerah, negara, dan benua (Damanik peristiwa Bom bali I dan II, dikarenakan banyak nega-
& Weber, 2006:1). Krippendorf (1984:41) dalam ra mengeluarkan surat peringatan untuk bepergian
Damanik & Weber, (2006:1) menggambarkan bahwa ke Indonesia.
perkembangan yang mengakibatkan semakin Dalam kondisi perekonomian belum pulih kem-
kompleksnya tatanan hidup masyarakat (zunehmende bali, dikarenakan berbagai peristiwa yang terjadi
Reglementierung des gesellshaftlichen lebens). seperti tersebut diatas, pemerintah dan seluruh rakyat
Konsekuensinya adalah munculnya tekanan fisik dan Indonesia harus bisa menggerakkan sektor pereko-
psikis, misalnya lewat pekerjaan dan monotoni nomian sebagai sumber devisa negara dengan jalan
kehidupan. Hidup seolah-olah didesain untuk produksi memobilisasi sumber-sumber ekonomi dalam negeri.
dan pekerjaan, sehingga tidak jarang mengakibatkan (Soesastro dalam CSIS, 1999:345). mengatakan
stress. Untuk itu sektor pariwisata sebagai saluran dalam memobilisasi sumber-sumber ekonomi tidak
yang tepat untuk membebaskan masyarakat dari harus melakukan ekspor, tetapi dapat melalui sektor
tekanan tersebut, sehingga sektor pariwisata dapat pariwisata.
Dengan dilatar belakangi bahwa globalisasi
menimbulkan peluang makin terbukanya pasar inter-
Alamat Korespondensi: nasional bagi produksi barang dan jasa dalam negeri,
Wahju Wibowo, adalah dosen Jurusan Manajemen Fakultas termasuk di dalamnya produk pariwisata. Naisbit
Ekonomi–Universitas Negeri Malang, E-mail: winganti@
yahoo.co.id (1994:108) mengatakan dalam paradoks global,
bahwa industri terbesar digerakkan tidak lain oleh Pengembangan pariwisata yang dikembangkan
keputusan individu. Para pemain terkecillah yang hanya dilandasi apresiasi spontan tanpa dilandasi oleh
memutuskan. Semakin kita memadukan dunia, sema- perencanaan atau penelitian dan pengkajian yang baik
kin kita membedakan pengalaman kita. Bagi banyak sering menimbulkan ekses yang terkadang sulit untuk
negara, tourisme sejauh ini adalah penghasil uang mengatasinya. Dalam pengembangan obyek dan daya
terbesar dan sektor terkuat dalam pembiayaan ekono- tarik wisata tertentu seringkali cara pengemasannya
mi global. Sektor pariwisata masih tetap merupakan kurang menarik sehingga kurang layak untuk dijual
andalan dan unggulan yang sangat menjanjikan untuk berdasarkan paket tour. Untuk itu pengembangan/
dikembangkan dan diharapkan mampu menjadi ujung pembangunan pariwisata secara spontan sejauh
tombak dan dapat memberi sumbangan yang besar mungkin dihindari. Dengan memperhatikan hal
dalam penerimaan pendapatan negara dan mendorong tersebut, kiranya penyelenggaraan pembangunan
pertumbuhan ekonomi nasional, meningkatkan penda- kepariwisataan memerlukan keterpaduan dan sinergi
patan daerah, memberdayakan perekonomian masya- antara kekuatan masyarakat, sektor di pemerintah,
rakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan media masa dan usaha pariwisata. Oleh karena itu,
berusaha. Hal tersebut disebabkan objek dan daya pengembangan kepariwisataan mutlak harus direnca-
tarik wisata alam dan seni budaya Indonesia, khusus- nakan dengan cermat dan tepat sasaran. (Pariwisata
nya yang ada di Jawa Timur cukup banyak dan poten- Dalam Angka, 1998:2).
sial serta tersebar di beberapa Daerah Tingkat II yang Sebagai suatu produk, tentunya dalam pengem-
tidak akan habis dijual dan tidak terpengaruh oleh bangan objek wana wisata harus disesuaikan dengan
musim, sehingga diharapkan akan menjadi salah satu trend yang berkembang saat ini dan potensi objek
penopang atau pengganti komoditas andalan lainnya wisata untuk dikembangkan menjadi satu daya tarik
yang gampang berubah sebagai akibat faktor politis wisata yang mempunyai keunikan tersendiri. Sebaik-
dan sistem perdagangan dunia. nya melalui pertimbangan-pertimbangan ekologi,
Mencermati kondisi sekarang, laju pembangunan ekonomi, sosial dan budaya yang cermat dan rasional
kepariwisataan di Jawa Timur selama ini secara suatu lokasi objek wisata dikembangkan dengan
umum belum bisa mengikuti laju kepariwisataan glo- menampilkan potensi keunikan sebagai daya tarik
bal yang sesungguhnya, yaitu masih kurang memper- wisata.
hatikan antara produk pariwisata (barang dan jasa) Saat ini objek wisata yang berbasis ke alam sangat
yang dihasilkan atau dikembangkan dan keinginan diminati oleh wisatawan yang ingin melepas segala
pasar (wisatawan). Seharusnya dalam menumbuhkan kepenatan dari tekanan pekerjaan. Objek wisata alam
atau menggerakkan industri pariwisata dituntut untuk bisa berupa pemandangan alam, air terjun, pantai, dan
dapat melakukan pengembangan daerah-daerah yang fauna saat ini banyak berada dalam kawasan hutan.
menjadi tujuan wisata. Dengan melakukan pengem- Di mana dalam pelaksanaannya karena objek wana
bangan daerah tujuan wisata diharapkan dapat mendo- wisata berada di dalam kawasan hutan, dalam peman-
rong pertumbuhan pariwisata lebih cepat, lebih efisien, faatan dan pengembangannya sebagai obyek wana
terkendali dengan baik dan dengan dampak positip wisata diatur dalam Undang-Undang Republik Indo-
yang lebih baik nyata bobotnya, terhadap kehidupan nesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang konservasi sumber
sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Hal daya alam hayati dan ekosistemnya (Himpunan
ini perlu dilakukan dengan benar karena kawasan Perundang-undangan, 1996:1). Selain itu, juga diper-
daerah tujuan wisata yang pertumbuhannya tidak tegas dan diperjelas lagi dengan surat edaran Direksi
terencana dan tidak terkendali (seperti: Danau Toba, Perum Perhutani No. 79/043.7/Prod/Dir tanggal 11
Puncak, Cianjur, Tretes, Kuta, dan daerah lain), akan April 1995 tentang pengembangan dan pembangunan
menimbulkan masalah baru terhadap asset pariwisata objek wana wisata (Himpunan peraturan per
dan lingkungan hidup yang tidak mudah diatasi, serta Undang-Undangan Bidang Kepariwisataan Perum
memerlukan biaya yang besar untuk menatanya Perhutani, Supplemen SD. TH, 1996:216).
kembali (Deparpostel, 1990:1). Objek wisata alam yang berada dikawasan hutan
biasa disebut dengan hutan wisata atau wana wisata
dimana dalam pengembangan wana wisata harus Grajagan berada di Resort Pemangkuan Hutan (RPH)
mengacu pada Undang-undang Kehutanan Republik Grajagan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
Indonesia No.5 tahun 1967 pasal 3 ayat (4). Hutan (BKPH) Curahjati, Kesatuan Pemangkuan Hutan
wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukkan (KPH) Banyuwangi Barat. Berada di petak 111
secara khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepen- dengan luas + 314 ha. Secara administratif pemerin-
tingan pariwisata dan atau wisata buru. Berdasarkan tahan terletak didesa Grajagan, Kecamatan Purwo-
hal tersebut kawasan hutan wisata dapat ditingkatkan harjo, Kabupaten Banyuwangi. Untuk mencapai
menjadi aset wisata bernilai ekonomis, dalam penge- tempat ini dapat lewat laut (tidak dianjurkan) dan
lolaannya di bagi dua (1) objek wisata yang terletak lewat darat. Yang dapat ditempuh dengan mobil priba-
di dalam kawasan konservasi; (2) objek wisata yang di, bus, kendaraan roda dua dengan jalan beraspal.
terdapat di luar awasan konservasi. Saat ini hutan Dari jalan raya Banyuwangi-Jember apabila dari arah
wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi khu- Banyuwangi lewat Benculuk + 28 Km dari benculuk
susnya di pulau Jawa dan Madura dikelola oleh Perum Grajagan + 12 Km. (2). Iklim Wana wisata Grajagan
Perhutani disebut dengan ”Wana Wisata”. Wana ketinggian dari permukaan air laut 0–20 m dpl,
wisata dibangun dan dikembangkan oleh Perum Per- Sedangkan topografinya datar dan berbukit rendah
hutani di dalam kawasan hutan produksi dan hutan dengan suhu + 20–80 o C, Bulan hujan Nopember–
lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi Mei dan bulan kering Juni–September , dengan curah
pokoknya. Hal tersebut sejalan dengan program pem- hujan rata-rata + 1.300 mm/tahun. (3) Fasilitas yang
bangunan yang telah dicanangkan pemerintah khu- terdapat di Wana wisata Grajagan mulai pintu gerbang
susnya dalam sub sektor pariwisata, Perum Perhutani dengan ciri khas, lapangan parkir yang luas, gardu
sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara pandang, jembatan gantung, MCK umum (mandi, cuci,
(BUMN) di bidang kehutanan yang mengemban misi kakus), pondok wisata dengan 10 kamar, kantin, tem-
pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus pat bermain anak-anak, sarana jalan aspal + 1.400 m
memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelo- dan jalan setapak + 1.700 m, mushola, rumah jaga
laan perusahaan, sejak tahun 1978 telah mengambil dan listrik. (4) Objek yang menarik (a) Objek yang
langkah kongkrit dalam mewujudkan pengembangan menarik yang bersifat alami adalah pantai laut selatan
kepariwisataan di Pulau Jawa dan Madura. yang indah dengan hamparan pasir yang bersih serta
Di wilayah kerja Perum Perhutani sebagai dihiasi gelombang laut yang tiada hentinya. (b)
BUMN terdapat sebuah kawasan rekreasi di alam Perahu-perahu nelayan tradisional yang nampak
terbuka yang menampilkan perpaduan unsur-unsur semarak di malam haric. Peturon adalah pantai tempat
keindahan panorama hutan, gunung dan pantai dalam nelayan menurunkan ikan hasil tangkapannya, yang
lokasi wana wisata Grajagan di Banyuwangi Selatan. ramai tiap hari. Disini wisatawan bisa berbelanja ikan
Keunikan yang ditampilkan sebagai daya tarik wisata segar langsung pada para nelayan. (d) Dari shelter di
di wana wisata Grajagan muncul dari beberapa unsur puncak bukit, nampak terbentang pemandangan laut
baik itu hutan, gunung dan pantai sekaligus membentuk bebas terpadu dengan bukit-bukit yang sangat indah.
panorama yang indah dengan beberapa tanaman hutan Di samping itu, juga terdapat 3 buah goa buatan
yang meliputi; Jati (Tectona Grandis), Sonokeling Jepang di mana dari sini dapat dinikmati pemandangan
(Dalbergia Latifolia), Fikus (Ficus Sop), Walikukun perahu-perahu nelayan yang tersebar di berbagai su-
(Shoutenia Ofata), Lamtoro Gung (Leucaena dut pandang menambah keasyikan tersendiri. (e)
Laucocephala), Randu Alam (Bombax Mallabari- Tidak kurang asyik lagi di sini dapat pula berperahu
ca), Bambu-bambuan (Mabosa Sop), Ketangi, sambil memancing di tengah keindahan alam dengan
Bungur (Langerstrome Spesiosa). menyusuri pantai sampai di Plengkung yang terkenal
Karena keindahannya itulah maka wisatawan dengan selancar airnya serta tentu saja Cagar Alam
Nusantara (Wisnu) maupun Wisatawan mancanegara Alas Purwo yang tidak kalah menarik. (f) Objek wisa-
(Wisman) dapat memanfaatkannya untuk berselancar ta yang lain yaitu Pantai Sukamade tempat
air di pantai Plengkung dalam perjalanannya ke Pulau pengembangan dabn budidaya tukik penyu, Pancer,
Bali atau ke Surabaya (1) Lokasi Wana wisata Rowobayu. (g) Objek wisata yang lain berupa kegiatan
ritual/budaya masyarakat Osing Banyuwangi antara persaingan di pasar industri di mana perusahaan
lain: gandrung, seblang, hadrah, barong, jangger, suro- berada. (2) Evaluasi Faktor Internal (Internal Fac-
an dan qiwa ratri (5) Pendapatan objek wana wisata tor Evaluation /IFE) matrik. Langkah penyimpulan
diperoleh dari penjualan tiket masuk yang dipungut dalam mengelola internal-management audit dapat
dari pengunjung objek wana wisata, penjualan tiket dipakai untuk menyusun IFE matrik. Alat perumusan
masuk tersebut dilakukan bagi hasil dengan Peme- strategi ini menyimpulkan dan mengevaluasi kekuatan
rintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Banyuwangi. dan kelemahan yang besar dalam daerah-daerah
fungsional perusahaan, dan juga untuk memberikan
METODE suatu basis bagi pengidentifikasian dan pengevaluasian
Penelitian ini analisis yang dipakai adalah analisis hubungan diantara daerah-daerah tersebut. Dalam
Deskriptif. Dengan mengumpulkan data baik data melaksanakan dan penggunaan IFE matrik yang
primer maupun sekunder mengenai hasil-hasil yang sangat perlu diketahui mengenai penggunaan intui-
telah dicapai atau apa-apa yang telah dimiliki (inven- tive judgment.
tarisasi) melalui angket, observasi maupun penga- Rangkuti (1999:26) mengemukakan keunggulan
matan pada lokasi objek wana wisata yang menjadi perusahaan yang tidak dimiliki oleh perusahaan pe-
sampel. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner saing (distinctive competencies) harus diintegrasikan
dan wawancara dengan para manajer tingkat mene- ke dalam budaya organisasi sedemikian rupa sehingga
ngah (middle management) dalam lingkup seksi perusahaan lain tidak dapat menirunya. Selanjutnya,
usaha wisata. Alasan dipilihnya pengumpulan data dari sebelum suatu perencanaan strategis dikembangkan
manajer tingkat menengah tersebut karena mereka manajemen puncak perlu menganalisis hubungan
adalah key person yang memberikan masukan bagi antara fungsi-fungsi manajemen perusahaan dengan
penetapan strategi perusahaan yang akan diputuskan mempelajari struktur perusahaan; (a) Struktur Peru-
oleh manager eksekutif, selain itu juga ditambah sahaan (Corporate’s structure). Pada umumnya
dapat diketahui dari struktur organisasi perusahaan.
dengan seorang konsultan di bidang wana wisata
Desain struktur organisasi perusahaan tersebut
Umar (1999:161) setelah dilakukan pengumpulan
menggambarkan kelebihan maupun kekurangan serta
data (inventarisasi) perlu dilakukan pengklasifikasian
potensi yang dimiliki. Struktur organisasi ini merupa-
dan pra-analisis. Teknik yang digunakan guna meru-
kan kekuatan internal perusahaan yang bersangkutan;
muskan (formulasi) strategi utama (grand Strate-
(b) Budaya perusahaan (corporate’s culture) Budaya
gies) perusahaan dapat menggunakan matriks. David
perusahaan merupakan kumpulan nilai, harapan serta
(1995:198). Model analisis yang dipakai pada tahap
kebiasan masing-masing orang yang ada di perusa-
ini terdiri: (1) Tahap pengumpulan data, meliputi; (a)
haan tersebut, yang pada umumnya tetap dipertahan-
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) matrik, (b) Evaluasi
kan dari satu generasi ke generasi berikutnya; (c)
Faktor Internal (IFE) matrik; (2) Tahap Analisis
Sumberdaya perusahaan (corporate’s resources).
dengan matrik Internal Ekternal (IE matrix).
Sumberdaya perusahaan disini tidak hanya berupa
Pada tahap pengumpulan data, tahapan ini me-
aset, seperti orang, uang, dan fasilitas tetapi juga
ngumpulkan data mengenai hasil yang telah dicapai
berupa konsep serta prosedur teknis yang biasa diper-
atau apa-apa yang telah dimiliki (inventarisasi)
gunakan di perusahaan. dengan demikian, analisis
dengan cara observasi atau pengamatan pada lokasi
strategis internal dapat lebih dikenali berdasarkan
objek wana wisata yang akan dikembangkan. Hasil
kekuatan dan kelemahan sumber daya secara fung-
observasi yang telah diperoleh dikelompokkan berda-
sional (pemasaran, sumber daya manusia, sistem
sarkan lingkungan internal dan eksternalnya, sebagai
informasi). Manajemen puncak harus ekstra hati-hati
berikut; (1) Evaluasi Faktor Eksternal (External Fac-
dalam mempertimbangkan budaya perusahaan, saat
tor Evaluation/ EFE) Matrik. Dalam EFE matrik
menganalisis faktor strategis internal karena kadang-
dilakukan pengumpulan data dari lingkungan eksternal
kadang faktor strategis internal tersebut bertentangan
dan dianalisis hal-hal yang menyangkut persoalan
dengan budaya perusahaan yang ada sehingga kurang
ekonomi, sosial, budaya,demografi, lingkungan, politik,
mendapat dorongan dan dukungan dari para karyawan
pemerintahan, hukum, teknologi dan informasi tentang
Tahap analisis matrik Internal Ekternal (IE ma- V, VII paling baik dikendalikan denga strategi-strategi
trix) dilakukan dengan memasukkan parameter yang ”Hold” dan ”Maintain”. Strategi yang umum
digunakan kekuatan internal dan ekternal yang ber- dipakai yaitu strategi market penetration, dan prod-
sumber dari Matrik Ekternal Faktor Evaluation (EFE) uct development.
dan Matrik Internal Faktor Evaluation (IFE). Tujuan Ketiga, Posisi perusahaan yang berada pada sel
penggunaan model ini adalah untuk memperoleh VI, VIII, dan IX dapat menggunakan strategi ”Har-
strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail vest” atau ”Divestiture.”
(Umar, 1999:42). Gambar Matrik Internal dan Ekternal
(IE Matrik) untuk strategi di tingkat korporat ditunjuk- HASIL
kan dalam Gambar 1. Hasil analisis dengan menggunakan Ekternal
Matriks IE tersebut dapat mengidentifikasikan 9 Faktor Evaluation (EFE) Matrix dan Internal Faktor
(sembilan) sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsip- Evaluation (IFE) Matrix masing-masing diperoleh
nya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi skor EFE = 2,89 dan IFE = 2,73. Skor EFE dan IFE
tiga strategi utama, yaitu: kemudian dimasukkan ke dalam Internal Ekternal (IE)
Pertama, Posisi perusahaan yang berada pada Matrix dan kemudian ditarik garis vertikal dan hori-
sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai ”Grow” sontal maka terjadi sebuah titik pertemuan pada kwa-
dan ”Build”. Strategi yang cocok bagi perusahaan dran V di mana akan diperoleh strategi yang sesuai
yang berada pada sel-sel tersebut Intensive (market yaitu strategi pertumbuhan (hold and maintaind) me-
penetration, market development, dan product deve- lalui pengembangan pasar dan pengembangan produk.
lopment) atau integration (backward integration,
forward integration, dan horizontal integration.
Kedua, Posisi perusahaan yang berada pada sel III,
3,0
Eksternal Bisnis Sedang
(Total Nilai EFE) 2,0 - 2,99
IV V VI
2,0
Rendah
1,0 - 1,99
VII VIII IX
1,0
Gambar 1. Internal Ekternal (IE) Matrix
(Sumber: David, Fred R, 2002:195)
Tabel 1. EFE (External Factor Evaluation) Wana Wisata Grajagan KPH Banyuwangi Selatan
Tabel 2. IFE (Internal Factor Evaluation) Wana Wisata Grajagan KPH Banyuwangi Selatan
Gambar 2. Internal Ekternal (IE) Matrix Wana Wisata Grajagan KPH Banyuwangi Selatan
(Sumber: diolah Penulis)
Damanik, J., and Helmut, F.W. 2006. Perencanaan tani, PHT 17 - Seri Produksi 86. Jakarta: Perum
Ekowisata, dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Perhutani.
Kerjasama Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM & ________. 1996. Himpunan Peraturan Perundang-
Penerbit Andi. Undangan Bidang Kepariwisataan Perum Perhu-
Fakultas Kehutanan, Tim IPB, 1989, Studi Wana Wisata di tani ( Supplemen SD. Th. 1996), PHT 35-Seri Produksi
Wilayah Kerja Perum Perhutani, Kerjasama Fakultas 104. Jakarta: Perum Perhutani.
Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan Direksi ________. 1997. Pedoman Pengusahaan Pariwisata
Perum Perhutani, Bogor Alam Perum Perhutani, PHT 48 - Seri Produksi 93.
Lunberg, D.E., and Mink, H.S., M. Krishnamoorthy. 1997. Jakarta: Perum Perhutani.
Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Rangkuti, F. 1999, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus
Pustaka Utama. Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis
Pearce II, John, A., and Richard, B.R., Jr. 1997. Manajemen untuk Menghadapi Abad 21, Cetakan Kelima.
Strategik - Formulasi, Implemetasi, dan Pengen- Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
dalian, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Binarupa Tranggono, T. 1996, Usaha Wana Wisata Mandiri Coban
Aksara. Rondo KPH Malang Unit II Jawa Timur, Biro
Porter, M.E., alih bahasa Agus Maulana. 1996. Strategi Produksi. Surabaya: Perum Perhutani unit II Jawa
Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pe- Timur.
saing, Cetakan kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Umar, H. 1999 Riset Strategi Perusahaan. Jakarta: Penerbit
Perum Perhutani. 1994. Himpunan Peraturan Perundang- PT Gramedia Pustaka Utama.
Undangan Bidang Kepariwisataan Perum Perhu- Usman, H., dan Purnomo, S.A. 2000. Metodologi Penelitian
Sosial, cetakan ketiga. , Jakarta: PT Bumi Aksara.