Professional Documents
Culture Documents
Nabi
Di 3 - Arungi makna, shalat dalam 17 Juli 2008 pada 01:47
Selama ini, saya lihat ada dua jenis wacana tentang salat istikharah yang mendominasi umat. Pertama,
“cara praktis” meminta petunjuk Allah melalui salat istikharah. Kedua, cara salat istikharah “menurut
sunnah Nabi”. Namun, keduanya sama-sama mengandung kelemahan.
Pada jenis yang pertama, kesesuaian dengan sunnah Nabi cenderung kurang diperhatikan. Contohnya,
sebuah kitab mengajarkan bahwa seusai mengucap doa istikharah, “kocoklah (undilah) keenam
lembaran kertas itu dengan tanganmu dan keluarkanlah satu per satu. Jika secara berturut-turut yang
keluar adalah tiga lembar kertas yang bertulisan ‘lakukanlah’, maka lakukanlah urusan yang engkau
ingin lakukan. ….” Dampaknya, walaupun memperoleh isyarat yang jelas, bisa-bisa kita terjerumus ke
lembah bid’ah yang sesat dan menyesatkan.
Sedangkan pada jenis yang kedua, efektivitas (atau kepraktisan) salat istikharah kita sendiri kurang
disoroti. Segi-segi lahiriah sunnah Nabi dalam bersalat istikharah diterangkan (khususnya tentang
pengucapan doa istikharah), tetapi aspek-aspek batiniah dan akliah pelaku salat (misalnya: bagaimana
menghidupkan hati dan mengaktifkan akal untuk menghayati dan memahami doa istikharah) cenderung
tidak disinggung sama sekali. Akibatnya, bisa-bisa salat istikharah kita kurang efektif atau bahkan sia-
sia belaka.
Oleh karena itu, kita membutuhkan cara salat istikharah yang efektif dan sekaligus sesuai dengan
sunnah Nabi. Untuk contoh pembahasan rinci, silakan baca buku Istikharah Cinta.
Untuk penjelasan sekarang, marilah kita simak ciri-ciri istikharah yang sesuai dengan sunnah Nabi
sebagaimana diungkapkan oleh Abu Umar Abdullah Al Hammadi, Misteri Shalat Istikharah, Edisi
Revisi (Solo: Pustaka Ar Rayyan, 2006), hlm. 27-97:
Istikharah = memohon agar dipalingkan perhatian kepada apa yang dipilih Allah Swt.
Boleh memohon pilihan kepada Allah Swt dalam urusan besar atau pun kecil. Namun, utamakanlah
perkara yang lebih penting.
Ketika Zainab mendapat lamaran dari Rasulullah saw melalui Zaid, Zainab menjawab, “Aku tidak akan
melakukan apa pun sebelum aku bermusyawarah dengan Tuhanku [dengan istikharah].” (HR Muslim)
Bagi yang berhalangan (misalnya lantaran haid), istikharahnya cukup dengan baca doa istikharah tanpa
salat.
Salat istikharah adalah salat sunnah dua rekaat yang dapat dilakukan secara tersendiri atau pun menyatu
dengan salat sunnah lain (rawatib, tahiyyatul masjid, dll.). Kalau menyatu, harus ada niat bahwa
dengan salat sunnah lain itu hendak dilakukan salat istikharah sekaligus.
Bebas memilih bacaan ayat Qur’an seusai Al-Fatihah. Tidak ada dalil kuat yang mengkhususkan
bacaan ayat Qur’an dalam salat istikharah. Yang khusus hanyalah doa istikharah.
Doa istikharah itu boleh diucapkan secara hafalan atau pun dari lembaran kertas. Doa itu dapat dibaca
di dalam salat atau pun sesudah salat.
Seusai istikharah, kerjakan pilihan sesuai kecenderungan hati sanubari [atau akal sehat]. Tidak perlu
menanti mimpi. Bila kurang mantap, lakukan istikharah lagi.
http://salatsmart.wordpress.com/2008/07/17/shalat-istikharah-yang-efektif-menurut-sunnah-nabi/