Professional Documents
Culture Documents
Melaui jaras asenden, stimulus gatal akan dipersepsi oleh korteks serebri.
Saat ini, melalui PET (ositron-emission tomography) dan fMRI (functional
MRI), aktivitas kortikal dapat dinilai dan terkuak bahwa girus singuli anterior
(anterior singulate) dan korteks insula terlibat dan berperan dalam
“kesadaran” sensasi gatal6, menyebabkan efek emosional berpengaruh
kepada timbulnya gatal, serta korteks premotor yang diduga terlibat dalam
inisasi tindakan menggaruk.
Melaui jaras asenden, stimulus gatal akan dipersepsi oleh korteks serebri. Senyawa terpenting adalah histamin. Histamin merupakan produk
Saat ini, melalui PET (ositron-emission tomography) dan fMRI (functional degranulasi sel mast dan basofil, selain dapat dihasilkan oleh makrofag dan
MRI), aktivitas kortikal dapat dinilai dan terkuak bahwa girus singuli anterior limfosit. Jenis histamin H1 ditemukan menyebabkan gatal. Histamin banyak
(anterior singulate) dan korteks insula terlibat dan berperan dalam dilepaskan setelah terjadi cidera yang melibatkan dermal. Sementara itu,
“kesadaran” sensasi gatal6, menyebabkan efek emosional berpengaruh reseptor H3 terlibat dalam modulasi gatal, dan bekerja antagonis dengan H1.
kepada timbulnya gatal, serta korteks premotor yang diduga terlibat dalam H4 juga dapat menyebabkan gatal. Serotonin terutama terlibat dalam gatal
inisasi tindakan menggaruk. Selain itu, korteks prefrontal, orbitofrontal, pusat, dan mungkin berperan dalam gatal neurogenik pada pasien uremia
serebelum, dan periaqueductal gray diketahui memiliki keterlibatan dalam (gagal ginjal). Keduanya merupakan golongan amina.
pruritus. Endovanilloid dan endokanabinoid ditemukan di sistem pusat dan
dapat meregulasi TPRV1 secara terpusat. Asetilkolin, bekerja melalui reseptor muskarinik, menyebabkan gatal di
individu atopik; dan sensasi terbakar di individu non-atopik. Pada penderita
Kontras terhadap kejadian gatal yang muncul di perifer, gatal sentral adalah dermatitis atopik, ACh yang dihasilkan oleh keratinosit akibat inflamasi dapat
kopmleks dan belum dimengerti secara mendalam. Gatal jenis ini dipersepsi mencetuskan rasa gatal.6
terjadi di kulit, namun tidak diinisiasi dari kulit melainkan berasal dari sistem
saraf pusat. Gatal jenis ini cenderung diakibatkan disfungsi proses dari Eikosanoid dilepaskan oleh infiltrat leukosit dan sel mast, dan bekerja
informasi sensoris di jaras pusat.4 Terjadi interaksi kompleks antara eksitasi dengan mengaktifkan TRPV1 dan TRPV4. Prostaglandin mengurangi ambang
di perifer dengan disinhibisi (dis-, menegatifkan kata inhibisi) pusat. letup gatal akibat eikosanoid (memudahkan tiimbulnya gatal). Sebagai
contoh, endovanniloid mengaktifkan TRPV1 dengan memengaruhi kanal ion
Peptida opioid selain bekerja di perifer, juga berperan penting di pusat. kalsium terutama di sel neuron dan non-neuronal (termasuk keratinosit),
Morfin, sebagai contoh, dapat mengurangi rasa nyeri, namun meningkatkan sehingga meningkatkan kecenderungan untuk gatal. Aktivasi TRPV1
rangsang gatal.5 Nalokson (atau peptida-µ opioid lain) justru mengurangi keratinosit menyebabkan pelepasan mediator pruritogenik. Penggunaan
rasa gatal. Peptida ini memodulasi kanal ion kalsium di serabut saraf C yang vanniloid topikal (seperti capsaicin) mendesensitisasi TRPV1 baik neuronal
terletak di sistem saraf pusat. maupun non-neuronal, sehingga melawan aktivitas pruritogenik dan
mencegah timbulnya gatal.
µ(miu) opioid menginhibisi pruritus central, sementara κ(kappa)-opioid
memiliki efek antirpruritus. Dengan diketahui mekanisme ini, Sitokin, seperti IL-2 dan IL-31 terlibat dalam pruritus. IL-2 terutama adalah
ketidakseimbangan kedua sistem ini di sistem saraf pusat dapat penginduksi yang poten, sementara IL-31 ditemukan menyebabkan pruritus
menimbulkan pruritus sentral. Mekanisme ini juga menjadi dasar di individu atopik yang overekspresi IL-31.
penggunaan obat-obat antipruritus secara efek farmakologis.
NEUROPEPTIDA yang terpenting adalah substansi P (SP) yang dihasilkan central, yang akan ditemukan pada pasien dengan dermatitis atopik sebagai
akibat aktivasi serabut saraf C (disebut dengan refleks aksonal), selain juga respons terhadap keringat dan perubahan temperatur. Dugaan sementara
akan melepaskan mediator eikosanoid inflamasi dan histamin. Substansi P kejadian ini adalah akibat eksitasi berlebihan pemroses rangsang gatal pusat
akan meningkat jumlahnya apabila terjadi inflamasi, sehingga zat ini adalah akibat proses “gating” (mekanisme inhibisi) yang terganggu. Gatal yang
salah satu mediator terpenting yang berperan dalam gatal akibat inflamasi. kronis juga timbul akibat sensitisai terhadap jaras pruritus di pusat, sehingga
Substansi P secara selektif menyebabkan pelepasan histamin oleh sel mast. menggaruk justru menambah intens tingkat kegatalan daripada
Aktivitasnya menurun akibat stress, serta meningkat akibat penuaan dan menguranginya.
keadaan malam. CGRP (Calcitonin Gene Related Peptide) juga
neurotransmiter golongan péptida utama, disamping neuropeptida lain Etiologi Gatal1,2
seperti VIP (Vasoactive intestinal peptide), endothelin, neurotensin, dan
Faktor eksogen antara lain:
neurotrophin, serta neurokinin A (NKA). Neurotrophin, seperti NGF bekerja
dengan menurunkan ambang gatal, meningkatkan regulasi reseptor Penyakit dermatologik
vanilloid, serta meningkatkan produksi substansi P. Berperan terutama Dermatitis kontak (dengan pakaian, logam, serta benda asing)
pada gatl akibat dermatitis atopik. Rangsangan dari ektoparasit (misal: serangga, tungau skabies,
pedikulus, larva migrans)
Menggaruk Memodulasi dan Meregulasi Gatal
Faktor lingkungan (menyebabkan kulit kering atau lembab)
Tindakan menggaruk (scratching) merupakan tindakan yang mengaktivasi
Faktor endogen antara lain adanya reaksi obat atau adanya penyakit.
serabut saraf A-β termielinasi yang akan menekan proses rangsang gatal di
Penyakit sistemik dapat menimbulkan gejala pruritus di kulit. Pruritus ini
tingkat substansia gelatinosa korda spinalis dan mengaktivasinya.
disebut dengan pruritus primer, dan dapa bersifat lokalista atau generalista.
Mekanisme modulasi gatal pada umumnya menggunakan sistem gerbang
Bahkan pruritus psikogenik cenderung dapat muncul pada seseorang yang
(gated mechanism) Selain itu, akar dorsal juga menerima sinyal inhibisi dari
sering merasa malu, memiliki perasaan bersealah, masokisme, serta
daerah periakuaduktus otak tengah. Selain itu, menggaruk akan merangsang
ekshibisonisme.
serabut saraf C polimodal yang akan menimbulkan impuls nyeri dan
menginhibisi timbulnya impuls gatal. Pruritus yang timbul akibat faktor sistemik antara lain disebabkan oleh:
Alloknesis4,5 1. Kehamilan
Pruritus gravidarum, melibatkan induks oleh estrogen dan kadang
Alloknesis merupakan stimulus yang dalam keadaan normal tidak
berhubungan dengan kolestasis. Terjadi terutama di trimester
mencetuskan sensasi gatal (seperti sentuhan ringan, perubahan temperatur),
terakhir kehamilan.
namun dipersepsikan sebagai pruritus. Fenomena ini terjadi akibat sensitisasi
2. Penuaan dengan penyakit hati. Selain itu, analgesik opioid menimbulkan efek
Pruritus yang timbul akibat kulit yang sudah tua dan bisa terjadi ketergantungan (withdrawal symptoms). Butorfanol, kombinasi antagonis
akibat stimulasi yang sangat ringan. miu dan kappa diberikan sebagai semprotan (nasal spray).
3. Penyakit hepar
Gejala berhubungan dengan kolestasis. Adanya kolestasis ini Secara ringkas, obat-obat yang bekerja secara perifer6 antara lain antagonis
mengakibatkan peningkatan sintesis opioid. H1, agonis H3, antagonis SP, antagonis TRPV1, agonis CB1, antagonis PAR-2.
4. Penyakit endokrin Sementara yang bekerja secara sentral adalah gabapentin (untuk gatal
Terjadi pada pasien diabetes, terjadi akibat hiperglikemi. neuropati), talidomit (mensupresi persarafan), mirtazapin, inhibitor uptake
5. Penyakit ginjal, neoplastik, dan penyakit lain. serotonin, dan opioid miu antagonis atau agonis kappa.
Keputsakaan:
Tatalaksana5
1. Moschella SL. Hurley HJ. (editor). Dermatology: third edition.
Pada gatal yang tergeneralisasi dan terjadi hampir di seluruh tubuh, asien
Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1986. p.2042-7.
sebaiknya tetap dalam keadaan tubuh yang dingin dan menghindari udara
2. Djuanda A. Hamzah M. AIsah S. (editor). Buku ajar ilmu penyakit kulit
panas. Hindari konsumsi alkohol dan makanan yang pedas. Penggunaan dan kelamin: edisi kelima. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
menthol secara topikal dapat menimbulkan sensasi dingin melalui persarafan Universitas Indonesia; 2007. p. 321-29.
reseptor TPR nosiseptor dan dapat menekan terjadinya gatal. 3. Guyton AC. Hall JE. Human physiology and mechanism of disease.
Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1982. p.378-9
Apabila gatal bersifat terlokalisasi, penggunaan capsaicin secara topikal dapat
4. Burns T. Breathnach S. Cox N. Griffiths C. (editor). Rook’s textbook of
meredakan gatal. Selain itu, penggunaan terapi dengan transepidermal
dermatology: volume 1, eight edition. Oxford: Wiley-Blackwell
electrical nerve stimulation (TENS) sangatlah efektif.
Publishers; 2010. p.931-48
5. Greaves MW. Recent advances in pathophysiology and current
Farmakoterapi dengan obat-obatan dapat dilakukan untuk menekan pruritus.
management of itch. Ann Acad Mes Singapore. 2007 Sep;36(9):788-92
Antihistamin memiliki efek yang kurang baik, kecuali pada pruritus yang
6. Burton G. Pathophyisiology of pruritus. Australian College of Veterinary
dicetuksan terutama akibat aksi histamin. Contohnya adalah urtikaria.
Scientists Dermatology Chapter Science Week Proceeding. 2006;
Sementara itu, kortikosteroid baik secara topikal maupun sistemik cenderung
34(6):18-25
tidak menimbulkan efek antipruritus dan jika efek antipruritus terlihat, maka
ini lebih disebabkan penekanan efek inflamasi.
Antagonis opioid, seperti naltrexone dapat sangat efektif di beberapa pasien, “The nature of human is, more than anything else, to itch...”
terutama gatal akibat kolestasis. Namun perlu diingat bahwa obat-obatan Clarence Petersen
antagonis opioid banyak memiliki kontraindikasi, terutama bagi pasien