You are on page 1of 2

Nama : Marlia Sari Siregar

NPM : 1015310170

Prodi : Manajement

Ekonom : Asia Kendalikan Ekonomi Dunia Pada 2011

Asia akan memimpin pertumbuhan global dalam 2011, dengan China, yang kini
menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, mengalami pertumbuhan mantab
sekitar 10%, kata porkas Akademi Ilmu Pengetahuan Sosial China yang berafiliasi dengan
pemerintah.

Kondisi ekonomi AS dan Eropa yang terus – terusan melemah kemungkinan tidak
akan begitu berarti lagi bagi permasalahan yang dihadapi Asia di tahun 2011, karena kawasan
itu bisa mengatasi tekanan inflasi yang berpotensi membuat tidak stabilnya keadaan.

Apalagi, dengan rebound yang kuat di AS dan Eropa, tidak mungkin rasanya kedua
kawasan itu mengalami resesi lagi (double-dip recession). Namun demikian, dengan usaha
Bank Sentral AS (the Fed) untuk terus (The Fed) untuk terus menciptakan lapangan kerja
melalui kebijakan “pelonggaran kuantatif” baru, membuat pemerintah negara diseantero
Pasifik melakukan manuver untuk menjaga agar tekanan harga jangan sampai tidak
terkendali.

“Pada tahapan ini tekanan infleksi benar-benar kritis, dan dari perspektif saya, benar-
benar hanya ada satu persoalan yang muncul kini, yakni : inflasi,” kata ekonomi USB
Duncun Wooldridge sambil mengatakan bahwa kecuali Jepang, inflasi harga konsumen di
Asia sudah mencapai rata-rata sekitar 5%

Inflasi harga konsumen China naik hingga 5,1% dalam Nopember. Pemerintah
menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya Oktober lalu sejak krisis keuangan
menyerang, dan telah beralih kepada kebijakan moneter “bijaksana dan berhati-hati” untuk
2011 dari kebijakan “pelonggaran relatif” yang mengindikasikan keinginannya untuk
memperketat kredit ketika berusaha mengatasi kenaikan harga.

Dengan memusatkan perhatian kepada harga pangan yang sensitif secara politik, yang
dikatakan mengalami kenaikan inflasi terakhir selama tiga kuartal, pemerintah China
mengintruksikan pengambilan tindakan keras terhadap spekulatif komoditi, batas harga bagi
minyak makan dan subsidi bagi simiskin.
Laju Inflasi Moderat

Memang sudah ada klaim tentang sejumlah keberhasilan dalam menurunkan harga
untuk beberapa jenis sayur-sayuran dan buah-buahan. Sementara itu, masalah cuaca – seperti
musim kering di China selatan dan banjir di Pakistan dan Thailand menyebabkan naikkan
harga, namub masih ada tingkat moderat, kata sebagian besar porkas.

Akan tetapi inflasi masih menjadi ancaman, terutama di negara-negara ekonomi baru
bangkit yang menarik aliran uang yang menginginkan keuntungan lebih besar dari surat
hutang pemerintah (Treasury) dan saham AS. Likuiditas yang melonjak itu semakin menekan
ekonomi Asia untuk apakah akan menaikkan suku bunga atau memberikan saja mata uang
mereka yang sudah mendapatkan keuntungan dari semakin melemahnya apresiasi terhadap
dolas AS.

“Negara ekonomi baru bangkit bisa saja menghentikan inflasi jika mereka bertekad
untuk itu,” kata ekonom independen Andy Xie yang berbasis di Shanghai. Namun ia
menggambarkan bahwa strategi efektif memerlukan kenaikkan nilai tukar kurs hingga 50%
dan suku bungan 10%. “Jelas sama sekali tidak ada kemungkinan bagi mereka menerapkan
kebijakan kontradiksi itu.” Katanya.

Semua opsi itu, yang sama tidak menyenangkan , mencerminkan relatif kuatnya
kawasan tersebut dibandingi AS, Uni Eropa dan Jepang, kata sebuah laporan Macquarie
Securities. “Menempuh jalur yng baik antara pertumbuhan yang rendah dan inflasi tinggi
menjadi tantangan yang utama sekali di Asia,” katanya.

Dengan Amerika yang dilanda reses tidak mampu meningkatkan kembali anggaran
belanjanya yang menjadi kekuatan pertumbuhannya selama sebagian besar dua dasawarsa
terakhir, pemulihan semakin bergantung kepada kekuatan ekonomi Asia, kata ekonomi
regional untuk Action Economic di Singapura, David Cohen.

You might also like