You are on page 1of 7

AUTISME

I. PENDAHULUAN

Gangguan autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif, yaitu

kelompok kondisi psikiatrik dimana ketrampilan sosial yang diharapkan,

perkembangan bahasa dan kejadian perilaku tidak berkembang secara sesuai atau

hilang pada masa anak-anak awal.

Istilah autisme berasal dari kata "auto" yang berarti berdiri sendiri. Istilah ini

diperkenalkan oleh Leo Kramer pada tahun 1943 karena melihat anak autisme

memiliki prilaku aneh, terlihat acuh dengan lingkungan dan cenderung menyendiri

seakan-akan hidup dalam dunia yang berbeda. Perilaku aneh yang tergolong

gangguan perkembangan berat ini terjadi karena adanya kerusakan saraf

dibeberapa bagian otak

II. EPIDEMIOLOGI

Gangguan autistik terjadi dengan angka 2 sampai 5 kasus per 10.000 anak

(0,02 sampai 0,05 persen) di bawah usia 12 tahun . Jika retardasi mental berat

dengan ciri autistik dimasukkan, angka dapat meningkat sampai setinggi 20 per

10.000. Pada sebagian besar kasus autisme mulai sebelum 36 bulan tetapi

mungkin tidak terlihat bagi orang tua.


III. ETIOLOGI

Secara umum autisme adalah gangguan syaraf otak yang menghambat

perkembangan bicara sehingga menyebabkan kemampuan berkomunikasi dan

bersosialisasi tidak berkembang secara normal. Tingkatan gangguan tersebut

sedang sampai dengan berat dan umumnya muncul pada usia di bawah 3 tahun.

Autisme dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah:

1. Faktor genetik: Faktor Pada anak penderita autis, dimungkinkan penyebabnya

adalah karena adanya adanya kromosom (ditemukan pada 5-20% penyandang

autisme) seperti kelainan kromosom yang disebut syndrome fragile-x.

2. Faktor cacat ( Kelainan Pada Bayi): Di sini penyebab autis dapat dikarenakan

adanya kelainan pada otak anak, yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik

itu selama kehamilan ataupun setelah persalinan, kemudian juga dapat disebabkan

oleh adanya kelebihan gliadorphin dan casomorphin di dalam otak dan darah

anak.

3. Faktor Kelahiran dan Persalinan: Proses kehamilan ibu juga salah atu faktor yang

cukup berperan dalam timbulnya gangguan autisme, seperti komplikasi pada saat

kehamilan dan persalinan, seperti adanya pendarahan, yang disertai terhisapnya

cairan ketuban yang bercampur feses dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah

juga kemungkinan adanya keracunan, seperti keracunan logam berat timah, arsen,

ataupun merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air, bahkan makanan.

4. Faktor psikodinamika dan keluarga: Dalam laporan awalnya, Kanner menulis

bahwa beberapa orang tua dengan anak-anak autistik adalah benar-benar peramah,

namun teori tersebut tidak digunakan lagi selama 50 tahun terakhir, karena teori
yang lain tentang kekerasan dan penolakan orang tua yang mendorong gejala

autistik juga tidak jelas.

IV. DIAGNOSIS

Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak, digunakan

standar internasional tentang autisme. ICD-10 (International Classification of

Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994

merumuskan kriteria diagnosis untuk Autisme Infantil yang isinya sama, yang saat

ini dipakai di seluruh dunia. Kriteria tersebut adalah : Harus ada sedikitnya 6

gejala dari (1), (2), dan (3) seperti di bawah ini, dengan minimal 2 gejala dari (1)

dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.

Minimal harus ada 2 dari gejala di bawah ini :

o Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai : kontak

mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju

o Tidak bisa bermain dengan teman sebaya

o Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain)

o Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang

timbal balik
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi.

Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :

o Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang.

Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal

o Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk

berkomunikasi

o Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang

o Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat

meniru

3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam

perilaku, minat dan kegiatan.

Minimal harus ada 1 dari gejala di bawah ini :

o Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas

dan berlebihan

o Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak

ada gunanya

o Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang

o Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda

V. KARAKTERISTIK PERILAKU

1. Terdapatnya gangguan kualitatif pada interaksi sosial: Semua anak autistik

gagal menunjukkan keakraban yang lazimnya terhadap orang tua mereka dan

orang lain. Saat bayi, banyak yang tidak memilki senyum sosial dan sikap yang

tidak mau digendong jika seseorang dewasa yang mendekatinya. Kontak mata
yang abnormal adalah temuan yang sering. Anak autistik sering kali tidak

terlhatmengenali atau membedakan orang-orang yang paling penting dalam

kehidupannya seperti orang tua, sanak saudara dan guru. Terlihat juga kegagalan

mereka untuk bermain denga teman sebaya dan membuka persahabatan,

kejanggalan dan ketidaksesuaian sosial mereka, terutama kegagalan mereka untuk

mengembangkan empati.

2.Respon terhadap rangsangan : Panik terhadap suara-suara tertentu. sangat

sensitif terhadap suara, bermain dengan cahaya dan pantulan, memainkan jari-jari

di depan mata, menarik diri ketika disentuh, sangat tidak suka dengan pakaian,

makanan, atau hal-hal tertentu, tertarik pada pola, tekstur, atau bau tertentu, sangat

inaktif atau hiperaktif, mungkin suka memutar-mutar sesuatu, bermain berputar-

putar, membentur-benturkan kepala, atau menggigit pergelangan, melompat-

lompat atau mengepak-ngepakan tangan, tahan atau berespon aneh terhadap nyeri.

3. Ketidakstabilan mood dan afek: Beberapa anak dengan gangguan autistik

menunjukkan perubahan emosional yang tiba-tiba, dengan ledakan tertawa atau

tangisan tanpa terlihat alasan dan tidak mengekspresikan pikiran yang sesuai

afek.

4. Kesenjangan perkembangan perilaku: kemampuan akan sesuatu mungkin

sangat baik atau sangat terlambat, mempelajari keterampilan di luar urutan

normal.Misal : membaca tapi tidak mengerti arti, menggambar secara rinci tapi

tidak bisa mengancingkan baju, pintar memainkan puzzle tapi amat sukar

mengikuti perintah, berjalan pada usia normal, tapi tidak bisa berkomunikasi,

lancar membeo bicara, tapi sulit memulai bicara dari diri sendiri (inisiatif

komunikasi), suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi di lain waktu tidak
VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Skizofrenia denngan onset masa anak-anak

Skizofrenia jarang pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Skizofrenia disertai

dengan halusinasi atau waham, dengan insidensi kejang dan retardasi mental yang

lebih rendah dan dengan IQ yang lebih tinggi dibandingkan anak autistik.

2. Retardasi mental dengan gejala perilaku

Pada anak retardasi mental biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-

anak lainnya dengan cara yang sesuai dengan umur mentalnya. Mereka

menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mereka memiliki

sifat gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.

3. Gangguan bahasa reseptif/ekspresif campuran

Pada gangguan bahasa reseptif/ekspresif campuran, perilaku autistik , gangguan

kehidupan sosial, aktivitas stereotipik tidak ada atau jika ada kurang parah.

4. Afasia didapat dengan kejang

Kondisi di atas jarang terjadi. Anak-anak dengan kondisi tersebut normal untuk

beberapa tahun sebelum kehilangan bahasa reseptifnya dan ekspresifnya selama

periode beberapa minggu atau bulan.

5. Ketulian kongenital atau gangguan pendengaran parah


Anak yang tuli berespon hanya terhadap suara keras, sedangkan anak autistik

mungkin mengabaikan suara keras atau normal dan berespon hanya pada suara

yang lunak atau lemah.

6. Pemutusan psikososial

Gangguan parah dalam lingkungan fisik dan emosional dapat menyebabkan anak

tampak apatis, menarik diri dan terasing. Ketrampilan bahasa dan motorik dapat

terlambat. Anak-anak dengan tanda tersebut hampir selalu membaik dengan baik

jika ditempatkan dalam lingkungan psikososial yang menyenangkan.

VII. TERAPI

Tujuan terapi adalah menurunkan gejala perilaku dan membantu perkembangan

fungsi yang terlambat. Metode pendidikan dan perilaku sekarang dianggap merupakan

terapi yang terpilih.

Walaupun tidak ada obat yang ditemukan spesifik untuk gangguan autistik,

psikofarmakoterapi adalah tambahan yang berguna bagi terapi menyeluruh.

Pemberian haloperidol menurunkan gejala perilaku dan mempercepat belajar. Lithium

dapat dicoba untuk perilaku agresif atau melukai diri sendiri jika medikasi lain gagal.

VIII. PROGNOSIS

Anak-anak autistik dengan I.Q di atas 70 dan mereka yang menggunakan bahasa

komunikatif pada usia 5 sampai 7 tahun memiliki prognosis yang terbaik.

You might also like