You are on page 1of 20

Petilasan Sri Aji Joyoboyo

Sekitar 10 km, ± 5 menit dari Kota Kediri. Situs ini dipercayai sebagai tempat moksa
Prabu Sri Aji Joyoboyo yang terkenal sebagai Raja Kediri abad XII dan juga ramalan
Jongko Joyoboyonya. Situs - situs yang ada di kawasan budaya ini seperti Sendang Tirto
Kamandanu, Palinggihan Mpu Bharada, dan juga Arca Totok Kerot.Banyak pengunjung
yang melakukan ziarah di situs ini dan puncak ritual di Pamuksan tanggal 1 Suro dengan
ribuan pengunjung dari berbagai daerah untuk prosesi ritual

Sosok Prabu Joyoboyo memang mengundang kekaguman. Ini pula yang jadi alasan,
mengapa wisatawan banyak yang datang ke petilasannya.Termasuk ke Sendang Tirta
Kamandanu. Sendang ini dulunya kolam dengan sumber air alami yang memiliki banyak
fungsi, salah satunya menambah kekuatan lahir dan batin manusia. Tanggal 26 April
1980, sendang ini mulai dipugar. Karena tempat ini dianggap sebagai bagian tak terpisah
dari petilasan Sang Prabu. Desain barunya. Sendang ini menjadi kawasan taman segi
empat berukuran 1.016 meter persegi.

Bangunan utama, kolam pemandian yang airnya selalu mengalir melalui tiga tingkatan.
Yaitu sumber, tempat penampungan, dan kolam pemandian. Kolam ini dilengkapi dengan
Arca Syiwa Harihara (perdamaian) dan Ganesha. Selain itu, tempat ganti pakaian,
gapura, tempat mengambil air, dan pagar. Sedang bangunan pelengkap terdiri dari
halaman, gapura utama (Kori Agung dan Candi Bentar), dan pagar dengan patung dewa
di masing-masing sudut . Masing-masing Bathara Wisnu, Brahma, Bayu, dan Indra.
Candi Surowono

Candi ini terletak di Pare, ± 28 km, ± 50 menit dari kota Kediri. Bangunan candi
merupakan hasil karya peninggalan sejarah sebagai tempat penyucian Raja Wengker,
salah satu raja pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dari Mojopahit. Wisatawan
dapat juga mengunjungi bangunan terowongan / sungai bawah tanah dengan aliran air
jernih dan bercabang cabang yang terletak ± 100 meter dari bangunan Candi

Candi Surowono sebagai salah satu materi budaya Kabupaten Kediri memiliki nilai
sejarah yang tinggi.Peninggalan suci Kerajaan Majapahit dengan latar belakang agama
Hindu ini terletek di Pare, kurang lebih 28 kilometer dari Kota Kediri.Dulu candi ini
menjadi tempat bersuci Raja Wengker salah satu raja fatsal atau bawahan di masa
pemerintah Raja Hayam Wuruk,Majapahit.

Dibangun pada abad ke 15 Candi Surowono memiliki banyak keunikan.Baik dari segi
arsitektur maupun relief yang menggambarkan cerita Arjuna Wiwaha,Bubhuksah,Gagang
Aking dan Sri Tanjung.Sayang bagian yang masih utuh dari candi ini hanya tinggal kaki
dan tubuhnya. Bagian atap sudah rusakdan runtuh. Padahal candi ini di bangun dengan
menggunakan batu andesit berpori dan bagian pondasinya menggunakan batu merah
dengan orientasi arah menghadap ke barat.
Candi Tegowangi

Sebagai kawasan yang dulu merupakan wilayah kerajaan, Kabupaten Kediri memiliki
banyak peninggalan bersejarah. Seperti Candi Tegowangi, Candi Surowono, Candi
Dorok, Prasasti Pohsarang,Arca Tothok Kerot,Arca Budho,Situs Calon Arang,serta
beberapa peningggalan lainnya.

Candi Tegowangi, terletak di Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan.Candi ini jadi


monumen peninggalan Kerajaan Majapahit di masa pemerintah Hayam Wuruk. Candi ini
juga dibangun dengan menggunakan batu andesit serta pondasi bata merah yang
menghadap ke arah barat. Reliefnya bercerita tentang Wayang Purwo dengan tokoh
Sundamala atau kisah tentang ruwatan Durga.

Jika Candi Surowono telah hilang bagian atasnya, maka Candi Tegowangi masih
memiliki Yoni pada bagian atas.Yoni ini dibuat dengan pahatan yang sangat indah serta
dihiasi motif binatang dan naga.Selain itu terdapat pula batu pipih berbentuk
bujursangkar yang memiliki sembilan buah lubang yang biasanya diletakkan pada
sumuran candi.
Monumen SLG
Monumen Kediri terletak di tengah - tengah jalan Simpang Lima Gumul dan dalam
kawasan pusat perdagangan Kabupaten Kediri yang jaraknya 2 Km dari Pusat
Pemerintahan Kabupaten Kediri. Monumen dan Kawasan pusat perdagangan Kabupaten
Kediri saat ini masih dalam proses pelestarian pembangunan yang nantinya ke depan
sebagai ikon pariwisata Kabupaten Kediri disamping Gunung Kelud. Wisata Besuki dan
Puhsarang. Daya tarik Monumen dan kawasan pusat perdagangan Simpang Lima Gumul
adalah :

* Desain menyerupai Arch D'Triomphe di Perancis


* Panorama Kediri bisa dilihat dari puncak monumen
* Tiga jalan bawah tanah untuk masuk ke monumen
* Diorama, Mini Market, Gedung Pertemuan dan Resto tersedia di dalamnya.

Relief Seni Budaya Kabupaten Kediri kawasan Pusat Perdagangan : Hotel, Mall,
Pertokoan, Grosir, Gedung Kesenian, Pertokoan, Produk Unggulan, Cinderamata Kediri,
Play Ground, Pusat Informasi Perdagangan dan Pariwisata.
KONDISI GEOGRAFIS
Posisi geografi Kabupaten Kediri terletak antara 111o 47' 05" sampai dengan 112o
18'20" Bujur Timur dan 7o 36' 12" sampai dengan 8o 0' 32 Lintang Selatan. Wilayah
Kabupaten Kediri diapit oleh 5 Kabupaten, yakni :
- Sebelah Barat :Tulungagung dan Nganjuk
- Sebelah Utara : Nganjuk dan Jombang
- Sebelah Timur : Jombang dan Malang
- Sebelah Selatan : Blitar dan Tulungagung
Kondisi topografi terdiri dari dataran rendah dan pegunungan yang dilalui aliran sungai
Brantas yang membelah dari selatan ke utara. pada tahun 2005 suhu udara berkisar
antara 23o C sampai dengan 31o C dengan tingkat curah hujan rata-rata sekitar 1652 mm
per hari. secara keseluruhan luas wilayah ada sekitar 1.386.05 KM2 atau + 5%, dari luas
wilyah propinsi Jawa Timur
Ditinjau dari jenis tanahnya, Kabupten Kediri dapat dibagi menjadi 5 (lima) golongan.
yaitu.
1. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 %, merupakan jenis tanah
yang sebagian besar ada di wilayah kecamatan Kepung, Puncu, ngancar, Plosoklaten,
Wates, Gurah, Pare, kandangan, kandat, Ringinrejo, Kras, papar, Purwoasri, Pagu,
Plemahan, Kunjang dan Gampengrejo
2. Aluvial kelabu coklat seluas 28,178 Ha atau 20,33 %, merupakan jenis tanah yang
dijumpai di Kecamatan Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo, Grogol, Banyakan, Papar,
Tarokan dan Kandangan
3. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha atau 3,18 %,
dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 dpl seperti Kecamatan Kandangan, Grogol,
Semen dan Mojo.
4. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78 %, terdapat
di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, banyakan, tarokan, Plemahan, Pare dan Kunjang.
5. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 Ha atau 10.87%, terdapat di kecamatan
Semen, Mojo, Grogol, banyakan, tarokan dan kandangan.
Wilayah Kabupaten kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda sifatnya, yaitu Gunung
Kelud di sebelah Timur yang bersifat Vulkanik dan Gunung Wilis disebelah barat yang
bersifat non vulkanik, sedangkan tepat di bagian tengah wilyah Kabupaten Kediri
melintas sungai Brantas yang membelah Wilayah Kabupaten Kediri menjadi dua bagian,
yaitu bagian Barat sungai Brantas: merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan
Gunung Klotok. dan bagian timur Sungai Brantas
19 September 2007 20:00 Gereja Tua Puhsarang

Gereja Tua Puhsarang terletak di Gunung Klotok, Lereng Gunung Wilis, Kecamatan
Semen, Kabupaten Kediri, 6 km, ± 15 menit dari Kota Kediri. Obyek wisata ziarah umat
Katolik ini terdapat gereja tua perpaduan arsitektur Eropa dan Majapahit yang unik.

Gereja ini dibangun tahun 1936 dan sudah mengalami bebrapa renovasi. Namun dalam
rentetan inovasi tersebut, bentuk asli gereja masih terjaga. Altar Gereja dari batu Massif
yang beratnya mencapai tujuh ton dan berhias pahatan rusa, altar luar berbentuk stupa
borobudur, menara berbentuk candi Bentar, pendopo, perangkat gamelan, tabernakel batu
dengan disain batuterguling, makam dan lain-lain, masih bisa ditemui di Gereja tersebut.
Bentuk - bentuk yang mengagumkan ini, tak terlepas dari tangan dingin Ir.H..Maclaine
Pont (1884-1971), arsitek berkebangsaan Belanda yang lahir di Meester Cornelis
(Jatinegara). Ketika mulai mendisain gereja ini, ia tak lupamemasukkan unsur budaya
lokal. Maklum, sebagai arsitek, Pont sangat mengagumi situs-situs penting di Jawa, salah
satunya Mojopahit di Trowulan.

Sampai renovasi terakhir, gereja ini memiliki luas sekitar 6,5 hektar. Di dalam kompleks
Puhsarang, terdapat beberapa hal yang unik yang seiring waktu banyak dilirik wisatawan
dari dalam dan laur negeri. Pertama, Gereja yang antik. Gereja ini diwarnai dengan unsur
bentangan kawat baja sebagai ganti reng dan usuk untuk atap gereja. Dalam gereja,
terdapat relief-relief batu tentang lambang-lambang penulis injil. Selain gereja, di
kompleks Ziarah Katolik Puhsarang ini ada tiga patung Bunda Maria. Patung pertama ada
di Gua Maria di samping kiri Gereja Puhsarang. Dul, Patung ini pernah dicuri dan
dibuang> Beruntung patung ini akhirnya bisa ditemukan dan kembali dipajang di Gua
Maria. Patung Kedua di dekat Gedung serba Guna, sedangkan yang ketiga di Gua Maria
Lourdes.

Daya tarik yang lain yang bisa ditemui di tempat ini adalah Tiga Jalan Salib. Masing-
masing ada di kompleks Gereja St. Maria Puhsarang, yang kedua disekeliling taman
Hidangan Kana dan yang Ketiga di bagian belakan, berupa stasi renungan denganbentuk
patung-patung sebesar manusia. Jalan Salib ini diresmikan pada hari Minggu 28 Mei
2000.

Selain gereja antik, tiga patung Bunda Maria dan tiga jalan Salib, juga bisa menemui
Tiga Pondok Rosario yang disiapkan khusus bagi peziara untuk berdoa rosario. Tiga
pondok ini dibuat berdasar misteri hidup Yesus Kristus yang direnungkan dalam doa.
Yakni peristiwa Gembira, Peristiwa Sedih dan Peristiwa Mulya. Obyek - obyek lain
yang menarik, seperti :

GUA MARIA LOURDES

Kurang Lebih `100 meter dari Pendopo Emaus, kita bisa melihat Gua Maria Lourdes.
Gua ini dibangun pada 11 Oktober 1998, didesain menyerupai Gua maria Lourdes di
Prancis, tingginya 18 meter. Gua yang diresmikan pada tanggal 2 Mei 1999 dihiasi
patung Pieta, yang digambarkan Bunda Maria sedang memangku Yesus. ini serupa
dengan patung yang terdapat di Basilika St. Petrus, Roma.

Di depan Gua Maria Lourdes terdapat tanah lapang yang mampu menampung ribuan
jamaah. Di tempat peziarah ini pulalah diteruskan tradisi ziarah Katolik, berupa Misa
Novena Maria setiap hari Minggu di pekan pertama atau kedua tiap bulan, dan misa
Tirakatan malam Jumat Legi, yang sangat khas bagi masyarakat Katolik Jawa.

MAUSOLEUM DAN COLUMBARIUM

Salah satu bagian penting dari tempat ziarah Katholik Puhsarang adalah Mauseleum atau
makam para uskup dan romo yang berkarya di keuskupan Surabaya. Ditempat ini
dimakamkan kembali jenazah Mgr. M.Verhoeks. CM, Mgr. J>A>M. Kloster CM, Rm.
J.H Soemarki CM dan Rm. Rekosubroto CM. Selain makam para Uskup dan Romo,
terdapat pula tempat penitipan abu jenazah (Columbarium) untuk seluruh umat Katholik.

BUMI PERKEMAHAN BUKIT TABOR

Berkemah sambil berziarah tampaknya bisa menjadi salah satu alternatif pilihan liburan
rohani, selain menghilankan kepenatan, wisata camping religi juga dapat meningkatkan
olah rohani dan kepribadian. Di Puhsarang, wisata perkemahan dapat dilakukan di
BukitTabor yang merupakan Camping Ground area. Lokasi ini berada didekat tempat
Ziarah Gua Maria Lordes Puhsarang. bUmi Perkemahan ini dapat digunakan oleh semua
kelompok baik Pramuka, muda-mudi, Pencinta alam, maupun masyarakat umum. Bumi
Perkemahan Bukit Tabor diresmikan tanggal 8 Oktober 2000 oleh Bapak Uskup Johanes
Hadiwikarta, Pr.

TAMAN HIDANGAN KANA

Untuk mendapatkan perelngkapan Ziarah maupun sekedar oleh-oleh khas Puhsarang,


wisatawan dapat mengunjungi taman hidangan Kana. Di tempat ini pengunjung dapat
menjumpai aneka keperluan ziarah, serta beragam buah tangan yang ditawarkan oleh
sekitar 50 kios. Kios-kios teesebut saat ini sudah terorganisir rapi dan berada dalam satu
kawasan, sehingga memudahkan pengunjung untuk berbelanja. Kawsan belanja religi ini
juga diresmikan oleh Uskup johanes Hadiwikarta pada 26 Januari 2001.
WISMA BETLEHEM

Bagi pengunjung yang ingin bermalam, di lokasi wisata Puhsarang juga tersedia
penginapan Wisma Betlehem. Namun wisam ini tidak dipergunakan untuk acara retret,
seminar maupun kerohanian lainnya, mengingat hanya terdiri dari kamar-kamar
sederhana tempat peristirahatan. Wisam ini memiliki fasilitas sekitar 24 tempat tidur
standart dan 30 kamar VIP. Selain itu di tempat peristirahatan ini juga terdapat kafetaria
yang menyediakan beragam hidanngan makanan.
AIR TERJUN DOLO

Kabupaten Kediri memiliki beberapa air terjun yang cantik.Salah satunya, Air Terjun
Dolo. Tempat wisata ini terletak di dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kediri.
Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, kurang lebih 25 kilometer. Meski agak jauh,
tapi pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi terbilang sangat indah dan mudah.

Tiba di Besuki, sembari melepas lelah,kita bisa menikmati panorama di Desa Jugo,
Mojo,di sekitar menara pemancar relay televisi dan telepon seluler. Disana kita bisa
menemukan Air Terjun Irenggolo. Setelah lima menit melalui jalan setapak, air terjun
bertrap-trap alami ini bisa kita lihat. Tersembunyi di teduhnya rerimbunan pinus dan
hutan, hembusan angin pegunungan, dan suara alam yang unik.

Puas di sini, kita bisa melanjutkan perjalanan ke Dolo. Jarak tempuh dari Besuki sekitar 4
kilometer. Sampai di titik pemberhentian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki
menuju air terjun. Jalan yang kita lewati terbuat dari bebatuan yang desainnya dipadu
dengan lingkungan. Sehingga kesan alami tetap terjaga. Apalagi di saat-saat tertentu,
suara kicau burung terdengar tanpa henti.

Setelah kurang lebih 10 menit menapaki jalan lambat laun kita akan mendengar gemricik
air terjun. Letak kawasan wisata air terjun ini kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan
laut. Sedang ketinggian air terjunnya sendiri diperkirakan mencapai 125 meter. Begitu
mendekati air terjun ini,kita langsung merasakan butiran-butiran air terjun yang sebagian
terbang mengikuti angin. Suara gemuruh airnya seperti melengkapi sensasi Air Terjun
Dolo.
Kwadrat Kediri, Simbol Kekerabatan Jawa-Bali
Written by: Panji Firman Posted: June 21st, 2010 ˑ Filled under: Ruang Renung ˑ No
Comments

Salah satu prasasti yang menggunakan huruf Kwadrat Kediri, berbunyi "Haji Lumahing
Jalu" (Raja yang dicandikan di Jalu), terpahat di situs bersejarah Katyagan Amarawati
(Gunung Kawi), Gianyar-Bali/doc.Panji Firman

Pada zaman kebudayaan klasik, Aksara merupakan unsur penting dalam berkomunikasi.
Selain sebagai alat untuk berkomunikasi secara lisan, secara fungsional dapat kita lihat
juga bahwa pada zaman sejarah kuno Aksara berfungsi sebagai media untuk
menyampaikan dan mendokumentasikan berbagai informasi-informasi penting,
diantaranya adalah silsilah raja-raja yang memerintah dalam satu wangsa, peristiwa-
peristiwa besar yang terjadi, dan informasi waktu pembuatan sebuah situs besar baik itu
tempat suci keagamaan maupun makam tokoh-tokoh besar pada waktu itu.

Selain contoh-contoh di atas, tentu saja sebuah Aksara pun merupakan elemen penting
dalam bidang kesusastraan kuno. Secara historikal, Aksara-Aksara yang dipakai di
wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara semuanya menginduk pada Aksara Brahmi.
Aksara kuno ini kemudian berkembang menjadi Aksara Pallawa yang berkembang di
India Selatan dan Aksara Pranagari serta Dewanagari yang berkembang di India Utara.
Aksara Pallawa-lah yang kemudian menjadi induk dari berbagai Aksara-aksara yang
dipakai di Indonesia, termasuk di dalamnya Aksara Kawi yang kemudian berkembang
lagi menjadi Aksara Kwadrat Kediri yang diantaranya ditemukan pada situs kuno Candi
Bentar Goa Gajah dan Candi Gunung Kawi di Bali.

Penemuan prasasti dengan jenis tulisan Kwadrat Kediri di situs-situs kuno Bali tersebut
sebenarnya mengindikasikan sebuah kedekatan antara kerajaan Bali dengan kerajaan-
kerajaan di Jawa. Asumsi tersebut muncul karena jenis Aksara Kwadrat Kediri tersebut
hanya dipakai pada zaman kerajaan Kediri dan Singasari pada abad ke-11 M, sedangkan
penelitian menyebutkan bahwa kedua situs kuno, Goa Gajah dan Gunung Kawi pun
didirikan di abad yang sama.

Asumsi di atas sebenarnya memperkuat informasi lain yang menyebutkan bahwa


Kerajaan Bali memiliki hubungan kekerabatan dengan kerajaan Kahuripan di Jawa
Timur. Hubungan kekerabatan ini terlihat pada garis keturunan Airlangga, raja dari
Wangsa Isyana pendiri kerajaan Kahuripan ini merupakan anak dari Raja Udayana yang
berasal dari kerajaan Bedahulu di Bali dan Ratu Mahendradatta dari kerajaan Medang di
jawa Timur. Dari ayahnya, Airlangga memiliki dua adik yaitu Marakata dan Anak
Wungsu. Sepeninggal raja Udayana, Kerajaan Bedahulu dipimpin oleh Marakata dan
kemudian dilanjutkan oleh Anak Wungsu. Pada masa pemerintahan putra-putra mendiang
Udayana inilah kedua situs kuno Gunung Kawi dan Goa Gajah dibangun. Dengan adanya
kedekatan secara genealogi, maka tidak heran bahwa jenis tulisan Kwadrat Kediri yang
berkembang di pulau Jawa ditemukan pula pada situs-situs bersejarah di Bali.
Dari informasi-informasi di atas, dapat kita simpulkan bahwa kedekatan antara Bali dan
Jawa memang sudah ada sejak zaman kuno dulu. Bukti-bukti yang ditemukan pun cukup
kuat, selain dari silsilah keturunan, kedekatan ini pun terlihat dari sisi penggunaan aksara
yang sama. (pj)
Selasa, 04 Agustus 2009
Cagar Budaya: Dua Situs Bersejarah Terbengkalai

Views

Kediri, Kompas - Situs Tondowongso dan situs Sumbercangkring di Kecamatan Gurah,


Kabupaten Kediri, Jawa Timur, kondisinya telantar. Kedua lokasi penemuan sejumlah
benda bersejarah itu dibiarkan tak terawat.

Rumput liar dibiarkan tumbuh lebat sehingga menutupi lokasi situs. Lubang-lubang
bekas galian dibiarkan menganga. Sebagian lubang itu tertutup tanah galian yang terbawa
aliran air hujan. Akses jalan menuju ke lokasi juga tertutup rumput liar.

Kepala Bidang Sejarah Nilai Tradisional Museum dan Kepurbakalaan Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Rubi Hari Santoso, Jumat (6/2), mengatakan, hingga
Februari 2009 belum ada kejelasan mengenai kelanjutan penggalian situs.

Situs Tondowongso berlokasi di Desa Tondowongso, sedangkan situs Sumbercangkring


terletak di Desa Sumbercangkring. Situs Tondowongso ditemukan warga pada 2007.
Sedikitnya ada 14 arca berbagai bentuk ditemukan di lokasi yang luasnya mencapai 1.000
meter persegi tersebut.

Penggalian situs Tondowongso sempat dilanjutkan pada pertengahan 2008 oleh Balai
Arkeologi Yogyakarta untuk mengungkap batas utara dan batas timur bangunan. Namun,
upaya penelitian itu terkendala oleh pembebasan lahan yang tidak berjalan lancar.

Suradi, mantan Kepala Bidang Seni dan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Kediri, mengatakan, rencananya penggalian situs Tondowongso dilanjutkan
tahun ini. (NIK)

(Kompas, Sabtu, 7 Februari 2009)


Benda Purbakala Kembali Ditemukan di Kediri

Kediri, Jawa Timur - Benda purbakala kembali ditemukan di kawasan Resort Pemangku
Hutan (RPH) Jatirejo, Dusun Bodak, Desa Wonorejo, Kecamatan Puncu, Kabupaten
Kediri, Jawa Timur. Benda tersebut berbentuk persegi empat mirip dengan umpak,
memiliki ukuran panjang sekitar 70 sentimeter, lebar 30 sentimeter dengan tebal 3,5
sentimeter.

Misri, salah seorang warga yang ditemui, Rabu, mengaku, benda purbakala tersebut
ditemukan sekitar sepekan lalu oleh Slamet, warga Desa Karangdinoyo, Kecamatan
Kepung, saat mencari kayu di hutan. "Katanya cangkulnya sempat berbenturan dengan
batu. Ketika digali, ternyata batu itu seperti peninggalan jaman dulu," katanya di Kediri.

Sayangnya, batu tersebut langsung ditimbun oleh petugas perhutani. Mereka khawatir,
penemuan tersebut dapat membuat masalah, terlebih hingga kini, pihaknya belum
menerima surat apapun dari KPH Kediri.

Sementara itu, Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)
Kediri, Arif Budianto mengaku, pihaknya belum mendapat informasi terkait dengan
penemuan benda tersebut di wilayah perhutani. Namun, pihaknya mengaku siap, jika
kelak dilakukan penelitian dan penggalian di lokasi hutan. "Kami siap, jika tim dari BP3
(Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan melakukan penggalian di
lokasi. Tapi, kami meminta agar mereka mengajukan izin dulu," katanya menjelaskan.

Kepala Dinas Pariwisata, Kabupaten Kediri, Mujianto mengungkapkan, pihaknya sudah


koordinasi dengan tim BP3 Trowulan, meminta melakukan penelitian di lokasi temuan
tersebut. "Kami sudah kirim faks ke BP3 Trowulan untuk menyelidikinya. Kami
berharap, pekan ini tim dapat ke Kediri," katanya. Ia juga mengaku, belum mengetahui
dengan pasti penemuan benda tersebut, termasuk benda cagar budaya ataukah berupa
situs.

Menyinggung dengan lokasi temuan di wilayah Perhutani Kediri, Mujianto mengatakan,


pihaknya akan berupaya koordinasi dengan perhutani. "Benda sejarah adalah aset
nasional dan dilindungi undang-undang. Tentunya, kami akan koordinasi dengan
perhutani tentang hal itu," kata Mujianto menjelaskan.

Penemuan benda sejarah tersebut, sudah yang kesekian kali di Kediri. Sebelumnya,
ditemukan juga sebuah situs di Dusun Gayam, Desa Gurah, Kabupaten Kediri, dengan 12
arca yang saat ini diamankan di museum Trowulan, Mojokerto. Selain itu, juga
ditemukan sebuah situs di Dusun Babadan, Desa Sumber Cangkring, Kecamatan Gurah,
Kabupaten Kediri yang ditemukan warga sekitar September 2008 lalu. (ant)

Sumber Berita : http://oase.kompas.com


Kredit Foto: http://www.iddaily.net
Selasa, 29 November 2005 00:00:00
Gereja GPIB Immanuel Kediri Masuk Cagar Budaya Kota Kediri

KEDIRI – GPIB Immanuel adalah salah satu Gereja yang letaknya berada ditengah –
tengah kota Kediri. Gereja yang beralamatkan di jl. KDP Slamet 43 Kediri ini terlihat
begitu megah dan klasik dengan ciri khas bangunan peninggalan zending Belanda.

Salah satu staff kantor gereja menyambut kedatangan kru pustakalewi.com dengan ramah
sabtu (26/11) untuk berbincang – bincang seputar GPIB Immanuel dan pelayanannya,
walaupun saat itu banyak kesibukan yang harus ia kerjakan.

Wanita pemilik nama Lilik kartika Wati yang kami temui ini adalah staff kantor Gereja
yang bekerja di bagian administrasi. Ia mengatakan bahwa GPIB Immanuel adalah salah
satu gedung Gereja yang tertua yang berada di kota Kediri yang berdiri tahun 1904.
Walau telah berusia 101 tahun, terlihat bentuk kondisi fisik gedung sudah tua tetapi
masih tampak begitu kokoh. Gereja yang saat ini mempunyai warna gedung merah bata
ini belum pernah direnovasi sama sekali cuma baru – baru ini tembok gedung dicat untuk
memperkuat kondisi fisik Gereja tegas wanita kelahiran tahun 1961 ini.

Pada tanggal 21 Desember 2005 mendatang GPIB Immanuel akan memantapkan langkah
pelayanannya yang ke 101 tahun, sungguh suatu pelayanan yang sangat luar biasa di
ladang Tuhan. Ia juga mengatakan bahwa Gedung GPIB Immanuel termasuk dalam
Cagar Budaya sesuai dengan Undang-undang tentang pembangunan, sehingga gedung
Gereja ini dilindungi oleh pemerintah kota Kediri.

Dan sampai sekarang gedung Gereja GPIB Immanuel ini pun masih di teliti oleh Tim
Cagar Budaya dari Trowulan Mojokerto, karena selain usianya yang sudah cukup tua
bentuk bangunan ini juga sangat unik. Menurutnya selama dalam pelayanan GPIB
Immanuel ini telah dilayani sebanyak 7 orang gembala sidang, dan untuk saat ini yang
menjadi gembala sidang di Gereja itu Pdt. Mahrin Simorangkir

Untuk menjaga agar GPIB Immanuel ini tetap aman maka gedung Gereja tersebut
mendapat penjagaan full time oleh beberapa orang petugas keamanan , merekapun
bertugas secara bergantian. Saat ditanya apakah ada keinginan dari pihak Gereja untuk
merubah atau merenovasi gedung Gereja tersebut, Lili mengatakan, Oh….kami tidak
pernah terpikirkan untuk merubah atau merenovasi gedung Gereja ini karena gedung
GPIB Immanuel ini mempunyai nilai historis yang sangat berharga, kalaupun kami ingin
merubahkannya mungkin warna tembok gedung Gereja saja yang akan dicat ulang,”

Lili menambahkan bahwa keadaan berjemaat di GPIB Immanuel Kediri selama ini sangat
kondusif. Setelah mendengar kabar gembong teroris Dr. Azahari telah tewas tidak berarti
membuat mereka lengah. Ibu dua anak ini menuturkan bahwa selama ini pihak gereja
meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga keamanan Gereja “Gedung gereja ini
menjadi saksi bagi perkembangan Kota Kediri. Warga Kota menganggap gedung ini
milik bersama dan harus dilindungi”tambahnya wanita yang sudah 16 tahun bekerja
sebagai staff kantor di GPIB Immnuel ini dengan senyumnya yang ramah sambil
mengakiri pembicaraan (rhl).
Kearifan Lokal yang Mengiringi

KOMPAS.com - Gampang sekali menemukan pohon mahoni (Swietenia mahagoni),


dulu. Tanaman keras yang tumbuh lumayan tinggi itu memang merupakan pohon yang
tumbuh liar di hutan jati.

Dalam saat bersamaan, sekitar 40 tahunan silam di kawasan Jakarta dan Bogor, adalah
hal lazim tatkala orang dengan gampang menemukan pohon sentul (Sandoricum
koetjape). Seturut catatan terkumpul, sentul juga dikenal sebagai pohon kecapi. Buah
kecapi bulat matang seukuran kepalan tangan orang dewasa itu rasanya manis asam.
Kecapi amat digemari kebanyakan orang di wilayah tersebut. "Pohon-pohon itu kami
biarkan tetap tumbuh di Sentul City (SC)," begitu kata Andrian Budi Utama, pekan lalu.

Lebih lanjut, Direktur PT Sentul City Tbk itu menerangkan pihaknya memang, sejak
beberapa tahun lalu hingga kini, terus-menerus mengajak masyarakat untuk makin
memahami konsep eco city. "Konsep ini merupakan satu dari empat pilar pengembangan
kami," katanya.

Sejatinya, terang Andrian, eco city merupakan pengembangan dari konsep awal yakni
garden city. "Bedanya, garden city hanya dari sisi hijaunya. Perkembangan sekarang kan
harus juga mencakup pendekatan ke lingkungan komprehensif. Ini jenjangnya adalah eco
city," tuturnya lagi.

Di dalam konsep tersebut, lanjut Andrianto, kesinambungan pembangunan bisa menjadi


lebih baik. Hal yang sama juga berkaitan dengan keanekaragaman hayati yang ada di
wilayah SC.

Sebagai perwujudan konsep tadi, pengembang SC melakukan segala perbaikan demi


menjaga iklim agar lebih sejuk. Di situ terdapat upaya untuk tidak merusak tatanan alam
yang ada. Termasuk juga, mempertahankan kontur alam yang sudah ada berikut
mempertahankan vegetasi.

Untuk soal vegetasi itu, pihak SC, masih menurut Andrianto di kawasan jalan utama
seluas 27 hektare, tetap terpelihara 6.500 pohon dari 57 jenis pohon. Jumlah itu belum
termasuk perdu dan rumput.

Sementara, terkait dengan mahoni dan sentul tadi, Andrianto juga mengatakan kalau
pemilihan pada tanaman asli setempat merupakan salah satu realisasi dari penerapan
kearifan lokal. Pilihan pada hal tersebut dirasa tepat lantaran pengelolaan ramah
lingkungan justru kebanyakan berangkat dari kekayaan alam di suatu tempat. "Kearifan
lokal yang mengiringi konsep eco city di SC," kata Andrianto menegaskan.

Empat pilar
Berdiri sejak 1993, papar Andrianto, SC saat ini mengelola kawasan sekitar 850 hektare.
Di dalamnya ada kawasan komersial, fasilitas pendidikan, olahraga, kerohanian, dan
rekreasi. Dari jumlah itu, 300 hektare di antaranya adalah ruang terbuka hijau.

Secara rinci ada empat pilar yang diusung SC sebagai bagian utama dari konsep
pengelolaan berkesinambungan bertajuk City of Ennovation yakni Eco City, Destination
City, Educational & Knowledge City, serta Art & Culture City.

Konsep Eco City merupakan suatu paket integral dan komprehensif yang meliputi tata
ruang, tata wilayah, perencanaan kawasan, fisika bangunan, vegetasi dalam bangunan,
dan pemilihan potensi lokal dalam pembangunan. Contohnya adalah, The Largest Street
Garden seluas 27 hektare yang terbentang sepanjang 6,2 kilometer di sepanjang jalan
utama. Sedangkan, dalam skala rumah, SC telah menerapkan penggunaan atap hijau dan
dinding hijau.

Soal atap hijau, Andrianto mengaku memunyai catatan tersendiri. Atap hunian yang
penuh dengan tanaman menjadi hal wajib sejak 1985 di Jerman. Penelitian menunjukkan,
katanya, atap hijau mampu menurunkan suhu udara. Atap hijau juga sukses mereduksi
banjir. "Di Jerman, di Tokyo, atap hijau mampu menahan air hujan hingga 70 persen,"
terangnya.

Di samping itu, SC mempunyai fasilitas pendidikan yang cukup lengkap, mulai dari TK
hingga perguruan tinggi. Saat ini, sudah ada sekolah Fajar Hidayah, Sekolah Pelita
Harapan, BPK Penabur dan lainnya. Ada juga STIE Tazkia yang berfokus pada ekonomi
syariah. Kini ada dua universitas ternama yang sedang melakukan finalisasi rencana
pengembangannya di SC. Selain itu, sesuai dengan konsep Educational & Knowledge
City, SC juga mengembangkan beberapa wahana edukasi nonformal seperti Eco Park,
Noah Park, dan sebagainya.

Selanjutnya, sesuai dengan potensi lokasinya yang berada di jalur utama Jakarta menuju
Puncak, potensi SC dalam pengembangan wisata dan juga komersial sangat besar.
Konsep Destination City menitik beratkan akan pentingnya potensi wisata dikembangkan
mengingat keindahan alam dan aksesibilitasnya. Konsep yang akan dikembangkan akan
dikemas dalam format komersial dan rekreatif. Bahkan, sebagian ada unsur edukasinya.
Hal tersebut tidak saja akan memenuhi kebutuhan penghuninya, tetapi juga merupakan
destinasi baru untuk kawasan regional.

Terakhir, pilar Art & Culture City menekankan arti pentingnya pengembangan fasilitas
dan juga elemen seni dan budaya di dalam lingkungan SC. Saat ini sudah ada Sentul
International Convention Center yang biasa dipergunakan untuk pertunjukan seni budaya.
Kemudian, dalam waktu dekat akan mulai beroperasi workshop patung. Selain itu sudah
beroperasi Taman Budaya Edutainment Center dengan empat pusatnya yakni Adventure
Center, Green Center, Culture Center dan Facility Center. Baik penghuni maupun
pengunjung bisa mengapresiasikan hobi dan juga minat mereka dalam bidang seni di
sana. Tak ketinggalan, berbagai pelatihan seni dan budaya disediakan di lokasi tersebut.
Page 1
1–8

ika
fanatic - founder
4623 posts
0
permalink
Temuan di Tondowongso di Duga Peninggalan Kerajaan Singosari
Selasa, 13 Maret 2007 | 16:57 WIB

TEMPO Interaktif, Kediri: Ekspedisi penggalian situs purbakala di Dusun Tondowongso,


Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur kembali menemukan
sejumlah bangunan, Selasa (13/3). Penemuan itu semakin memperkuat pernyataan Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto yang menyatakan situs
Tondowongso merupakan penemun terbesar sepanjang 30 tahun terakhir.

Tim ekspedisi menduga candi yang terkubur tanah itu merupakan peninggalan Kerajaan
Singosari. Bangunan yang ditemukan itu berupa delapan bangunan yang merupakan
bagian dari kompleks candi besar. Kedelapan bangunan itu adalah, lima bangunan
menyerupai altar (tempat pemujaan) dan tiga sudut candi. "Penemuan delapan bangunan
itu memberi petunjuk lokasi dan bentuk situs,” kata Aris Soviyani, Ketua Tim Penggalian
Situs Tondowongso, Selasa (13/3).

Tim menduga, situs Tondowongso berbentuk persegi panjang dengan lebar 85 meter dan
panjang 120 meter. Luasnya diperkirakan mencapai 1.06 hektare. “Ini situs besar yang
jarang ditemukan pada masa kini. Kami menduga ini merupakan candi peninggalan
kerajaan Singosari," kata Aris.

DWIDJO U. MAKSUM

link: http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/03/13/brk,20070313-
95408,id.html

----------------------------------------------------------------------------

Situs Tondowongso Merupakan Peninggalaan Kerajaan Kediri


Rabu, 14 Maret 2007 | 14:17 WIB

TEMPO Interaktif, Kediri: Tim ekspedisi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)
memastikan situs yang ditemukan di Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, merupakan peninggalan jaman kerajaan Kadhiri
(Kediri) awal. "Situs di Tondowongso dibangun pada abad XI. Ini merupakan karya seni
transisi perpindahan kerajaan Jawa Tengah ke Jawa Timur. Masterpiece yang luar biasa,"
kata I Made Kusumajaya, Kepala BP3 Trowulan, Mojokerto Rabu (14/3) didiampingi
Ketua Tim penggalian, Aris Siviani.
Menurut I Made Kusumajaya, ketika pusat kerajaan dipindah dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur, orang-orang juga ikut pindah, sehingga banyak candi dibangun di kawasan Jawa
Timur. Proses perpindahan itu terjadi sejak tahun 929 M.

Kerajaan Kediri merupakan kerajaan tertua di Jawa Timur. Setelah masa kerajaan Kediri,
disusul kerajaan Singosari kemudian Majapahit. Ketiga kerajaan itu memiliki keterkaitan
dari sisi historis dan arsitektur.

Sejumlah ciri-ciri yang menjadi patokan bahwa situs Tondowongso merupakan


peninggalan jaman kerajaan Kadhiri awal adalah jenis arca yang ditemukan memiliki
teksture yang sangat halus. Arca-arca yang ditemukan merupakan arca Hindu, yaitu Arca
Brahma, Syiwa, Durga, Lingga, Yoni dan Lembu Andini. Tiap arca ditempatkan pada
ruang-ruang tersendiri dalam komplek candi.

DWIDJO U. MAKSUM

link: http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/03/14/brk,20070314-
95476,id.html

----------------------------------------------------------------------

Tondowongso,Peninggalan Kadhiri
Kamis, 15/03/2007

Image Dusun Tondowongso, Desa Gayam, Kec Gurah, Kab Kediri, dipastikan sebagai
peninggalan zaman Kerajaan Kadhiri (Kediri). Diperkirakan, situs tersebut berdiri pada
abad XI masehi.

”Situs ini merupakan kompleks candi besar yang dibangun pada abad XI, zaman
Kerajaan Kediri awal. Ini merupakan karya seni nenek moyang kita. Dari penelitian
diperkirakan, seni arsitektur bangunan candi dari masa transisi perpindahan kerajaan
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Karya ini sangat luar biasa,” ungkap Kepala Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto I Made Kusumajaya. Dari
penelitian terakhir, tim ekspedisi BP3 Trowulan menemukan empat bangunan candi di
kawasan penggalian seluas 1 ha itu.

Tiga dari struktur candi tersebut merupakan bangunan candi perwara (penunjang),dan
satu lagi merupakan struktur candi induk. Sedangkan lima bangunan altar (pemujaan)
merupakan bagian dari bangunan candi induk dan perwara. Made meyakini candi di
Tondowongso merupakan penemuan situs terbesar. Menurutnya, ukuran candi tersebut
sangat mirip Candi Prambanan, tetapi struktur dan bangunannya lebih kecil. Dia juga
memperkirakan kompleks situs Tondowongso dikelilingi telaga. Indikasi adanya telaga
itu terlihat dari struktur tanah yang mengelilingi kawasan kompleks candi lebih gembur.
”Candi di Tondowongso ini selain berdekatan dengan sungai, juga dikelilingi telaga,”
ungkapnya.
Dari hasil penelitian sementara, dari sudut bangunan candi yang ditemukan, kompleks
Candi Tondowongso memiliki luas lebih dari 1 ha. Panjang sudut timur hingga barat
adalah 80 meter, sementara panjang utara hingga selatan mencapai 120 meter,sedangkan
lebar (ketebalan) pagar 130 cm.Tembok yang mengelilingi kompleks candi diperkirakan
mempunyai ketinggian 3.70 m.(edi purwanto)

link: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/berita-utama/tondowongso-
peninggalan-kadhiri-3.html

You might also like