Professional Documents
Culture Documents
2009 May 15
Posted by ujjenk
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga tugas Makalah yang berjudul “Peranan Guru TK Dalam Pembelajaran Terpadu” ini
dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang
telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini.
Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah
ini penulis sangat hargai.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PERANAN GURU TK DALAM PEMBELAJARAN TERPADU 4
1. Peranan Guru TK Sebagai Perencana 4
2. Peranan Guru TK Sebagai Pelaksana 6
3. Peranan Guru TK Sebagai Evaluator 7
BAB III PENUTUP 11
1. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita lihat bahwa rentang usia TK (4 – 6 th) disebut dengan masa usia dini, yang
merupakan masa keemasan bagi seseorang karena masa inilah seluruh informasi dapat diserap
dengan mudah dan cepat oleh anak melalui seluruh panca indranya. Sebagai analoginya bahwa
anak ibarat spons (karet busa) yang mampu menyerap air tanpa peduli apakah air itu bersih atau
kotor, oleh karena itu masa ini sering disebut dengan masa kritis untuk memperkenalkan dan
menanamkan segala hal yang positif dan berguna bagi perkembangan anak dimasa selanjutnya.
Dengan pesatnya perkembangan pada seluruh aspek yang disebabkan oleh perkembangan
otaknya yang dapat mencapai 90% dari otak orang dewasa. Oleh karena itu tugas utama dari
seorang guru disekolah untuk menyediakan berbagai pengalaman belajar yang menentang anak
untuk terus bereksplorasi. Pendekatan pembelajaran terpadu dinilai sesuai untuk digunakan pada
anak usia TK karena karakteristik usia TK adalah senang bermain dan dengan bermain mereka
belajar. Dengan pembelajaran terpadu anak diajak untuk bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain. Disini peranan guru sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan atau
tercapainya tujuan sesuai dengan yang ditetapkan.
BAB II
PERANAN GURU TK DALAM PEMBELAJARAN TEPADU
1. PERANAN GURU TK SEBAGAI PERENCANA
Peranan guru sebagai perancana dalam pembelajaran terpadu adalah guru merencanakan suatu
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan bersama anak didik. Bentuk-bentuk perencanaan
dalam proses pembelajaran di TK adalah :
a) Perencanaan Tahunan
Dalam perencanaan tahunan sudah ditetapkan dan disusun kemampuan keterampilan dan
pembiasaan-pembiasaan yang diharapkan dicapai oleh anak didik dalam satu tahun. Perencanaan
tahunan dan semester juga memuat tema-tema yang sesuai dengan aspek perkembangan anak
dan minat anak serta sesuai dengan lingkungan sekolah setempat. Perencanaan tahunan dibuat
bersama antara guru-guru dan kepala sekolah.
b) Perencanaan Semester
Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang
pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang ditata secara urut, serta
sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam
semester I dan semester II.
c) Perencanaan Mingguan (Satuan Kegiatan Mingguan)
Perencanaan mingguan disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM
merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka
mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan
pembahasan tema dan sub tema.
d) Perencanaan Harian (Satuan Kegiatan Harian)
Perencanaan harian disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan
penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan
pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu
hari. SKH terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat.makan dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal merupakan kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan
yang dapat dilakukan antara lain : misalnya berdoa/mengucapkan salam, membicarakan tema
atau sub tema. Kegiatan ini merupaka kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian kemampuan
sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui kegiatan yang memberi
kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen sehingga dapat memunculkan
inisiatif, kemandirian dan kreativitas anak. Serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengertian-
pengertian, konsentrasi dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti
merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara individu/kelompok. Istirahat/makan merupakan
kegiatan yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan :
misalnya mengenalkan kesehatan makanan yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan
cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum makan. Setelah kegiatan makan selesai, anak
melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan diluar kelas dengan maksud untuk
mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi. Kegiatan ini sesuai dengan kemauan
anak, anak makan kemudian bermain atau sebaliknya anak bermain terlebih dahulu baru setelah
itu makan.
Kegiatan akhir merupakan kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan
akhir yang dapat diberikan misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu
cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan esok harinya,
menyanyi, berdoa dan sebagainya. Sebagai seorang perencana, guru TK harus memahami
langkah-langkah perencanaan dalam pembelajaran terpadu. Sebaiknya perencana pembelajaran
disusun untuk waktu tidak kurang dari dua minggu dan dapat diperluas untuk beberapa minggu
setelah itu. Sebelum memulai langkah-langkah penyusunan, sebaiknya guru telah memilih dan
menentukan tema serta menjabarkannya kedalam sub tema serta menentukan kemampuan yang
akan dikembangkan.
Langkah-langkah penyususanan perencanaan pembelajaran terpadu seperti yang disarankan oleh
Kostelnik adalah sebagai berikut :
a. Menuangkan ide kedalam tulisan, masukkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan tema
kedalam rencana kita. Pertimbangkan waktu untuk melaksanakannya dan siapkan kegiatan-
kegiatan yang tidak berhubungan dengan tema untuk memberikan kesempatan kepada anak yang
tidak menyukai atau tidak tertarik dengan tema yang telah ditetapkan.
b. Periksa rencana pembelajaran tersebut, pastikan bahwa paling sedikit ada tiga jenis kegiatan
yang berhubungan dengan tema dalam satu hari. Pastikan dalam satu minggu seluruh aspek
perkembangan yang akan dicapai sudah tercantum dan akan dilalsanakan.
c. Jika dalam perencanaan kita terdapat kerjasama dengan ahli lain seperti dokter, guru musik,
guru tari maka pastikan bahwa kita telah menyampaikan isi tema yang akan kita terapkan pada
kegiatan pembelajaran agar kegiatan yang akan dilakukan dalam bidang tersebut dapat
mendukung dan sejalan dengan kegiatan pembelajaran yang akan kita laksanakan.
d. Persiapkan bahan, alat, media, narasumber dan sarana prasarana.
e. Organisasikan kegiatan dengan baik sehingga setiap anak dapat terfokus pada tema.
f. Pastikan bahwa dalam rencana kita seluruh konsep, istilah, fakta dan prinsip telah
dikembangkan dengan baik dan kegiatan yang akan dilaksanakan cukup bervariasi.
g. Ciptakan suasana tematik dalam kelas.
2. PERANAN GURU SEBAGAI PELAKSANA
Setelah rencana pembelajaran selesai disusun maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan
apa yang telah direncanakan dalam kegiatan pembelajaran dikelas. Agar kegiatan pembelajaran
dapat berjalan secara efektif, sebaiknya guru memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Kembangkan rencana yang telah kita susun dan perhatikan kejadian atau peristiwa spontan
yang ditunjukkan oleh anak terhadap materi yang dipelajari pada hari itu.
b) Melaksanakan penilaian terhadap minat dan pemahaman anak mengenai tema tersebut dengan
menggunakan pengamatan, wawancara, diskusi kelompok maupun contoh hasil kerja anak.
c) Bantu anak untuk memahami tentang isi dan proses kegiatan pembelajaran.
d) Lakukan percakapan dengan anak tentang hal-hal yang berkaita dengan tema sehingga kita
dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman anak tentang tema yang dipelajari pada hari itu.
Bantu dan doronglah anak untuk memuaskan rasa ingin tahunya tentang hal-hal yang ingin
diketahuinya dengan cara menjawab pertanyaannya atau memberikan kesempatan pada anak
untuk mencari dan menemukan jawaban melalui kegiatan eksplorasi terhadap lingkungan
sekitarnya.
e) Adakan kerjasama dengan orang tua atau keluarga secara timbal balik mengenai kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan, informasikan tema kepada pihak oang tua atau keluarga
sehingga orang tua ikut serta mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
3. PERANAN GURU TK SEBAGAI EVALUATOR
Peranan guru TK sebagai evaluator adalah melakukan penilaian terhadap proses kegiatan belajar
dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian dilakukan secara observasi dan pengamatan terhadap cara
belajar anak baik individual atau kelompok. Tujuan penilaian ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana perkembangan yang dicapai oleh anak. Hasil karya anak dapat kita pajang ditempat
pemajangan sebagai tanda hasil kegiatan yang telah dilakukan, hal ini dapat membangun rasa
kebanggaan pada diri anak dan dapat memotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Evaluasi harus mampu memperdayakan guru, anak dan orang tua. Guru sebagai evaluator harus
melihat penilaian sebagai suatu kesempatan untuk menggambarkan pengalaman anak didik serta
sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun belajar anak didik.
Setelah mempelajari dan memahami penjelasan mengenai peranan guru, tampaklah bahwa tugas
dan tanggung jawab seorang guru TK tidaklah mudah dalam kegiatan pembelajaran terpadu.
Peranan lain yang harus dilakukan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih adalah :
a. Korektor
Guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, sehingga guru dapat
menilai dan mengoreksi semua tingkah laku, sikap dan perbuatan anak didik. Jadi peran guru Tk
sebagai korektor ialah mengembangkan kemampuan berprilaku melalui kebiasaan-kebaiasaan
yang baik dan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk.
b. Inspirator
Guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Disini peran
guru ialah menuangkan ide-ide atau gagasan atau melakukan inovasi pembelajaran guna
kemajuan anak didik. Misalnya menciptakan atau mengembangkan berbagai media, alat maupun
metode-metode pembelajaran.
c. Informator
Guru memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain materi yang
telah diprogramkan sesuai kurikulum. Kemudian guru harus mengembangkan dirinya dengan
terus belajar tentang kemajuan-kemajuan teknologi agar tidak “gagap teknologi (gatek)” dan
memiliki yang luas diberbagai hal.
d. Organisator
Guru memiliki kegiatan pengelolan akademik, menyusun tata tertib sekolah dan menyusun
kalender akademik. Semua kegiatan harus diorganisasikan dengan baik sehingga tercapai
efektivitas dan efesiensi pembelajaran.
e. Motivator
Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar lebih bersemangat dan aktif dalam belajar,
motivasi ini lebih efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak.
f. Inisiator
Peran guru sebagai pencetus ide-ide dalam kemajuan pendidikan dan pembelajaran. Guru harus
mampu mengembangkan dan memberi sumbangsih pemikiran demi kemajuan pendidikan mulai
dari yang terkecil seperti dalam kelas dan sampai yang terbesar dalam lingkup sekolah maupun
wilayah yang lebih luas lagi.
g. Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memudahkan kegiatan belajar dan
dapat menyenangkan atau bisa membangkitkan anak didik untuk bereksplorasi serta
menyalurkan minat dan keingintahuannya secara aktif.
h. Pembimbing
Bimbingan yang diberikan guru sebaiknya sesuai dengan kebutuhan anak didik. Jika dilihat anak
tersebut mampu melaksanakan tugasnya, namun dia tampak manja atau tidak mau melakukannya
maka cobalah untuk bersikap tegas dengan meminta anak untuk mencoba melakukannya sendiri
dahulu sampai anak itu benar merasa membutuhkan bantuan barulah guru membantunya.
i. Demonstrator
Dalam kegiatan pembelajaran tidak semua materi pelajaran dapat dipahami oleh anak mengingat
kemampuan setiap anak berbeda-beda. Untuk materi yang sulit dipahami oleh anak didik,
sebaiknya guru memperagakan sehingga dapat membantu anak yang belum memahami materi
tersebut. Untuk materi yang cukup berbahaya dilakukan oleh anak sendiri, sebaiknya guru
bertindak sebagai demonstrator.
j. Pengelola Kelas
Pengelolan kelas menunjukkan pada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar, termasuk pengaturan tempat
duduk, ventilasi, pengauran cahaya dan pengaturan penyimpanan barang.
k. Mediator
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan
dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media material amaupun nonmaterial. Sehingga guru
dapat menentukan media yang paling sesuai untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Selain sebagai mediator, guru juga sebagai penengah dalam proses belajar anak didik khususnya
saat kegiatan diskusi kelompok.
l. Supervisor
Guru dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pembelajaran.
Kelebihan yang dimiliki supervisor selain posisinya ada juga karena pengalaman, pendidikan,
kecakapan atau keterampilan yang dimilikinya atau memiliki sifat-sifat kepribadian yang
menonjol dari pada orang-orang disupervisinya. Dengan peran guru sebagai supervisor, guru
juga harus memilki kesadaran untuk dapat menilai kinerjanya sendiri untuk meningkatkan
kegiatan pembelajarannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peranan guru sangat penting demi tercapainya tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan, peranan guru dalam pembelajaran terpadu
adalah sebagai perencana, pelaksanan dan sekaligus evaluator. Peranan lain yang harus
dilakukan guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih adalah sbagai korektor, inspirator,
informator, organisator, motivator, inisiator, fasilisator, pembimbing, pengelola kelas,
demonstrator, mediator dan supervisor.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. (2008). Pembelajaran Terpadu Buku materi Pokok PGTK2501/25KS/Modul 1-6.
Jakarta: Universitas Terbuka.
from → Uncategorized
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
UNESCO dengan komisi Edgar faure telah berhasil meletakan asas pendidikan yang
fundamental dan berlaku untuk penyelenggaraan pendidikan, yakni asas pendidikan seumur
hidup / Ife long edu cation. Sebagai dampak timbulnya asas pendidikan ini, maka dikenallah
berbagai bentuk penyelenggaraan pendidikan dan yang diarahkan bagi pendidikan anak, remaja,
orang dewasa maupun orang tua baik mereka yang belum bekerja maupun mereka yang telah
bekerja.
Penyelenggaraan pendidikan demikian pasti berbeda satu sama lain dan pada umumnya dikenal
berbeda system pendidikan yang digunakan, yakni sistem pendidikan sekolah disatu pihak dan
system pendidikan luar sekolah di lain pihak. Sebagaimana asas pendidikan seumur hidup,
sistem pendidikan luar sekolah telah lama dikenal dan digunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang
1.2 Permasalahan
Dengan meninjau ciri-ciri dan klasifikasi pendidikan luar sekolah, maka sasaran pendidikan luar
sekolah, tidak mudah ditetapkan seperti pendidikan sekolah. Oleh karena itu, beberapa
permasalahan dalam makalah ini diantaranya adalah.
1 Apa saja sasaran pendidikan luar sekolah untuk pemuda?
2 Apa saja sasaran pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1 Untuk mengetahui sasaran pendidikan luar sekolah kepada para pemuda.
2 Untuk mengetahui sasaran pendidikan luar sekolah kepada orang dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alasan-alasan Timbulnya Sistem Pendidikan Luar Sekolah
Secara terperinci dapat diungkapkan bahwa alasan-alasan timbulnya pendidikan luar sekolah
adalah:
1 Alasan dari Segi Faktual-Historis
a. Kesejarahan
Pada umumnya sementara orang beranggapan bahwa bila memperbincangkan masalah
pendidikan maka arientasinya ke dunia sekolah dan menghubungkan guru dengan murid.
Mereka kurang menyadari bahwa sebelum seseorang anak menjadi murid, anak-anak telah
memperoleh pendidikan yang telah diberikan oleh keluarganya terutama ayah dan ibunya
Anak-anak bayak belajar di rumah dari ibunya atau orang tuanya di mana dan kapan saja serta
menyangkut berbagai hal yang mereka perlukan di dalam petumbuhannya ke arah sempurna
Hal ini seperti diungkapkan oleh Drs. SWARNO bahwa: “Di dalam keluargalah anak pertama-
tama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini merupakan
pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak”.
Jadi jelas, anggapan sementara orang seperti tersebut di atas merupakan pengingkaran terhadap
kenyataan yang ada
Di samping itu, sudah selayaknya orang tua mempunyai tanggung jawab moral terhadap
pendidikan anak-anaknya agar mereka kelak menjadi orang desa yang tidak tercela
b. Kebutuhan Pendidikan
Kesadaran akan kebutuhan pendidikan dari masyarakat semakin meluas seiring dengan
munculnya Negara-negara yang baru merdeka dengan segala kekurangannya akibat penjajahan
di masa lampau yang berlangsung berpuluh-puluh tahun atau bahkan beratus-ratus tahun
Sisi lain yang berpengaruh akan kesadaran kebutuhan pendidikan ini adalah kemajuan ilmu dan
teknologi, perkembangan ekonomi, perkembangan politik, yang melanda hampir di semua
belahan dunia
Realitas lain adalah makin dibutuhkannya berbagai macam keahlian dalam menyongsong
kehidupan yang semakin kompleks dan penuh tuntutan, maka wajar masyarakat menghendaki
berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program keahlian
Hal ini berimplikasi pada system dan bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan seterusnya
dikenal adanya system pendidikan sekolah dan system pendidikan luar sekolah serta ada bentuk
pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal
c. Keterbatasan Sistem Persekolahan
Di sisi lain system persekolahan, mengharuskan siswa berada dalam bentuk menyeluruh dan
kahlian yang sejenis sehingga mereka terasing dari pengetahuan dan keahlian lain
Kekurang / kelemahan sistem persekolahan inilah yang memungkinkan kegiatan pendidikan luar
sekolah menerobosnya sehingga terungkaplah pengetahuan dan keahlian yang selama ini
dirasakan sebagai kekurangan.
d. Potensi Sumber Belajar
Di masyarakat teryata tersebar berbagai sumber belajar yang tidak terbilang banyaknya dan
sumber belajar demikian dapat bersifat makhluk hidup maupun benda-benda mati
Orang-oang yang ahli, orang-orang yang pintar, orang-orang yang terampil penuh pengalaman
merupakan sumber belajar yang bersifat manusiawi sedangkan kepustakaan desa, Koran,
Majalah, Kaset, Film, dan bengkel kerja yang ada, merupakan sumber belajar yang bisa
memperoleh ilham untuk menemukan kebutuhan yang berguna bagi seseorang.
Sumber-sumber belajar tersebut, memberi lapangan bagi penyelenggaraan pendidikan luar
sekolah baik berupa kursus dan latihan yang selama ini belum mereka dapatkan dan alami
e. Keterlantaran Pendidikan Luar Sekolah
Pada mulanya orang telah menyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan yang pada
hakikatnya menggunakan system di luar dunia sekolah dan dilaksanakan bersamaan denga
pendidikan sekolah biasa, namun kegiatan-kegiatan banyak yang telah ditinggalkan orang
1 Masseducation pendidikan yang memberikan kecakapan
2 Adult Enducation
a. Pendidikan Lanjutan
b. Pendidikan Pembaruan
c. Pendidikan Kader Organisasi
d. Pendidikan Populer
3 Fundamental Education
? Kecakapan berfikir dan bergaul dan berumah tangga
? Kecakapan kerajinan dan kesenian
? Kecakapan kejujuran
? Pengetahuan tentang Lingkungan alam
? Pendidikan jiwa, akhlak dan kesehatan
4 Pendidikan Masyarakat
? Kursus dan Latihan
? Kumpulan Belajar
? Kelas Bebas
? Pama dan Pami
? Sekolah Keliling
5 Pendidikan kemasyarakatan dapat dicontohkan Balai Pengetahuan Rakyat
6 Extention Education
? Amerika Serikat dengan nama Defartemen of Continuation Education, University Extention
Departement
? Inggris dengan nama Departemen of Extra Mural Studies
2 Alasan dari segi Analisa-Perspektif
a. Palestarian Indentitas Bangsa
Perubahan-perubahan yang bermakna ditekankan pada adanya isi perubahan yang berhubunhan
dengan identitas bangsa yakni penerusan kebudayaan nasional dari satu generasi ke generasi
selanjutnya
Tujuan perubahan ini menyangkut keselarasan dan keseniam perkembangan bangsa yang
bersangkutan di tengah-tengah kemajuan zaman sekarang ini sehingga bangsa tersebut dapat
hidup dan berperan aktif di dunia
Perubahan secara sistemtis dimaksudkan bahwa perubahan tersebut melalui langkah-langkah dan
saluran-saluran sehingga perubahan dapat diarahkan dan dipertanggung jawabkan tercapainya
tujuan yang diinginkan
b. Kecenderungan Belajar Individual-Madiri
Kecenderungan belajar seseorang tidak bisa dihalangi oleh siapapun dan keinginan untuk belajar
ini dapat timbul kapan saja dengan tidak memendang Jenis Kelamin, Usia, Latar belakang
pendidikan, tempat tinggal dan kecenderungan ini juga diperkuat oleh kemajuan ilmu dan
teknologi seperti: Radio, Televisi, Mass media cetak dan kemudahan komunikasi antar daerah.
Tersebarnya ahli pengetahuan yang lebih propesional semakin dapat memenuhi keinginan belajar
mendiri.
3 Alasan dari Segi Formal-Kebijakan
a. Undang-undang Dasar 1945
1 Pembukaan UUD 1945 menyebutkan
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
2 Batang tubuh UUD 1945 menyebutkan pula:
Pasal 31, ayat (1) : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”.
Pasal 31, ayat (2) : Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang”.
b. Garis-garis Besar Haluan Negara
1 Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah, dan masyarakat
2 Pendidikan juga menjangkau program-program luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat
kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan pemberantasan buta
huruf dengan mendaya gunakan sarana dan prasarana yang ada
c. Pelita Ketiga
PLS merupakan salah satu subsistem dari satu sistem pendidikan nasional, yang turut
membentuk manusia seutuhnya dan membina pelaksanaan konsep pendidikan seumur hidup.
Kedua subsistem pendidikan sekolah dan luar sekolah, yang saling menunjang dan saling
melengkapi
2.2 Definisi Pendidikan Luar Sekolah
Penbahasan tentang pendidikan luar sekolah memang merupakan hal yang menarik, karena:
1 Pendidikan luar sekolah merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan yang bentuk dan
pelaksanaanya berbeda dengan system sekolah yang sudah ada
2 Dalam pendidikan luar sekolah terdapat hal-hal yang sama-sama pentingnya bila dibandingkan
dengan pendidikan luar sekolah, seperti: bentuk pendidikan, tujuannya, sasarannya,
pelaksanaannya dan sebagainya.
3 Jadi dengan pendidikan luar sekolah telah terkandung semua unsure yang disyaratkan oleh
sesuatu sistem seperti anak didik, pendidik, waktu, materi dan tujuan. Dengan sistem pendidikan
luar sekolah berarti adanya suatu pola tertentu untuk melakukan pekerjaan / fungsi yakni
mendidik, pekerjaan / fungsi mana berbeda dengan pekerjaan / fungsi system pendidikan formal.
4 Mengajar bagaimana caranya belajar
5 Peranan guru makin sebagai partner anak didik dalam hal belajar
6 Ada jalinan hubungan antara sekolah dengan masyarakat dan agar anak-anak tidak terasing
dari masyarakat
7 Sekolah harus merupakan system nyang terbuka, bagi anak-anak. Dalam hubungannya dengan
penerapan asas pendidikan seumur hidup “ sistem pendidikan di sekolah disebut multi ezit etry
system ”. Sebab dalam asas pendidikan seumur hidup ini semua orang dapat saja disebutkan
sebagai anak didik. Sehingga pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah dapat dipandang
sebagai makro maupun mikro dalam hubungannya dengan sistem pendidikan.
2.3 Ciri-ciri Pendidikan Luar Sekolah
1. The diverse types of out-of school education are designed to accomplish many purposes
2. The boundary is a skifting one between what many be considered as formal education and
these many complementary types of education.
3. Tanggung jawab penyelenggaraan lembaga pendidikan luar sekoalah di bagi oleh pengawasan
umum / masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi keduanya.
4. Beberapa lembaga pedidikan luar sekolah disiplinkan secara ketat tehadap waktu pengajaran,
teknologi modern, kelengkapan dan buku-buku bacaan
5. Guru-guru mungkin dilatih secara khusus untuk tugas tertentu atau hanya mempunyai
kualifikasi professional di mana tidak termasuk identitas guru
6. Penekanan pada penyebaran program teori dan praktek secara relatif dari pada pendidikan luar
sekolah
7. Tidak seperti pendidikan formal, tingkat sistem pendidikan luar sekolah terbatas yang
diberikan kredensial.
2.4 Sasaran Pendidikan Luar Sekolah
Adapun sasaran pendidikan luar sekolah dapat dibagi menjadi 2 sasaran pokok yaitu:
1 Pendidikan Luar Sekolah untuk Pemuda
a. Sebab-sebab timbulnya
1) Banyak anak-anak usia sekolah tidak memperoleh pendidikan sekolah yang cukup
2) Mereka memperoleh pendidikan yang tradisional
3) Mereka memperoleh latihan kecakapan khusus melalui pola-pola pergaulan
4) Mereka dituntut mempelajari norma-norma dan tanggung jawab sebagai sangsi dari
masyarakat.
b. Kelompok-kelompok kegiatan pendidikan luar sekolah antara lain
1) Klub Pemuda
2) Klub-klub Pemuda tani
3) Kelompok Pergaulan
2 Pendidikan Luar Sekolah untuk orang Dewasa
Pendidikan ini timbul oleh karena:
a. Orang-orang dewasa tertarik terhadap profesi kerja.
b. Orang dewasa tertarik terhadap keahlian.
Dalam rangka memperoleh pendidikan di atas dapat ditempuh melalui:
1) Khursus-khursus Pendek
2) In Service-training
3) Surat-menyurat
Sesuai dengan rancangan Peraturan Pemerintah maka sasaran pendidikan luar sekolah dapat
meliputi:
? Ditinjau dari Segi Sasaran Pelayan, berupa:
1) Usia Pra-Sekolah (0-6 tahun)
Fungsi lembaga ini mempersiapkan anak-anak menjelang mereka pergi sekolah (Pendidikan
Formal) sehingga mereka telah terbiasa untuk hidup dalam situasi yang berbeda dengan
lingkungan keluarga.
2) Usia Pendidikan Dasar (7-12 tahun)
Usia ini dilaksanakan dengan penyelenggaraan program kejar paket A dan kepramukaan yang
diselenggarakan secara sesame dan terpadu
3) Usia Pendidikan Menengah (13-18 tahun)
Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah untuk usia semacam ini diarahkan untuk pengganti
pendidikan, sebagai pelenggkap dan penambah program pendidikan bagi mereka
4) Usia Pendidikan Tinggi (19-24 ntahun)
Pendidikan luar sekolah menyiapakan mereka untuk siap bekerja melalui pemberian berbagai
keterampilan sehingga mereka menjadi tenaga yang produktif, siap kerja dan siap untuk usaha
mandiri
? Ditinjau dari Jenis Kelamin
Program ini secara tugas diarahkan pada kaum wanita oleh karena jumlah mereka yang besar dan
partisipasinya kurang dalam rangka produktivitas dan eferiensi kerja maka pendidikan luar
sekolah membanntu mereka melalui program-program PKK, Program KB dan lain-lainnya
? Berdasarkan Lingkungan Sosial Budaya
Sasaran pendidikan luar sekolah dapat berupa:
1) Masyarakat Pendesaan
Masyarakat ini meliputi sebagian besar masyarakat Indunesia dan program diarahkan pada
program-program mata pencarian dan projgran pendayagunaan sumber-sumber alam
2) Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan yang cepat terkena perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga
masyarakat perlu memperoleh tambahan tersebut melalui pemberian informasi dan khursus-
khursus kilat
3) Masyarakat Terpencil
Untuk itu masyarakat terpencil ini perlu ditolong melalui pendidikan luar sekolah yang mereka
dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan nasional
? Berdasarkan kekhususan Sasaran Pelajar
1) Peseta didik yang dapat digolongkan terlantar, seperti anak yatim piatu
2) Peserta didik yang karena berbagai sebab sosial, tidak dapat mengikuti program pendidikan
persekolahan
? Berdasarkan Pranata
Dalam pendidikan luar sekolah memiliki pranata yang bermacam-macam seperti: pendidikan
keluarga, pendidikan perluasan wawasan dasa dan pendidikan keterampilan
? Berdasarkan Sistem Pengajaran
Sistem Pengajaran dalam proses penyelenggaraan dan pelaksanaan program pendidikan luar
sekolah meliputi:
1) Kelompok, organisasi dan lembaga
2) Mekenisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan
3) Kesenian tradisioanal, seperti wayang, ludruk, ataupun teknologi modern seperti televisi,
radio, film, dan sebagaimana
4) Prasarana dan sarana seperti balai desa, masjid, gereja, sekolah dan alat-alat pelengkapan
kerja.
? Berdasarkan Segi Pelembangan Program
Pelembagaan program yang dimaksud keseluruhan proses pengintegrasian anhtara program
pendidikan luar sekolah dan perkembangan masyarakat
1) Program antara sektoral dan swadaya masyarakat seperti PKK, PKN, dan P2WKSS.
2) Kordinasi perencanaan dasa atau pelaksana program pembangunan
3) Tenaga pengarahan di tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa
2.5 Wadah Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah
1 Kursus
Kursus tetap memenuhi unsur belajar-mengajar seperti warga belajar, sumber belajar, program
belajar, tempat belajar dan pasilitas. Sistem pengajaran dapat berupa ceramah, diskusi, latihan,
praktek dan penugasan. Dan pada akhirnya kursus ada evaluasi untuk menentukan keberhasilan
dalam Bentuk STTB
2 Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu tergantung pada kebutuhan warga belajar. Program belajar dapat berupa paket-
paket belajar dan dapat disusun bersama antara sumber belajar dan warga belajar
3 Pusat Pemagangan
Pusat pemagangan adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang merupakan pusat
kegiatan kerja atau bengkel sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja
Dalam hal ini ada 2 macam
a) Apprenti peship
b) Internaship
4 Pusat Kegiatan Belajar
PKB terdapat di dalam masyarakat lyas seperti pesantren, perpustakaan, gedung kesenian, took,
rumah ibadat, kebun percobaan dan lain-lain lembega-lembaga tersebut para peserta dapat
memperoleh proses belajar-mengajar sesuai yang mereka inginkan
5 Keluarga
Keluarga adalah lembaga pertama dan utama yang dialami oleh seseorang dimana proses belajar
yang terjadi tidak berstruktur dan pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu. Program ini meliputi:
nilai-nilai sosial-budaya, sosial politik, agama, idielogi, dan pertahanan keamanan.
6 Belajar Sendiri
Di pihak lain setiap individu dapat belajar sendiri di manapun dan kapanpun melalui buku-buku
bacaan ilmiah, modul, buku paket belajar dan sebagainya
7 Kegiatan-kegiatan Lain
Kegiatan ini dapat meliputi penyuluhan, seminar, dakwah, lokakarya, diskusi panel dan
sebgainya
BAB III
KONTRIBUSI
3.1 Kajian Secara Teoritis
Kajian secara teoritis pada makalah yang berjudul “ Pendidikan Luar Sekolah” ini yaitu.
Fundamental Education artinya Pendidikan Dasar yang dilancarkan sendiri oleh UNESCO,
terutama menolong masyarakat untuk mencapai kemajuan sosial-ekonomi, agar dengan demikian
mereka dapat menduduki tempat yang lanyak dalam dunia modern. Pendidikan ini jelas
ditujukan kepada masyarakat dan daerah yang terbelakang agar masyarakat dan daerah ini dapat
menyamai dengan masyarakat sekitarnya yang telah maju
3.2 Kajian Secara Praktis
Kajian secara praktis pada makalah ini yaitu wahana untuk meleksanakan program-program
belajar dalam usaha menciptakan suasana menunjang perkembangan peserta didik dalam
kaitanya dengan perluasan wawasan peningkatan keterampilan dan kesejahteraan keluarga.
Adapun bentuk-bentuknya yaitu:
a. Kursus
b. Kelompok Belajar
c. Pusat Pemagangan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendidikan luar sekolah disebut juga suatu sistem pendidikan yang didalamnya terdapat
keumpalan komponen (unsur-unsur) yang saling berhungan dan diorganisir untuk mencapai
tujuan. Jadi dengan pendidikan luar sekolah telah terkandung semua unsur yang disyaratkan oleh
suatu sistem seperti anak didik, pendidik, waktu, materi dan tujuan
Dengan sistem pendidikan luar sekolah berarti adanya suatu pola tertentu untuk melakukan
pekerjaan / fungsi yakni mendidik, pekerjaan / fungsi mana berbeda dengan perjaklanan / fungsi
sistem pendidikan formal. Misalnya, sekolah tidak lagi bertugas utama memberikan pelajaran
yang berupa faktor-faktor dan pengetahuan hafalan kepada murid dan sekolah tidak lagi
merupakan sistem tertutup. Artinya sekolah hendaknya selalu memberi kesempatan pada anak
setiap saat untuk memperoleh pendidikan, sehingga: sekolah harus merupakan sistem yang
terbuka bagi anak-anak
4.2 Saran
Sebagai suatu proses yang dinamis, pendidikan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu
sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lingkungan umumnya. Salah satu ciri dari
perkembangan pendidikan adalah adanya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen
sistem pendidikan seperti kurikulum strategi belajar-mengajar, alat bantu mengajar, sara dan
prasarana, sumber-sumber dan sebagainya. Perkembangan ini sudah tentu akan mempengaruhi
kehidupan para siswa baik dalam bidang akademik, sosial maupun pribadi
Oleh karena itu para siswa diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan
pendidikan yang terjadi untuk mencapai sukses yang berarti dalam keseluruhan proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Joesoef, Prof Drs. Soeleiman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bumi Aksara.
Jakarta
1.
Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa
pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena
beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan
(formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C
2. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa
pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan yang
kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya: private, les, training
3. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa
pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan keterampilan
yang kurang atau tidak dapat diperoleh didalam pendidikan sekolah. Contohnya: Kursus,
try out, pelatihan dll
menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni optimis untuk
dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui
pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS).
Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal,
misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh
angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan oleh factor ekonomi
Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah adalah
mengerakan program pendidikan non formal tersebut, karena UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan
Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus
ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah
ikut bertanggungjawab kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib
belajar 9 tahun.
Dalam kerangka perluasan dan pemerataan PLS, secara bertahap dan bergukir akan terus ditingkatkan
jangkauan pelayanan serta peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk menggali dan
memanfaatkan seluruh potensi masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan PLS, maka Rencana
Strategis baik untuk tingkat propinsi maupun kabupaten kota, adalah :
1. Perluasan pemerataan dan jangkauan pendidikan anak usia dini;
2. Peningkatan pemerataan, jangkauan dan kualitas pelayanan Kejar Paket A setara SD dan B
setara SLTP;
3. Penuntasan buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional;
4. Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan perempuan (PKUP), Program
Pendidikan Orang tua (Parenting);
5. Perluasan, pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan berkelanjutan melalui program
pembinaan kursus, kelompok belajar usaha, magang, beasiswa/kursus; dan
6. Memperkuat dan memandirikan PKBM yang telah melembaga saat ini di berbagai daerah di
Riau.
Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan, maka program PLS lebih
berorientasi pada kebutuhan pasar, tanpa mengesampingkan aspek akademis. Oleh sebab itu Program
PLS mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing
dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu disusun Rencana strategis adalah :
1. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan PLS;
2. Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan PLS, dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil;
3. Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan standard kompetensi,
standard kurikulum untuk kursus;
4. Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder) seperti Dudi, asosiasi
profesi, lembaga diklat; serta
5. Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar.
Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
Strategi PLS dalam rangka era otonomi daerah, maka rencana strategi yang dilakukan adalah :
1. Meningkatkan peranserta masyarakat dan pemerintah daerah;
2. Pembinaan kelembagaan PLS;
3. Pemanfaatan/pemberdayaan sumber-sumber potensi masyarakat;
4. Mengembangkan sistem komunikasi dan informasi di bidang PLS;
5. Meningkatkan fasilitas di bidang PLS
Semangat Otonomi Daerah PLS memusatkan perhatiannya pada usaha pembelajaran di bidang
keterampilan lokal, baik secara sendiri maupun terintegrasi. Diharapkan mereka mampu mengoptimalkan
apa yang sudah mereka miliki, sehingga dapat bekerja lebih produktif dan efisien, selanjutnya tidak
menutup kemungkinan mereka dapat membuka peluang kerja.
Pendidikan Luar Sekolah menggunakan pembelajaran bermakna, artinya lebih berorientasi dengan
pasar, dan hasil pembelajaran dapat dirasakan langsung manfaatnya, baik oleh masyarakat maupun
peserta didik itu sendiri..
Di dalam pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, yang perlu menjadi perhatian bahwa, dalam usaha
memberdayakan masyarakat kiranya dapat membaca dan merebut peluang dari otonomi daerah,
pendidikan luar sekolah pada era otonomi daerah sebenarnya diberi kesempatan untuk berbuat, karena
mustahil peningkatan dan pemberdayaan masyarakat menjadi beban pendidikan formal saja, akan tetapi
pendidikan formal juga memiliki tanggungjawab yang sama. .
Oleh sebab itu sasaran Pendidikan Luar Sekolah lebih memusatkan pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan berkelanjutan, dan perempuan.
Selanjutnya Pendidikan Luar Sekolah harus mampu membentuk SDM berdaya saing tinggi, dan sangat
ditentukan oleh SDM muda (dini), dan tepatlah Pendidikan Luar sekolah sebagai alternative di dalam
peningkatan SDM ke depan.
PLS menjadi tanggungjawab masyarakat dan pemerintah sejalan dengan Pendidikan Berbasis
Masyarakat, penyelenggaraan PLS lebih memberdayakan masyarakat sebagai perencana, pelaksanaan
serta pengendali, PLS perlu mempertahankan falsafah lebih baik mendengar dari pada didengar,
Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota secara terus menerus memberi perhatian terhadap PLS
sebagai upaya peningkatan SDM, dan PLS sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan
masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus
sekolah..Semoga.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Desa dan kota memiliki corak kehidupan yang berlatar belakang. Umumnya desa bercorak agraris dan penuh
dengan ketenangan serta kesederhanaan. Sedangkan kota banyak diartikan sebagai cermin dari pembangunan dan
modernisasi yang identik dengan industri, perdagangan, jasa, dan lain-lain. Berbeda dengan di desa, kota berpenduduk
Perbedaan corak kehidupan tersebut menimbulkan daya tarik masing-masing sehingga antara keduanya terjadilah
interaksi. Banyak hal positif akibat interaksi tersebut. Namun, terlepas dari itu, interaksi tersebut menimbulkan masalah
yang sama sekali tidak menguntungkan. Di antara banyak masalah, salah satunya adalah penyempitan lahan pertanian di
wilayah pedesaan.
1.2. Rumusan Masalah
Desa memiliki tiga unsur yang sangat penting, yaitu daerah, penduduk, dan tata kehidupan. Daerah dalam arti
tanah-tanah pekarangan dan pertanian beserta penggunaannya termasuk pula aspek lokasi, luas, batas, yang kesemuanya
merupakan lingkungan geografis setempat. Kemudian penduduk meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran,
serta mata pencaharian penduduknya. Lalu tata kehidupan, berkaitan dengan ajaran tentang tata hidup, tata pergaulan, dan
Berdasarkan luas : desa terkecil (<2km2), desa kecil (2-4 km2), desa sedang (4-
6 km2), desa besar (6-8 km2), dan desa terbesar (8-10 km2).
Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 3
y
Berdasarkan kepadatan penduduk : desa terkecil (<100 jiwa/km2), desa kecil (100-500 jiwa/km2), desa sedang (500-1500
jiwa/km2), desa besar (1500-3000 jiwa/km2), dan desa terbesar (3000-4500 jiwa/km2).
y
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya
materialistis. Kota juga dapat diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non-alami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang heterogen dan materialistis
Kota memiliki tiga unsure penting.Menurut Berry, ketiga unsure tersebut adalah kerangka (jaringan jalan), daging
(kompleks perumahan penduduk), dan darah (manusia dengan kegiatannya).Ada pula geograf lain yang menafsirkan lebih
luas bahwa daging sebagai lembaga-lembaga kemasyarakatan yang wadahnya berupa kompleks pasar (ekonomi),
kampus/sekolah (pendidikan), rumah sakit (kesehatan), rumah ibadat (agama), dan lain sebagainya. Sedangkan menurut
Svend Riemer, tiga unsur tersebut adalah konstruksi materi, relasi sosial, dan transportasi.
Kota dapat dibedakan dengan melihat beberapa aspek, seperti aspek morfologi,
jumlah penduduk, hukum, ekonomi, dan sosial.
y
Dilihat dari morfologi atau kenampakan fisiknya, kota terdiri dari gedung- gedung atau bangunan-bangunan besar yang
saling berdekatan, serta dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti pasar, bioskop, pegadaian, rumah sakit,
Dilihat dari jumlah penduduknya, dibandingkan dengan desa, kota memiliki jumlah penduduk yang besar. Di Indonesia,
ada standar yang menentukan besar kecilnya kota berdasarkan jumlah penduduk, yaitu kota kecil (20.000-50.000 jiwa),
kota sedang (50.000-100.000 jiwa), kota besar (100.000 hingga 1 juta jiwa), kota metropolitan (1 juta ± 10 juta jiwa), dll.
y
Pengertian kota dilihat dari hukum, dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum
tersendiri bagi penghuni kota.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh
perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. PEMBATASAN MASALAH.
D. PERUMUSAN MASALAH.
BAB II PEMBAHASAN
A. TUJUAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
B. FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
C. SUMBANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN
DI SEKOLAH.
Daftar Pustaka.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat
yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat
belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan
keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah
merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas buku tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang
harus dipenuhi.
Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai
salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah
perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu
instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan
merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.
Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati
dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia
pendidikan.
C. PEMBATASAN MASALAH.
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas
dibatasi pada masalah :
a. Peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah;
b. Cara-cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.
D. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah
yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program
pendidikan di sekolah ?
2. Bagaimana deskripsi cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Fungsi Informatif.
Yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan menyediakan bahan
pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang
bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat
memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang
diperlukannya.
3. Fungsi Administratif
Yang dimaksudkan dengan fungsi administratif ialah perpustakaan harus
mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan bahan-bahan pustaka
serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien.
4. Fungsi Rekreatif.
Yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan disamping
menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-buku yang
bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan para pembaca
untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru.
5. Fungsi Penelitian
Yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah perpustakaan menyediakan
bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber / obyek penelitian sederhana dalam
berbagai bidang studi.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “Peranan Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu
Pendidikan di Sekolah” dapat disimpulkan bahwa :
1. Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah.
2. Perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah di semua
jenjang pendidikan.
3. Pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan
fungsinya
B. SARAN
Bertolak dari peranan perpustakaan yang begitu banyak sumbangsihnya dalam
pelaksanaan program pendidikan di sekolah, penyusun memberikan saran sebagai
berikut:
1. Sebaiknya perpustakaan dikelola sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
2. Peran pengelola perpustakaan / pustakawan yang profesional hendaknya
mendapatkan bekal yang cukup sehingga menjadi pustakawan yang handal dan
profesional.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Lagi Baca
• Video pesta seks Bintang Liga Inggris | download video bintang Premier Liga
• Foto Hantu Cekik di Bogor | Penampakan video
• Daftar Harga HP Nokia Terbaru 2011 | Handphone nokia
• Foto Kecelakaan Kereta api Banjar | Video tabrakan KA Banjar
• Foto Jupe Toples | Hot & syur waktu tidur
• gemscool
• gemscool point blank
• redtube
Pengikut
Dilihat dari segi ekonomi, struktur mata pencaharian kota termasuk non-
agraris, didominasi oleh industri, perdagangan, jasa, dll.
y
Dilihat dari segi sosial, hubungan antarpenduduk kota disebut impersonal, yaitu orang bergaul serba lugas, sepintas
lalu.Mereka hidup seperti terkotak-kotak oleh kepentingan yang berbeda-beda dan bebas memilih hubungannya dengan
SosiologHoselitz mengatakan bahwa kota besar melancarkan sifat-sifat parasiternya terhadap pedesaan dengan
perincian : menelaah habis investasi, menyedot tenaga manusia, mendominasi pola manusiawi, mengganggu
perkembangan kota-kota lain yang lebih kecil, dan cenderung memiliki konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan
produksinya.
PaulHarrison dalam bukunya yang berjudul Inside The Third World (1984), menulis bahwa : Relasi antara kota dan
pedesaan di Dunia Ketiga mirip sekali dengan relasi antara negara-negara yang kaya dan miskin. Pedesaan menghasilkan
barang- barang yang serba murah dibandingkan dengan segalanya yang didatangkannya dari kota. Pedesaan tak memiliki
sistem organisasi dan koordinasi yang mampu memaksa pihak kota untuk membayar hasilnya dengan harga yang lebih
tinggi.
Sebetulnya, hal yang hampir sama juga terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Kota dipandang
sebagai pusat-pusat kemajuan dan modernisasi. Dengan lengkapnya berbagai macam fasilitas, tentu hampir semua orang
tergiur oleh kehidupan di kota. Karena itu, pihak yang berwenang terus berusaha mengembangkan kota, mengadakan
perluasan ke daerah-daerah pinggiran kota. Dilakukan urbanisasi besar yang bertahap, dalam artian menyangkut proses
menjadi kawasan perkotaan, migrasi masuk kota, berubah pangupajiwa dari bertani ke yang lain, juga menyangkut
perubahan dalam pola perilaku manusia. Sedikit demi sedikit, budaya masyarakat desa diubah, dan tentu saja lahan-lahan
di desa pun terambil demi melaksanakan urbanisasi yang dipandang sebagai suatu indikator modernisasi dan kemajuan ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu dampak dari interaksi antara desa dan kota adalah terjadinya urbanisasi
Lahan pertanian, identik dengan wilayah pedesaan yang corak mata pencahariannya bergerak di sektor agraris.
Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dimana lahan
pertanian di pedesaan sudah banyak berkurang. Di Indonesia sendiri, masalah tersebut sudah terjadi selama bertahun-
tahun.Menurut data dari Dinas Pertanian dan Peternakan, dari tahun 1999- 2002 diperkirakan mencapai 330.000 ha atau
Belum lama berselang, urbanisasi dan pertumbuhan kota dipandang sebagai suatu indikatordari modernisasi dan
kemajuan. Pada tahun 1958 sosiolog Daniel Lerner masih berpendapat bahwa urbanisasi di Dunia Ketiga merupakan
prakondisi untuk
modernisasi dan
pembangunan.
kebutuhan dan partisipasi menyediakan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk apa yang disebut tinggal landas oleh Rostow.
Di negara-negara yang sedang berkembang, urbanisasi melampaui tingkat yang secara normal dapat diimbangi oleh
struktur ekonomi dan sosial intern dari negara yang bersangkutan. Struktur tersebut cenderung ditentukan oleh pengaruh
kuat dari pihak yang bersistem kapitalis dunia.Adapun hubungan dengan sektor pertanian di pedesaan acap kali bersifat
ekstraktif atau eksploitatif. Kota-kota menyedot sumber-sumber daya alam dan tenaga manusia.
Gambaran lebih jelasnya, mungkin seperti ini :
Kota, baik di negara maju maupun berkembang merupakan cerminan hidup modern dan cenderung memiliki taraf
hidup yang sedikit lebih tinggi darial pada desa. Dengan berkembangnya teknologi informasi, desa berinteraksi dengan
kota, yang berdampak pada perubahan mental yang terjadi pada orang-orang desa, meskipun hal tersebut terjadi sedikit
demi sedikit. Dari tontonan di televisi, atau interaksi dalam dunia maya (internet), terjadi penularan mental orang-orang
kota ke orang-orang desa menjadi materialistis. Perubahan mental inilah yang mendorong orang-orang desa berurbanisasi,
Sementara itu, kota terus mengadakan perluasan ke beberapa daerah di sekitarnya untuk mencapai kemakmuran.
Kota yang menuntut cepatnya perputaran uang tentu lebih berpihak pada sektor industri, perdagangan, dan jasa,
dibandingkan dengan sektor pertanian yang perputaran uangnya cenderung lambat. Dalam rangka perluasan kota,
pemerintah daerah dan beberapa pihak swasta rela membeli lahan-lahan pertanian untuk dikembangkan menjadi pusat
industri, perdagangan, wisata, atau apapun yang dapat menghasilkan uang dengan cepat dan dalam jumlah yang besar.
Sayangnya, lahan-lahan itu umumnya masih sangat produktif, dan apabila sudah dialihfungsikan, maka lahan tersebut
tidak dapat dipakai lagi menjadi lahan pertanian. Dan sangat disayangkan pula, bahwa orang-orang desa sebagian besar
bersedia menjual lahan-lahan pertanian mereka. Disini, terjadi pengalihan mata pencaharian penduduk sekitar, dari bertani
menjadi industri, perdagangan, atau yang lainnya.Hal tersebut terjadi karena pembangunan kegiatan perekonomian baru
yang dibangun ini pun merekrut banyak tenaga kerja sehingga muncul lapangan kerja baru, disertai hilangnya lapangan
Dari gambaran tersebut, terlihat sangat jelas bahwa urbanisasi, baik dalam artian perpindahan penduduk desa ke kota
maupun dalam arti perluasan kota, menyebabkan lahan-lahan pertanian yang produktif semakin berkurang.
2. Spekulasi Tanah di Perkotaan
Kehidupan di kota-kota nampak mewah pada kaum etnik minoritas dan orang kaya, seperti misalnya diMalaysia dan
Indonesia, sehingga mendatangkan akibat serius bagi pemilikan tanah di kota. Di kota terjadi konsumsi yang serba mewah,
penggunaan tanah sebagai lambang status dan penumpukkan harta.Harga tanah bergerak secara spiral, bahkan kota-kota di
Dunia Ketiga dilanda gelombang spekulasi tanah segera setelah terjadinya perkembangan ekonomi. Spekulasi tanah di
pusat-pusat metropolitanAsia memang telah meningkat sedemikian rupa, sehingga harga tanah di kota lebih tinggi di
perwira militer terlibat dalam pemborongan tanah pertanian di desa-desa.Hal ini merupakan akibat dari berlakunya
Undang-Undang Landreform tahun 1960 yang isinya : hanya anggotaABRI dan pejabat-pejabat pemerintah diperkenankan
Disimpulkan bahwa bentuk khas pembangunan yang terjadi di pusat-pusat kota negara-negara Dunia Ketiga
menjurus kepada meningkatnya spekulasi tanah, memperkaya kaum elit kota pemilik tanah, dan meningkatkan pemilikan
tanah secaraabs ent ee di kawasan pedesaan sekitar kota. Dengan demikian, timbul ketergantungan sosial ekonomi yang
semakin besar dari daerah pedesaan kepada kota. Lalu, perluasan kota jangkauannya lebih luas daripada daerah-daerah
yang berlangsung secara alami. Kita mengetahui bahwa sifat setiap manusia berbeda. Jika tadi diuraikan bahwa sebagian
besar orang-orang desa rela menjual lahan pertaniannya, maka disini penulis mengemukakan bahwa, sebagian kecil petani
tidak rela menjual lahan pertaniannya.Hal itu dikarenakan oleh filosofi petani yang sifatnya senang mengumpul-
Penduduk tumbuh secara alami, dan hal ini sangat sulit dicegah.Adanya anggapan banyak anak banyak rejeki,
mendorong sebagian orang desa yang pikirannya masih kolot terus bereproduksi. Sementara itu jumlah anggota keluarga
semakin bertambah, ditambah lagi terjadinya pernikahan pada anak-anak mereka.Hal tersebut mendorong kebutuhan akan
tempat tinggal baru, karena suatu rumah tidak mungkin dapat menampung sebuah keluarga yang nantinya anggotanya
terus bertambah. Karena itu, lahan-lahan pertanian yang dimiliki mereka diwariskan kepada anak cucu mereka untuk
permukiman (tempat tinggal), tetapi setidaknya lahan tersebut makin berkurang. Dan seiring berjalannya waktu,
pertumbuhan terjadi secara alamiah sehingga pada suatu saat, kebutuhan akan tempat tinggal baru bagi anak cucunya di
masa depan akan muncul dan tentu saja lahan pertanian yang diwariskan turun temurun itu makin lama makin menyempit.
Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 8
2.2.2. Dampak dari Penyempitan Lahan Pertanian di Pedesaan
Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu akibat dari banyak faktor. Selain itu, penyempitan lahan pertanian
juga dapat berimbas pada hal-hal lain yang berdampak negatif baik pada orang-orang desa itu sendiri, maupun pada
Pembangunan ekonomi nasional dilakukan salah satunya dengan industrialisasi.Akibat hal tersebut, muncul sumber-
sumber ekonomi baru di kota seperti industri modern, bank multinasional, badan-badan perniagaan, dan lain- lain.
Sementara itu, kota terus berkembang ke wilayah pedesaan. Sebagian lahan pertanian µdikorbankan¶ untuk dibangun
industri atau permukiman, dan sisanya masih berupa lahan pertanian, meskipun sudah sangat sempit.Masuknya pengaruh
dominasi kota ke desa memunculkan modernisasi di pertanian dalam arti luas. Didorong oleh meningkatnya kebutuhan
pokok penduduk yang pesat bertambah dan menciutnya lahan pertanian, maka diusahakan intensifikasi dan menjalar ke
lahan-lahan marginal seperti rawa-rawa, hutan bakau di pantai, dan lereng-lereng gunung. Bersama itu, kelestarian
Pertanian di tanah rawa lekas macet juga. Karena air di sana asin, akhirnya
tanahnya menjadi mati.
y
Pembukaan hutan untuk membuka lahan pertanian baru mengakibatkan rusaknya lingkungan. Bila hujan deras, terjadi
erosi dan banjir yang dapat merusak permukiman penduduk, bahkan bangunan irigasi.
y
Dengan menyempitnya lahan pertanian, para petani akan menggarap tanahnya secara intensif agar dapat bertahan
hidup.Akhirnya, yang terjadi adalah kemiskinan yang merata, karena bersama proses itu juga gotong royong masih berlaku
di pedesaan, terutama di kalangan petani.Hal tersebut dapat ditafsirkan sebagai macetnya perkembangan perekonomian.
Penyempitan lahan pertanian ternyata membawa banyak dampak negatif baik bagi lingkungan, maupun
manusia.Masalah ini terjadi akibat adanya interaksi antara desa dan kota.Andai saja interaksi tersebut tidak pernah ada,
maka mungkin masalah penyempitan lahan pertanian ini pun tidak akan muncul. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa
interaksi antara desa dan kota sulit dicegah sehingga masalah ini pun sulit juga dicegah. Jika masalah ini sudah terjadi,
perlu penanggulangan yang tepat. Berikut ini adalah usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dan
Untuk menjamin ketersediaan lahan pertanian yang cukup, mencegah dan mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan
pertanian serta menjamin akses masyarakat petani terhadap lahan yang tersedia, pemerintah khususnya Komisi IV
menegaskan perlunya ditopang peraturan perundang-undangan. RUU yang direncanakan ini bernama Perlindungan Lahan
Peningkatan nilai jual produk pertanian yang dilakukan dengan pemilihan komoditas pertanian yang pas, sehingga ketika
panen harga jualnya tetap tinggi. Dengan tingginya nilai jual produk pertanian, petani diharapkan dapat sebisa mungkin
mengolah dan mempertahankan lahan pertaniannya agar tidak dijual kepada sektor non-agraris.
y
tapi berbagai macam pupuk dalam porsi yang seimbang agar hasilnya lebih baik. Dalam hal ini, perlu diadakan
penyuluhan bagi petani mengenai keterampilan dan pengetahuan mengenai bertani atau bercocok tanam.
y
Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah itu hampir tidak memiliki kecacatan. Namun dalam prakteknya,
tetap saja dijumpai kendala-kendala yang menghambat penanggulangan masalah tersebut. Seperti yang terjadi di kota
Solok,
Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 10
masyarakat mengelabui pemerintah untuk membangun bangunan-bangunan di atas lahan-lahan pertanian yang
produktif.Mereka membuat lahan-lahan produktif menjadi tidak produktif dengan cara tidak mengairinya dengan irigasi.
Setelah lahan tersebut menjadi lahan kritis, masyarakat akan dengan mudah mendapatkan izin mendirikan bangunan.
Selain kendala dari masyarakat, terkadang pemerintah pun kurang bisa mempraktekkan hal-hal tersebut dengan baik,
mengingat banyak terjadi kasus suap oleh pihak-pihak swasta (atau pihak lainnya) yang bermaksud mendirikan bangunan
Oleh karena itu, sebetulnya tidak banyak yang dapat kita lakukan untuk mencegah atau menanggulangi penyempitan
lahan pertanian di wilayah pedesaan. Banyak usaha yang telah dilakukan, namun belum tentu semuanya berhasil.Hal
tersebut terjadi karena tiap-tiap orang memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda. Tidak semua orang dapat
mengerti dan peduli terhadap akibat dari apa yang mereka telah atau akan mereka perbuat. Sehingga akhirnya, hal ini perlu
kita renungkan pada diri kita masing-masing.Hal terkecil, sekaligus terbesar yang dapat kita lakukan dalam masalah ini
adalah menanamkan pada diri masing-masing untuk lebih peduli akan dampak yang akan ditimbulkan akibat penyempitan
lahan pertanian. Sebab, semua kebijakan-kebijakan itu akan dilaksanakan oleh kita dan dalam prakteknya sendiri
Penyempitan lahan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dimana lahan
Dampak dari penyempitan lahan pertanian diantaranya adalah perubahan tata ekologis yang berhubungan dengan
kerusakan lingkungan hidup, juga macetnya perkembangan di pedesaan, dan menurunnya produktivitas pangan.
y
Pencegahan dan penanggulangan penyempitan lahan pertanian yang telah dilakukan oleh pemerintah yaitu berupa
beberapa kebijakan perlindungan lahan pertanian, serta peningkatan nilai jual hasil produksi pertanian dan peningkatan
produktivitas lahan.
3.2. Saran
Mengenai masalah penyempitan lahan pertanian ini, penulis menyarankan :
y
Bagi pemerintah, sebaiknya lebih meningkatkan kualitas perealisasian dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang
sudah dikeluarkan, seperti mengadakan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya kaum petani, juga mengadakan kontrol
agar pembangunan kota tidak menggerogoti lahan-lahan pertanian dan diusahakan pembangunan tersebut tidak merugikan
sebelah pihak. Dan kesemuanya itu diharapkan dapat terlaksana dengan jujur.
y
Bagi masyarakat, sebaiknya perlu menanamkan pemahaman dan rasa peduli terhadap lingkungan agar tidak merugikan
pihak lain atau bahkan pihak sendiri hanya karena mengatasnamakan pembangunan.
Penyempitan Lahan Pertanian di Wilayah Pedesaan | 12
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Daldjoeni, N. 1998.Geografi Kota dan Desa. Bandung :Alumni.
Evers,Hans-Dieter. 1982. Sosiologi Perkotaan (Urbanisasi dan Sengketa Tanah di
Indonesia dan Malaysia). Jakarta : LP3ES.
Artikel
Dinas Pertanian dan Peternakan. Rancangan Undang-Undang Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.htt