You are on page 1of 2

ENTERPRISE THEORY

Sebagai pokok pikiran dalam teori ini, sebuah badan usaha dipandang sebagai institusi
sosial dimana keputusan yang diambilnya tercipta dari pengaruh seluruh pihak yang terkait
langsung dengannya. Konsep daripada badan usaha ini sendiri tentunya lebih luas dari entitas,
karena Enterprise Theory memandang badan usaha memiliki peran langsung dalam masyarakat
luas. Oleh karena itu dalam sebuah badan usaha, manajemen dipandang sebagai penjaga
(guardian) yang bertanggungjawab terhadap para pihak terkait dari badan usaha (stakeholder).

Value Added Income

Sebagai institusi sosial, sebuah badan usaha tentu wajib untuk dievaluasi kinerjanya.
Kinerja dari badan usaha ini tentu terkait langsung dengan output yang dapat
dikonstribusikannya untuk para pihak yang terkait. Dalam pengukuran output tersebut,
Suojanen berpendapat bahwa pendekatan Value-added adalah yang paling baik. Value-addded
sendiri adalah pengukuran performa atau nilai yang dihasilkan badan usaha dalam periode
tertentu. Dalam pendekatan ini, Suojanen menambahkan sebuah laporan pelengkap untuk
mengungkapkan Value-added income dan pendistribusiannya.

Dalam penyusunan laporan Value-added tidak terdapat standar yang baku. Contoh
laporannya adalah sebagai berikut :

Value Added Statement

Sales 500
Less :material, supplies,
and service used 170
Value Added 330

Distributio of Value Added :


To employees 100
To provider of capital
Dividend 50
Interest 20 70
To government 100
To enterprise of
expansion
Profit retained 60
Value Added 330

Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa nilai dala Value-added ini menggambarkan
kekayaan yang dapat dihasilkan badan usaha dan aliran dari kekayaan itu. Tampak bahwa
dalam Value-added, pajak tidak diakui sebagai beban tetapi sebagai aliran kekayaan atau
restitusi kepada pemerintah.

Dalam pengembangannya, banyak yang percaya bahwa beban penyusutan tidak perlu
dimasukkan dalam Value-added karena dianggap mereduksi objektivitas dari pelaporan sebab
tidak ada aliran kekayaan yang keluar dari badan usaha. Namun hal ini dianggap salah, karena
adanya nilai depresiasi yang dicatat justru menggambarkan kondisi yang sebenarnya dalam
badan usaha. Sebagai contoh, jika terdapat penambahan aset sehingga produksi badan usaha
meningkat namun beban depresiasi tidak dicatat, maka yang akan mendapat apresiasi akan
kenaikan tersebut adalah para pegawai. Tentu hal ini akan sangat bias bari pembaca laporan
tersebut.

Sebagai penutup bagian ini, Enterprise Theory sebenarnya merupakan pelopor dari
konsep akuntansi yang berlaku secara umum. Hal ini dikarenakan, sudut pandang dalam teori
ini berfokus pada kepentingan pihak yang terkait langsung dengan badan usaha. Kepentingan
tersebut dapat berupa informasi aliran kekayaan maupun posisi keuangan badan usaha yang
berguna dalam pengambilan keputusan.

You might also like