Professional Documents
Culture Documents
Pengertian
Pengertian
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali
sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah,
atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin
terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau
curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme
dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya
dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah
Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan
globalisasi:
Ciri globalisasi
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita
pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.
Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut
ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai
dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta
kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan
globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
Teori globalisasi
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan.
Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa
kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak
memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu
dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran
dan bertanggung jawab.
Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif
karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika
Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan
terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian
membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat
bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-
besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena
internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah
merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju
bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun,
mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep
ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai
"seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan,
yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini
bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
Sejarah globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini
yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan
globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu.
Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal
perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari
Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti
misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Berkas:Mcdonalds oslo 2.jpg
Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan
telah terjadinya globalisasi.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga
memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak
politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di
Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British
Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini
tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin
berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi
pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan
dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang
bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan
transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.]]
Reaksi masyarakat
Gerakan pro-globalisasi
Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan
mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari
Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya. [sunting] Globalisasi Perekonomian
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur
dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga
membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain
terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja
Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari
seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga
kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa
diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan
semakin mudah dan bebas.
Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara
lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju
telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama.
Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana.
Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa-
menuju pada selera global.
Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman
tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan
perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah
intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya,
secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang
ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia. [sunting] Kebaikan globalisasi ekonomi
Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo.
Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan
dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh
keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat,
yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-
negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga
terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar
negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang
tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri
yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang
lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor
industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri
yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal)
portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri
ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk,
neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya,
ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke
luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang
domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk
kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam
jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang
pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya,
apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi
jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan
masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk. [sunting] Globalisasi
kebudayaan Sub-kebudayaan Punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang
secara global
Globalisasi Perekonomian
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana
negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi
dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur
dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga
membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain
terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja
Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja
dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari
tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa
diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan
semakin mudah dan bebas.
Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara
lain melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju
telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama.
Sebagai contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana.
Akibatnya selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa-
menuju pada selera global.
Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman
tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan
perdagangan dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi
sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional.
Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian
global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia.
Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo.
Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan
dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh
keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat,
yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-
negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga
terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar
negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang
tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri
yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang
lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor
industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri
yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal)
portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri
ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk,
neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya,
ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke
luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang
domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk
kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam
jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang
pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya,
apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi
jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan
masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
Globalisasi kebudayaan
Globalisasi belum memiliki definisi atau pengertian yang pasti kecuali sekedar
definisi kerja sehingga maknanya tergantung pada sudut pandang orang yang melihatnya.
Ada beberapa definisi global yang dikemukakan oleh beberapa orang sebagai berikut :
a. Malcom waters, seorang professor sosiologi dari Universitas Tasmania, berpendapat,
globalisasi adalah sebuah proses social yang berakibat pembatasan geografis pada
keadaan social budaya menjadi kurang penting yang terjelma di dalam kesadaran orang.
b. Emanuel richter, guru besar pada ilmu politik Universtas Aashen, Jerman, berpendapat,
bahwa globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan yang menyatukan
masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling
ketergantungan dan persatuan dunia.
c. Princenton N Lyman, mantan duta besar AS di Afrika Selatan, berpendapat bahwa
globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan
hubungan antara Negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan.
d. Selo Soemardjan, bapak Sosiologi Indonesia, berpendapat bahwa Globalisasi adalah
terbentuknya organisasi dan komunikasi antara masyarakat di seluruh dunia untuk
mengikuti system dan kaidah yang sama.
Globalisasi merupakan satu proses untuk meletakkan dunia dibawah satu unit yang sama tanpa
dibatasi oleh sempadan dan kedudukan geografi sesebuah negara Melalui proses ini,
dunia akhirnya tidak lagi mempunyai sempadan dengan ruang udara dan langit sesebuah
negara itu terbuka luas untuk dimasuki oleh pelbagai maklumat yang disalurkan menerusi
pelbagai perantaraan media komunikasi seperti internet,media elektronik,dan teknologi
siber. Perkembangan ini memungkinkan perhubungan diantara sesebuah negara dengan
negara yang lain dan perhubungan sesama manusia dapat dilakukan dalam tempoh yang
singkat.
Dalam era globalisasi ini, dunia semakin dikecilkan ruangnya daripada yang asal. Jika
dulu dunia ini seluas saujana mata memandang dan dipagari dengan sempadan-sempadan
namun kini ia tidak berlaku lagi. Malah pada hari ini kita telah dapat merasakan apakah
dia itu globalisasi. Ledakan teknologi maklumat yang pesat merupakan medium utama
kepada agenda globalisasi ini.
Dunia bukan sahaja tidak bersempadan geografi tetapi pengaruh globalissasi menjangkau
sempadan ekonomi,teknologi ,bahasa, budaya, ideologi, politik dan dari segenap aspek
kehidupan sesebuah masyarakat.
Globalisasi juga merujuk kepada perpindahan nilai, terutamanya cara berfikir & gaya
bertindak dari satu daerah dunia kpd daerah dunia yg lain. Globalisasi yang diberi erti
luas ini adalah suatu hakikat yang tidak dapat dipertikaikan. Hakikatnya globalisasi itu
sudah wujud sebelum istilah globalisasi diperkenalkan lagi. Fenomena globalisasi boleh
dikiaskan sebagai gelombang yang melanda dunia.
"... a process forced by global flows of people, information, trade and capital. It is
accelerated by technology, which is driven by only a few hundred multinational
corporations and may be harmful to the environment. There in lies the conundrum of
whether it is wise to leave globalization in the hands of these few corporations, or might
it not make more sense to seek greater involvement from the global community.
(A) Ekonomi
(B) Teknologi
Kehidupan manusia di masa akan datang banyak bergantung kepada teknologi. Teknologi
akan menjadi begitu canggih hinggakan komputer yang ada pada hari ini yang
mempunyai sistem yang berubah dengan cepat dan laju. Era globalisasi yang sedang
berlaku hari ini pasti akan memberikan peningkatan dan perubahan yang lebih ketara
dalam bidang teknologi.
Antara bidang teknologi yang cepat maju dan canggih adalah bidang teknologi maklumat
dan komputer. Bill gates (1996), peneroka bidang komputer yang terkenal, dapat
memasarkan aplikasi keluaran Window ke serata dunia . Perkembangan teknologi yang
begitu pesat pada masa ini di seluruh dunia memerlukan tindakan segera pembangunan
sumber manusia untuk memberi latihan, pengetahuan dan kemahiran tentang teknologi
maklumat, robotik dan sebagainya.Kehidupan manusia semakin banyak bergantung
kepada komputer dan teknologi di era globalisasi hari ini
Pembangunan sumber manusia menjelang tahun 2000 akan mencapai nisbah tenaga
manusia saintifik dan teknologi yang lebih tinggi daripada sekarang iaitu kira-kira 1000
bagi setiap sejuta penduduk di Malaysia .
Di samping itu, kegiatan institusi pendidikan dan latihan akan ditumpukan ke arah
menghasilkan kemahiran dalam bidang teknologi maklumat dan literasi komputer.
Langkah kerajaan Malaysia membina Lebuh Raya Multi Media , Universiti Multi Media
dan Pusat Pentadbiran Kerajaan Berelektronik yang kita telah maklum sekarang adalah
langkah yang bijak untuk persediaan tenaga manusia yang akan menggunakan teknologi
maklumat dalam tugas-tugas harian dan juga dalam kehidupan seharian nanti di dalam
era globalisasi.
Kebudayaan merupakan cara hidup seharian manusia dalam sesebuah masyarakat atau
organisasi. Pada zaman dahulu manusia dalam sesebuah masyarakat itu sanggup
berperang kerana mempertahankan budaya hidup mereka yang dicemar atau dicerobohi
oleh pihak lain. Bagaimana pun cara hidup manusia hari ini sudah banyak berubah dan
menuju globalisasi.
Terdapat beberapa kategori kebudayaan di dunia ini yang telahpun berada dalam bentuk
globalisasi.
Budaya Makan
Makanan Jepun sudah ada di Amerika. Makanan Amerika pula semakin popular di
JepunMc Donald mempunyai 10,500 restoran di 50 buah negara di dunia Kentucky Fried
Chicken mempunyai lebih daripada 7,750 restoran di 58 buah negara.
Budaya Fesyen
Antara jenis fesyen pakaian yang digemari di seluruh dunia adalah seperti : seluar Jean
Levi, Pierre Cardin (pakaian perempuan), Yves Saint Laurent, pakaian sukan Esprit dan
pakaian Laura Ashley.
Budaya Kerja
Syarikat pengeluaran di era globalasasi juga terdiri daripada berbilang kaum dari negara-
negara di dunia. Umpamanya, syarikat Esprit - di mana ketua grafiknya dari Jepun, juru
gambarnya dari Itali, arkiteknya dari Perancis dan Itali.
Budaya Bahasa
Pada masa ini, bahasa Inggeris adalah alat yang penting untuk perhubungan secara
global. Sekarang terdapat satu bilion manusia yang bercakap dalam bahasa Inggeris dan
pada tahun 2000 jumlah tersebut meningkat kepada 1.5 bilion.
Kesimpulan
Cabaran globalisasi masa kini memerlukan pembentukan generasi muda yang berdaya
tahan melalui ilmu dan kemahiran Berdasarkan beberapa aspek globalisasi yang telah
dibicarakan dapatlah dikatakan bahawa dunia hari ini atau di abad ke-21 sedang
menghadapi satu cabaran dan perubahan yang sangat hebat yang belum pernah berlaku di
abad yang lalu. Cabaran globalisasi dan implikasi terhadap ekonomi, budaya dan
teknologi adalah luas dan mempunyai kesan yang negatif dan positif. Penerimaan
terhadap perubahan haruslah difikirkan dan diterima secara positif dan membina untuk
kemajuan diri,keluarga,agama,bangsa dan negara.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah.
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu
titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh
dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik,
ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai
nasionalisme terhadap bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti
etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk
meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza
Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap
bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang
oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat
menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu
kehidupan nasional bangsa.
Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme.
Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa
menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala
masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi
kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan
menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak
dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu
stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan
sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian
tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut
mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain
dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya
bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka
sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang
berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar
dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs
porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa
sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh
riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang
menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral
generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta
terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi
muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak
memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada
pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh
negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai
nasionalisme antara lain yaitu :
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-
benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh
globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak
akan kehilangan kepribadian bangsa.
Pengertian globalisasi sendiri diambil dari kata global yang artinya universal. menurut
wikipedia pengertian globalisasi tidak atau belum mempunya definisi tetap dan mapan,
globalisasi hanya merujuk pada definisi kerja (working definition), artinya pengertian
globalisasi bisa jadi sanagt luas cakupanya tergantung bagaimana pengguna
menempatkan. Ada sebagain yang berpendapat bahwa globalisasi merupakan proses
sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara berada dalam ikatan yang semakin kuat untuk mewujudkan sebuah tatanan
kehidupan baru atau kita bisa mengatikan kesatuan ko-eksistensi yang nantinya akan
mengahpus batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Penertian ini
didukung oleh pihak yang mendukung terjadinya sebuah evolusi sosial ekonomi dan
budaya
Namun bagi pihak yang tidak sependapat menyebutkan bahwa globalisasi sebagai sebuah
proyek rekayasa negara-negara adikuasa (kapitalis) untuk tetap menjaga eksistensi dan
pengaruhnya terhadap dunia terutama dunia ketiga. Stigma negatif disematkan kepada
globalisasi oleh para pendukung ide ini, globalisasi dipandang hanya evlolusi dari
kapitalisme dimana negara2 kaya akan mengontrol perokonomian dunia sedangkan
negara negara kecil atau yang sering disebuk negara ketiga hanya dieksploitasi dan
semakin terbenam karena tidak mempunyai daya saing..
Salah satu tokoh yang berpendapat bahwa Globalisasi berdampak negatif adalah Dosen
dari Universitas Ohio Elizabeth Fuller Collins. Collins menyebutkan bahwa dampak
negatif globalisasi adalah bahwa kapitalisme pasar bebas yang bersanding manis dengan
istilah ekonomi neoliberal memperlakukan tenaga kerja, uang, tanah dan sumber alam
sebagai faktor produksi semata atau komoditas yang diperjual belikan. Akibatnya, Suplay
dan demand dari tenaga kerja, uang, tanah dan sumber alam akan ditentukan dan
menentukan harga di pasaran. Dampak langsung yang diakibatkan kondisi ini adalah
krisis finansial, instabilitas politik, dan ancaman kelestarian lingkungan.
Penjelasan sederhana dari pernyataan diatas seperti saya tulis dalam posting garuda vs
freeport . Jika tenaga kerja hanya dianggap sebagai faktor produksi maka karyawan tidak
lebih dari mesin atau robot. Upah tenaga kerja akan ditekan serendah mungkin agar
memberikan hasil maksimal dalam mengeruk keuntungan, faktor humanisme akan
dikesampingkan dan tentu sasaran paling empuk untuk mensuplay tenaga kerja murah
adalah negara berkembang atau negara miskin yang "terjebak" dengan iming2 investasi
dan perkembangan ekonomi semu. Pemilik modal akan meminta berbagai macam
fasilitas seperti pengurangan pajak, pasokan tenaga kerja murah dan tentu juga
ketersediaan sumber daya alam dan demi investasi negara berkembang akan mengamini
semua permintaan kapitalis akibatnya persis seperti yang terjadi di papua dengan
freeport. setiap hari freeport menghasilkan 225 ribu ton bijih emas, bahkan reuters pernah
melansir 4 bos besar freeport menerima tidak kurang Rp. 126,3 M / bulan atau 1,5 T /
tahun, bandingkan dengan APBD yang cuma ditargetkan 5,28 T. Apa yang diperoleh
papua dari kapitalisasi freeport? kemiskinan, Kerusakan hutan dan AIDS, maka wajar
jika kemudian globalisasi sebagai bentuk paling mutakhir dari kapitalisme dianggap
mengakibatkan dampak negatif yang luar biasa
Lantas jika demikian apakah ada dampak positif globalisasi ? Sebagaiman diyakini oleh
pemerintah orde baru yang kemudian diadopsi sampai saat ini bahwa globalisasi adalah
sebuah keharusan dan tidak bisa terelakan karena memang menjadi bagian dari proses
perubahan sosial maka globalisasi akan berdampak positif bagi pemilik modal atau yang
memiliki kompetensi untuk bersaing. Globalisasi akan memberikan ruang dan pasar serta
peluang usaha semakin luas dengan konsep bordeless maka kesempatan
mengembangkan usaha akan semakin terbuka lebar, dengan catatan ini hanya berlaku
bagi mereka yang memiliki kompetensi, bagaimana dengan rakyat Indonesia yang
sebagian besar tidak memiliki kompetensi? pada saat globalisasi berlaku penuh dengan
hukum pasar yang banyak berperan sedangkan peran pemerintah semakinberkurang maka
jangan harap berbagai macam subsidi dan bantuan - bantuan akan bisa dinikamati, gak
akan ada lagi kata mutiara cinta untuk rakyat, contoh kongkrit adalah pengahapusan
subsidi BBM yang dilakukan agar asing bisa ikut bermain dalam bisnis BBM adalah
bentuk nyata dari proses globalisasi, jangan heran jika suatu saat air juga diprivatisasi
Takrif
Menurut Kamus Dewan, globalisasi membawa maksud "fenomena yang menjadikan dunia
kelihatan mengecil dari segi perhubungan manusia disebabkan kepantasan perkembangan
teknologi maklumat."
Globalisasi merupakan satu proses untuk meletakkan dunia di bawah satu unit yang sama tanpa
dibatasi oleh sempadan dan kedudukan geografi sesebuah negara. Melalui proses ini,
dunia akhirnya tidak lagi mempunyai sempadan dengan ruang udara dan langit sesebuah
negara itu terbuka luas untuk dimasuki oleh pelbagai maklumat yang disalurkan menerusi
pelbagai perantaraan media komunikasi seperti internet, media elektronik, dan teknologi
siber. Perkembangan ini memungkinkan perhubungan di antara sesebuah negara dengan
negara yang lain dan perhubungan sesama manusia dapat dilakukan dalam tempoh yang
singkat."
Manakala cediakawan barat mentakrifkan globalisasi sebagai satu proses kehidupan yang serba
luas dan infiniti merangkumi segala aspek kehidupan seperti politik, sosial, dan ekonomi
yang boleh dirasai oleh seluruh umat manusia di dunia ini. Ini bermakna segala-galanya
menjadi milik bersama dalam konsep dunia tanpa sempadan.
Globalisasi juga merujuk kepada perpindahan nilai, terutamanya cara berfikir dan gaya bertindak
dari satu daerah dunia kepada daerah dunia yg lain. Globalisasi yang diberi erti luas ini
adalah suatu hakikat yang tidak dapat dipertikaikan. Hakikatnya globalisasi itu sudah
wujud sebelum istilah globalisasi diperkenalkan lagi. Fenomena globalisasi boleh
dikiaskan sebagai gelombang yang melanda dunia."
Globalisasi dalam erti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di
antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan
perkembangan teknologi dalam bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi
pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Istilah globalisasi dapat diterapkan dalam
pelbagai konteks sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Misalnya, globalisasi dapat
diertikan sebagai:
pembentukan desa global (global village) - yang bererti konteks yang lebih erat antara
pelbagai pelosok dunia, meningkatnya interaksi personal, saling kerja sama dan
persahabatan antara penduduk dunia.
globalisasi ekonomi - meningkatnya perdagangan bebas dan meningkatnya hubungan
antara pelaku ekonomi di pelbagai negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi, dan istilah ini sering dipertukarkan. Sebahagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peranan negara atau
batas-batas negara.
Orang-orang Perancis menggunakan perkataan "Mondialisation" dalam menerangkan globalisasi.
Manakala orang-orang Amerika dan Inggeris pula menggunakan perkataan Inggeris
"Globalization" yang mula-mula muncul di Amerika Syarikat. Ia membawa maksud
mengumumkan sesuatu dan meluaskan kawasannya agar merangkumi semua.
Berdasarkan maksud tersebut, bolehlah diandaikan bahawa seruan kepada globalisasi ini jika
dilaungkan oleh negara atau kumpulan tertentu, ia bererti menjadikan cara hidup negara
atau kumpulan tersebut menyeluruh dan diguna pakai oleh dunia. Dengan kata lain,
percubaan untuk menjadikan seluruh manusia di dunia meniru cara hidup mereka dengan
apa cara sekalipun.
Justeru, tidak hairanlah jika ada sesetengah pengkaji melihat globalisasi sebagai satu proses
pengamerikaan dunia. Begitu jugalah ada pengkaji yang mentakrifkannya sebagai sistem
kapitalis Amerika yang cuba untuk menguasai dunia. Hal ini kerana seruan kepada
globalisasi ini bermula di Amerika Syarikat.
Bolehlah disimpulkan di sini bahawa globalisasi merupakan salah satu daripada penjajahan baru
yang lebih merbahaya dan licik daripada Amerika Syarikat untuk menguasasi dunia dalam
segala aspek, sama ada ekonomi, sosial, budaya dan politik. Justeru, tidak hairanlah ada
gerakan dari barat sendiri, secara khususnya di negara-negara Eropah yang menentang
globalisasi
. Beberapa sesi tunjuk perasaan telah mereka buat di bandar-bandar besar dunia untuk mengkritik
globalisasi dan mengajak penduduk dunia menentangnya.
Sejarah Globalisasi
Telah menjadi tabiat manusia, mereka berkeinginan untuk menguasai pihak yang lain. Justeru,
berlakulah pelbagai pergaduhan dan peperangan dalam sejarah manusia, bermula dari
zaman dahulu hinggalah ke hari ini, untuk melaksanakan keinginan tersebut. Keinginan
untuk berkuasa ini bukan sahaja berbentuk peribadi, bahkan ia juga berbentuk kelompok.
Dengan kata lain, keinginan tersebut dimiliki oleh sesuatu bangsa atau umat untuk
menguasai bangsa dan umat yang lain.
Memandangkan manusia telah dianugerahkan oleh Allah kemampuan untuk berfikir, maka
pertelingkahan dan peperangan yang berlaku untuk memuaskan keinginan tersebut
berlaku dalam pelbagai bentuk. Kalau dahulu mereka berperang dengan hanya
menggunakan senjata kuno seperti pisau, pedang dan lembing, namun kini mereka
menggunakan peralatan yang lebih canggih seperti senapang, bom dan sebagainya.
Memandangkan peperangan sedemikian rupa memerlukan kepada modal yang tinggi dan
meninggalkan kesan yang sangat negatif dari apsek harta dan moral, maka manusia
berfikir cara baru dalam mencari kekuasaan. Berkaitan perkara ini, berkata Dr. Mustafa
Abdul Ghani:
"Sebelum sempat Kuasa Perikatan bersedia untuk keluar daripada Perang Dunia Kedua
dengan kemenangan, Amerika Syarikat telah cuba memperkukuhkan peranan
imperialisnya yang baru. Kita tahu bahawa Persidangan Bretton Woods yang
berlangsung pada 1/7/1944 hingga 22/7/1944 adalah dianjurkan oleh Amerika. Dalam
persidangan tersebut bermulalah kisah pertubuhan-pertubuhan antarabangsa yang
digunakan oleh Amerika Syarikat untuk memperkuat cengkamannya terhadap negara-
negara yang lain. Dalam persidangan itu juga, dua perjanjian telah berjaya dibentuk
iaitu tabung wang dan bank dunia. Selepas itu, Perjanjian Am Mengenai Taarif Dan
Perdagangan telah dibuat. Secara zahir pada awalnya, ia hanyalah sebagai badan
sementara berkaitan perdagangan.
Justeru, di sinilah bermulanya sejarah globalisasi yang ada pada hari ini. Pertubuhan-pertubuhan
dunia yang ditubuhkan tersebut akhirnya digunakan oleh kuasa-kuasa besar, secara
khususnya Amerika Syarikat, untuk menguasai dunia keseluruhannya. Pengusaan
Amerika ini semakin kukuh apabila GATT bertukar kepada Pertubuhan Perdagangan
Dunia (WTO). Ia tidak lain tidak bukan hanyalah dibuat untuk menjaga kepentingan
negara perindustrian maju, khasnya Amerika Syarikat
Begitu jugalah, globalisasi sebenarnya adalah sistem kapitalisme lama yang berwajah baru.
Sejarah membuktikan, pada kurun ke 19, negara-negara kapitalis menunjukkan belangnya
dengan menjajah negara-negara lain dan mengaut sebanyak mungkin hasil buminya, tanpa
mengambil kira dimensi sosial ketika mereka menjajah. Dengan kata lain, mereka
menzalimi rakyat negara yang mereka jajahi. Sebagai tindak balas daripada gejala ini,
sistem sosialisme – yang lebih mengambil kira dimensi sosial - diterima oleh golongan
yang dizalimi ini.
Kesannya, berlakukan sistem dua kuasa dunia atau dua kutub. Kutub pertama diwakili oleh
Amerika Syarikat yang merupakan negara kapitalisme dan kedua diwakili oleh Kesatuan
Soviet yang merupakan negara sosialisme. Justeru, berlakulah perang dingin di antara
kedua-dua kutub tersebut sekitar kurun ke 20. Pada ketika itu, kapitalisme tidak mampu
menunjukkan belangnya dan berselindung di belakang tabir dimensi sosial. Namun,
apabila Kesatuan Soviet runtuh sekitar tahun 90an, mereka tidak segan silu untuk
menunjukkan wajah lamanya yang sebenar. Apa yang berlaku di Afghanistan dan Iraq
membuktikan perkara ini. Inilah yang disebut sebagai globalisasi.
Sungguhpun globalisasi adalah satu sistem barat yang tidak Islam, ia perlu dikaji dan disaring
aspek-aspek negatif dan positifnya. Adalah tidak bijak untuk mengumumkan hukuman
kepada apa jua perkara baru, sama ada ia baik atau buruk, tanpa dikaji terlebih dahulu
dengan teliti. Imam Ghazali ketika berhadapan dengan cabaran falsafah Yunani di
zamannya, tidak terlalu cepat mengeluarkan hukuman kepada falsafah tersebut. Bahkan,
beliau mengkaji baik buruknya perkara tersebut sehingga mampu mengeluarkan perkara
positif daripada banyak perkara negatif yang terdapat dalam falsafah Yunani. Justeru,
globalisasi juga perlu dikaji buruk dan baiknya sehingga umat Islam mampu
mempergunakan aspek positif yang ada untuk menentang keburukan-keburukan
globalisasi.
Kesan Negatif
Mereka menggunakan media massa untuk menyebarkan luaskan budaya mereka. Filem-filem
yang mereka buat di Hollywood, di samping dapat mendatangkan keuntungan yang
berlipat kali ganda kepada Amerika, ia digunakan untuk tujuan mempromosikan budaya
mereka kepada dunia. Bukan itu sahaja, budaya makanan segera seperti Kentucky Fried
Chicken dan Mc Donald cuba diterapkan kepada penduduk dunia. Proses pengamerikaan
ini akhirnya akan menjadikan sesuatu bangsa lebih berbangga untuk mengikut budaya
Amerika daripada budayanya sendiri, bahkan sampai ke tahap memandang rendah kepada
budaya ibundanya sendiri.
Kesan Positif
Di samping kesan-kesan negatif, Globalisasi juga mempunyai kesan positif. Antaranya ialah
teknologi maklumat. Dengan wujudnya teknologi ini, manusia dapat berhubung dengan
mudah dan pantas. Dunia dirasakan seolah-olah satu kampung. Perkara yang berlaku
beribu batu daripada diketahui dalam masa yang sangat singkat dan dengan cara yang
sangat mudah. Justeru, ini semua boleh diguna pakai oleh semua penduduk dunia untuk
memudahkan urusan mereka. Bahkan lebih daripada itu, ia boleh digunakan oleh umat
Islam untuk menyampaikan dakwah dengan lebih mantap di era yang penuh cabaran ini.
Teknologi Maklumat
Mengikut satu definisi, secara ringkasnya teknologi maklumat boleh dianggap sebagai "cara baru
penyimpan, memproses dan menyalurkan maklumat yang dihasilkan oleh pembangunan
yang pantas dalam bidang elektronik, pengkomputeran dan telekomunikasi"
Satu lagi definisi teknologi maklumat yang lebih luas pengertiannya ialah:
"...teknologi maklumat bermaksud pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran
dan penggunaan maklumat. Ia tidak terkongkong kepada perkakasan atau perisian,
tetapi mengiktiraf kepentingan manusia serta matlamat yang diletakkannya bagi
teknologi tersebut, nilai-nilai yang digunakan untuk membuat pilihan, penilaian
kriteria yang digunakan untuk memutuskan sama ada ia yang mengawal teknologi itu
dan diperkayakan olehnya
Globalisasi
Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang
menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan bebas dan transaksi
keuangan. Menurut sejarahnya, akar munculnya globalisasi adalah revolusi elektronik
dan disintegrasi negara-negara komunis. Revolusi elektronik melipatgandakan akselerasi
komunikasi, transportasi, produksi, dan informasi. Disintegrasi negara-negara komunis
yang mengakhiri Perang Dingin memungkinkan kapitalisme Barat menjadi satu-satunya
kekuatan yang memangku hegemoni global. Itu sebabnya di bidang ideologi perdagangan
dan ekonomi, globalisasi sering disebut sebagai Dekolonisasi (Oommen), Rekolonisasi
( Oliver, Balasuriya, Chandran), Neo-Kapitalisme (Menon), Neo-Liberalisme
(Ramakrishnan). Malahan Sada menyebut globalisasi sebagai eksistensi Kapitalisme
Euro-Amerika di Dunia Ketiga.
Secara sangat sederhana bisa dikatakan bahwa globalisasi terlihat ketika semua
orang di dunia sudah memakai celana Levis dan sepatu Reebok, makan McDonald,
minum Coca-Cola. Secara lebih esensial, globalisasi nampak dalam bentuk Kapitalisme
Global berimplementasi melalui program IMF, Bank Dunia, dan WTO; lembaga-lembaga
dunia yang baru-baru ini mendapat kritik sangat tajam dari Dennis Kucinich, calon
Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, karena lembaga-lembaga itu
mencerminkan ketidakadilan global.
Program-program dari lembaga-lembaga itu telah menjadi alat yang ampuh dari
kapitalisme Barat yang mengguncangkan, merontokkan dan meluluh-lantakkan bukan
hanya ekonomi, tetapi kehidupan negara-negara miskin dalam suatu bentuk pertandingan
tak seimbang antara pemodal raksasa dengan buruh gurem. Rakyat kecil tak berdaya di
negara-negara miskin, menjadi semakin terpuruk dan merana.
Jadi walaupun ada dampak positif globalisasi seperti misalnya hadirnya jaringan
komunikasi dan informasi yang mempermudah kehidupan umat manusia, ditinjau dari
sudut kepentingan masyarakat miskin, globalisasi lebih banyak dampak negatifnya. Kita
melihat aspek negatif itu dalam ketidak-adilan perdagangan antar-bangsa, akumulasi
kekayaan dan kekuasaan di tangan para kapitalis negara-negara maju yang
mengakibatkan kemelaratan yang tak terbayangkan di negara-negara miskin, termasuk di
Indonesia. Menurut Kucinich, Negara-negara miskin telah diperas lewat pembayaran
beban utang ke lembaga global . Dicontohkan, setiap tahun 2,5 miliar dolar AS dana
mengalir dari sub-Sahara Afrika ke kreditor internasional, sementara 40 juta warga
mereka kurang gizi.
Respons
Saya tidak bermaksud membicarakan artiglobalisasi yang sangat luas ini. Saya
hanya ingin menekankan bahwa sebenarnya kita tidak bisa begitu saja latah berbicara
tentang globalisasi kalau kita tidak mengetahui secara persis apa yang kita maksudkan
dengan istilah itu. Kini istilah globalisasi telah mencakup pengertian yang
menggambarkan sutau proses atau gerakan multi-dimensi yang bersifat simultan,
terutama dalam bidang ekonomi, politik dan budaya. Walaupun demikian globalisasi
terutama nampak dalam gerakan ekonomi-moneter yang membuat dunia semakin
menyatu dan membawa dampak positif maupun negatif bagi kemanusiaan. Karena itu,
saya ingin menekankan pada saat ini bagaimana respons iman kristiani terhadap dampak
globalisasi baik yang positif maupun yang negatif.
Dari sudut positif, kita harus mampu memberdayakan diri kita sebagai masyarakat
untuk memanfaatkan peluang dari arus globalisasi, misalnya dalam hal kemampuan
bersaing dalam perdagangan bebas, tentu saja sesuai dengan nilai-nilai luhur, seperti
kejujuran dan akuntibilitas di atas dasar keadilan dan kebenaran. Dua kata ini dalam
konsep agama, misalnya dalam Alkitab selalu mempunyai makna yang sama: keadilan
dan kebenaran Allah adalah Allah sendiri. Dua nilai ini penting dalam menyikapi dan
menyiasati arus globalisasi, sebab gejala persaingan dunia bisnis di arena globalisasi ini
semakin dilanda oleh ketidakjujuran sebagai akibat persaingan yang semakin ketat.
Keserakahan
Dewa Mars adalah dewa yang kedua, yang merajalela. Perang hanyalah salah satu
wujud dari simbol Mars yang sesungguhnya. Mars adalah dewa kekerasan dalam
mitologi Yunani. Keperkasaannya selalu menjadi momok baik bagi dewa lain maupun
bagi manusia, karena kebengisan yang tercermin dari wajahnya. Bukankah teror yang
sekarang ini menjadi kata terpopuler di dunia menjadi wujud paling nyata dari dewa Mars
globalisasi? Kekerasan di mana-mana, teror di mana-mana, bukan hanya dalam bentuk
bom yang meledak di mana-mana, tetapi dalam bentuk lain seperti perampokan,
pembunuhan, penculikan dan semua bentuk kekerasan yang seolah sah dan wajar dalam
kehidupan manusia masa kini.
Kekerasan bukan hanya terhadap sesame manusia tetapi juga terhadap lingkungan
hidup kita. Kalau kita misalnya merenungkan peristiwa banjir bandang dan longsor yang
menelan ratusan korban di Sumatera Utrara, maka nyatalah bahwa itu terjadi sebagai
akibat kekerasan manusia terhadap alam. Perambahan hutan sebagai salah satu bentuk
kekerasan manusia terhadap lingkungan telah membawa akibat yang sangat fatal.
Dewi Eros sesungguhnyalah pembawa cinta dan damai dalam hidup manusia.
Tetapi kini, erotisme seluruh dunia merupakan anak kandung dari mammonisme yang
menghalalkan segala cara mendapatkan uang. Cyber-porno merupakan salah satu bisnis
mengeksploitasi umat manusia demi uang. Kalau ia hanya menjadi bisnis, mungkin tidak
terlalu menjadi persoalan. Tetapi pornografi telah merusak moral banyak manusia di
dunia dengan penggambaran-penggambaran yang tidak sehat dan tidak mendidik. Apa
yang ditonjolkannya hanyalah hedonisme dan kekerasan. Inilah dampak globalisasi yang
menyusup melalui komunikasi dan informasi di dunia maya yang melahirkan dewa baru
bernama Eros. Pemujuaan terhadap seks di dunia maya ini membawa nilai baru dalam
hubungan rumah tangga, hubungan laki-laki dan perempuan dan hubungan antar-
manusia seolah tanpa penghormatan terhadap gender.
Pada suatu siang, dua remaja yang sedang cekikikan di depan monitor komputer
memanggil semua saudara mereka sejumlah 6 orang, laki-laki dan perempuan remaja dan
anak-anak berusia 8 tahun. Apa yang mereka tertawakan dengan nikmat? Gambar hati
tertembus (maaf) penis, yang baru saja diterima dari seorang rekannya. Tidak ada dunia
yang tidak dilanda pornografi, mulai dari internet sampai kepada tampilan handphone
yang mini bisa menjadi ajang menikmati pornografi. Dewi Eros (erotica) tak pelak lagi
menjadi dewi yang397aling berkuasa di era globalisasi saat ini.
Rupanya memang telah terjadi pergeseran paradigma dalam soal agama. Agama
lama yang masih formal diakui umat manusia dan Allah atau Tuhan yang benar, sedang
dimarginalisasi oleh dewa-dewi baru, yang ternyata lebih menarik dan lebih meyakinkan
banyak manusia di dunia. Materi, kenikmatan, kekerasan dan erotisme sedang menguasai
sanubari kita dan ternyata semua itu tidak membuat kita menjadi manusia bebas
melainkan menjadi manusia yang semakin terpenjara dan terbelenggu. Karena itu,
globalisasi dalam bentuk dewa-dewi baru itu tidak lebih dari dewa-dewi palsu (pseudo-
lords) yang menyesatkan; yang karenanya seharusnya diwaspadai dan disiasati.supaya
tidak memerangkap kehidupan kita. Kita harus kembali memberi tempat pada Tuhan
yang asli dalam kehidupan kita, dalam relasi-relasi kita, baik relasi dengan sesama
manusia maupun dengan lingkungan hidup kita. Dengan memberi tempat pada Tuhan
yang asli dalam sanubari kita, maka relasi-relasi kemanusiaan kita yang asli dan hakiki
akan pulih dan akan memberikan kebebasan dan kemerdekaan yang sejati kepada kita.
Kita sedang merayakan nikmat ibadah Puasa yang sedang dijalani oleh umat
Islam di seluruh dunia. Kita menghargai nikmat Allah ini sebagai salah satu wadah yang
diberikan Tuhan untuk mengevaluasi pengaruh materi, emosi dan seks dalam hidup kita,
sehingga mampu mengendalikan diri dan tidak dikuasai. Itulah hakikat keberagamaan
yang dapat menjadi salah satu wadah mengalahkan godaan globalisasi.
DUNIA kini semakin rumit dan berserabut. Jika ada dua perkataan yang dapat
menggambarkan situasi yang kini sedang berkembang dalam dunia dewasa ini adalah
"kekeliruann dan "kepalsuan".
Apakah yang lebih mengelirukan bagi generasi pewaris jika mereka dalam suatu
keadaan sedang menyaksikan kehidupan manusia yang berada di dalam kekaburan dan
kesamaran untuk menentukan destinasi hidup yang sebenar? Di suatu waktu golongan
muda kita diperdengarkan mengenai slogan keadilan dan kebenaran tetapi di waktu yang
lain mereka menyaksikan perbuatan yang zalim dan pemalsuan di atas nama keadilan dan
kebenaran itu sendiri.
Semua ini sedang dihidangkan kepada generasi pewaris. Dalam jangka masa
panjang yang palsu jika diulangi dan diperkukuhkan dengan kenyataan yang tidak
disanggah, akhirnya akan menjadi persepsi yang dianggap benar dan terus dilanjutkan
serta kadangkala dipertahankan tanpa soal.
Kita kerap memperkatakan sesuatu yang sering tidak kita fahami tetapi akibat dari
sogokan yang bertubi-tubi melalui pelbagai media ia sudahnya diterima. Di zaman ini
tidak ada ungkapan dan laungan yang paling tertonjol dan didengari dan dianggap
sebagai benar oleh hampir semua pemegang kuasa dan khalayak awam melainkan
Globalisasi.
Ramai yang sudah hampir yakin dengan penuh taqlid bahawa fenomena
globalisasi adalah suatu realiti yang perlu diakui. Sejauh mana dan ke mana arah
sebenarnya globalisasi akan membawa kita hampir tidak dapat diteliti dengan waras dan
saksama oleh pelbagai pemikir dan perancang.
Tidak ada aspek kehidupan yang tidak disentuh oleh proses globalisasi. Tidak ada
sektor pembangunan dan kemajuan sesebuah negara yang sepi dari sentuhan glabalisasi.
Namun begitu kita tidak pula nampaknya mengambil sikap yang kritikal terhadap proses
ini.
Dalam keghairahan untuk diglobalkan, kita semakin terputus dari budaya dan akar
sejarah kita sendiri. Suatu tanggapan yang tidak disedari sedang menjadi asas pemikiran
kita masa kini ialah semua sejarah bangsa mahupun negara tidak lagi bermakna
melainkan proses globalisasi adalah satu-satunya fenomena yang harus membentuk
seluruh tamadun hidup semasa.
Murni
Kita sering tenggelam dan lemas dalam kejahilan yang amat ketara. Hampir jelas
globalisasi sebagai suatu istilah baru kepada gerakan yang lama tidak lagi dapat difahami
apatah lagi dianalisa dengan kritikal.
Semakin ramai penganalisis dunia kini telah memperakui globalisasi sebagai satu
kenyataan yang diterima dan perlu dijadikan premis yang benar dan tidak boleh
dipersoalkan lagi. Keghairahan pemikir-pemikir dan ahli-ahli akademik untuk menerima
globalisasi kini diperkukuhkan oleh badan-badan antarabangsa di atas pelbagai nama
yang amat mengkagumkan. Tanpa segan silu lagi mereka mengatakan bahawa fenomena
wujudnya "rakyat global" adalah suatu bentuk idealisme yang perlu diterima oleh semua
negara.
Jika benarlah global itu bermakna lebih menyeluruh dan mengambilkira semua
aspek dan kepentingan setiap warga dunia, kenapakah realiti globalisasi yang sedang
berjalan kini tidak menunjukkan tanda tersebut melainkan semakin ketara fenomena
dunia yang bersifat unipolar sedang dikuasai oleh hanya satu blok kuasa iaitu blok barat
sahaja. Yang semakin jelas ialah bukan konsep menyeluruh itu yang sebenarnya
ditekankan tetapi sebaliknya konsep "semua untuk satu" jualah yang kini menjadi agenda
barat.
Apabila kita ingin menyinggung persoalan cabaran dan kesan globalisasi ke atas
golongan remaja, sebenarnya kita sudah agak lewat untuk membuat suatu penilaian
kritikal bagi mempersiapkan golongan tersebut menghadapi fenomena ini. Malah kesan
globalisasi sudah terlalu awal lagi berada dalam kawalan kuasa besar dalam pelbagai
bentuk seperti badan ekonomi, badan korporat dan konglomerat teknologi.
Cabaran
Demikianlah antara fenomena globalisasi yang kini sedang mencabar seluruh jati
diri golongan muda. Dari globalisasi kepada dominasi, golongan muda semakin terdedah
kepada kehidupan dan nilai keperibadian yang terputus dan terpisah jauh dari budaya
hidup timur.
Kita tidak mempunyai pilihan melainkan untuk meneliti secara kritikal dari
implikasi globalisasi yang semakin rancak dan tidak terkawal. Golongan muda
seharusnya berani untuk menyanggah arus globalisasi bagi memastikan jati diri kita yang
sebenar tidak akan digadai. Hanya golongan muda yang mempunyai keberanian dan
keyakinan diri bahawa sementara kita ingin berinteraksi dengan dunia luar kita tetap akan
terus yakin dan tegas dalam mempertahankan kejatian diri kita. Tanpa kesedaran ini
globalisasi akan menenggelam dan melemaskan golongan muda dengan nilai dan
pegangan hidup yang sangat mengelirukan dan palsu.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus
globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak
sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan
globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah –
sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing
seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain
itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan
tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional.
Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga
kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan
tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan
diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN,
mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap
kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga
dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan
kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan
daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang
dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya
peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat
Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat
Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat
menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya
yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi
pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk
dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah
air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati
golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan
golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus
globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang
kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah
mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan
untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat
memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas
pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat
akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari
sekarang.
Oleh karena itu, hendaknya pemerintah yang dalam hal ini sebagai pengemban amanat
rakyat, dapat bergerak cepat menemukan dan memperbaiki celah – celah yang dapat
menyulut gejolak tersebut. Salah satunya dengan cara menjadikan pendidikan di
Indonesia semakin murah atau bahkan gratis tapi bukan pendidikan yang murahan
tanpa kualitas. Hal ini memang sudah dimulai di beberapa daerah di Indonesia yang
menyediakan sekolah unggulan berkualitas yang bebas biaya. Namun hal tersebut
baru berupa kebijakan regional di daerah tertentu. Alangkah baiknya jika
pemerintah pusat menerapkan kebijakan tersebut dalam skala nasional . Untuk dapat
mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melakukan pembenahan terutama dalam
bidang birokrasi. Korupsi mesti segera diberantas, karena korupsi merupakan salah
satu yang menghancurkan bangsa ini. Dengan menekan angka korupsi di Indonesia
yang masuk jajaran raksasa korupsi dunia, diharapkan dapat memperbesar alokasi
dana untuk pendidikan. Globalisasi dalam dunia pendidikan saat ini memang
diperlukan untuk menghadapi tantangan global. Namun demikian globalisasi
pendidikan hendaknya tidak meninggalkan masyarakat kita yang masih termasuk
golongan lemah agar kemajuan bangsa ini dapat menikmati secara merata oleh
seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Globalisasi telah menjadi sebuah kata yang memiliki makna tersendiri dan seringkali kita baca
dan dengar. Banyak pengguna istilah globalisasi memahaminya berbeda dari makna yang
sesungguhnya. Realitas semacam ini bisa diterima mengingat tidak ada definisi yang
tunggal terhadap globalisasi.
product of many forces, some of which are political (no major was since 1945), some of which
are technological (faster and cheaper transportation and communication), and some of
which are economic (mature firms seeking growth outside their national boundaries)."
Tetapi, dalam tulisan ini kita cenderung mengutip pendapat J.A. Scholte (2002) yang
menyimpulkan bahwa setidaknya ada lima kategori pengertian globalisasi yang umum
ditemukan dalam literatur. Kelima kategori definisi tersebut berkaitan satu sama lain
pertukaran dan interdependensi internasional. Semakin besar volume perdagangan dan investasi
modal, maka ekonomi antar- negara semakin terintegrasi menuju ekonomi global di mana
`ekonomi nasional yang distingtif dilesap dan diartikulasikan
Dalam pengertian ini, `globalisasi' merujuk pada `sebuah proses penghapusan hambatan-
hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara untuk
menciptakan sebuah ekonomi dunia yang`terbuka' dan `tanpa-batas.' Mereka yang
berpendapat
Globalisasi' dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana struktur-struktur
sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme, dsb.)
disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya
setempat yang telah mapan serta merampas hakself-
determination rakyat setempat.
`Globalisasi' mendorong `rekonfigurasi geografis, sehingga ruang- sosial tidak lagi semata
dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batas-batas teritorial.' Dalam
konteks ini, globalisasi
juga dipahami sebagai sebuah proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah
transformasi dalam spatial organisation dari hubungan sosial dan transaksi-ditinjau dari
segi ekstensitas, intensitas, kecepatan dan dampaknya-yang memutar mobilitas antar-
benua atau antar-regional serta jejaringan aktivitas.
Thomas L. Friedman dalam bukunya The World is Flat menulis bahwa dunia telah berubah
menjadi datar (flat). Friedman melihat ada 10 faktor penyebabnya yaitu:
a. 11/9/89
Ketika tembok berlin runtuh pada tanggal 9 Nopember 1989. Suatu simbol pemisah antara dunia
blok barat dan blok timur telah diruntuhkan sehingga dunia kini menyatu. Juga pada saat
bersamaan muncul Sistem Operasi Windows yang membawa manusia hidup bersama dan
saling berinteraksi satu sama lain.
Pada pertengahan tahun 1990 an perkembangan jaringan komputer berbasis Windows mencapai
puncaknya. Pada saat ini diluncurkan suatu Web browser Netscape yang dapat membawa
manusia untuk mendapatkan informasi dari seluruh dunia mengenai apapun, di manapun
dia tinggal.
c. Workflow Software
Akhir abad 20 juga ditandai dengan kemajuan dalam bidang Software Workflow dimana
seseorang dapat mengetahui suatu sistem dengan melihat workflow dari sistem tersebut.
Era ini juga ditandai dengan dikembangkannya VPN (Virtual Private Network) sehingga
masing-masing institusi bisa saling berinteraksi dengan bantuan jaringan komputer yang
bersifat private sehingga keamanan data dapat terjamin.
d. Open Sourcing
Dominasi Microsoft Windows pada sistem operasi dunia serta software aplikasi pendukung
lainnya akhirnya dapat ditandingi dengan munculnya Software Open Source. Masyarakat
di seluruh
dunia dapat mengembangkan sistem komputer serta jaringannya dalam komunitas ini. Sistem ini
tidak lagi didominasi oleh institusi tertentu (Microsoft).
e. Oursourcing
Memasuki tahun 2000 (Y2K = year 2000), perusahaan dapat saja menyelesaikan tugasnya
dengan sistem outsource. Artinya pekerjaan dilakukan di luar dengan melibatkan sumber
daya dari luar, sehingga perusahaan tersebut tidak perlu memikirkan tugas tersebut.
f. Offshoring
Untuk pengembangan bisnis, suatu perusahaan dapat melakukan
off shore. Ini dilakukan dengan memindahkan pabrik pada suatu lokasi tertentu. Negara yang
menjadi tujuan banyak industri dunia adalah China, karena memiliki sumber daya
manusia serta market yang berlimpah.
Perspektif Globalisasi dan Kebijakan Pendidikan Indonesia
Dalam summit APEC di Bogor tahun 1994, Indonesia dengan berani menerima jadwal AFTA
2003 dan APEC 2010 dengan menyatakan: "Siap tidak siap, suka tidak suka, kita harus
ikut
Dalam menilai kesiapan dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi ada baiknya kita
mengukur posisi Indonesia dengan indikator-indikator-terlepas dari metodologi yang
dipakai oleh pembuat survei yang dianggap cukup relevan, yaitu: tingkat kompetisi
Indonesia di dunia global (global competitiveness), indeks persepsi korupsi (corruption
perception index), dan indeks pengembangan SDM (human development index).
Menurut indikator pertama, dalam tingkat kompetisi global tahun 2002, Indonesia berada pada
posisi ke-72 dari 115 negara yang disurvei. Indonesia berada di bawah India yang
menempati posisi ke-56, Vietnam pada posisi ke-60, dan Filipina pada posisi ke-66.
Meskipun konfigurasi yang dibuat oleh Global Economic Forum ini lebih merupakan
kuantifikasi dari aspek ekonomi dan bersifat relatif, tetapi secara umum prestasi tersebut
juga merefleksikan kualitas dunia pendidikan kita.
Kesimpulan
Dari tulisan di atas, kita bisa menyimpulkan, pertama, bahwa dalam berbagai
takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap
tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut. Kita harus
menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki potensi yang sangat
besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah
salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan
tangguh.
Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di
atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan
anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal
anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang
sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak
mudah melemparkan
`kesalahan' dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-
sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas
sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan
keluarga ini
kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin
cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu
bersaing di atas gelombang globalisasi ini.
akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-
tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk
mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali
menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.