Professional Documents
Culture Documents
PENYUSUNAN
RENCANA STRATEGI
PENGELOLAAN TERUMBU KARANG
KABUPATEN RAJA AMPAT
PENYUSUNAN
RENCANA STRATEGI
PENGELOLAAN TERUMBU KARANG
KABUPATEN RAJA AMPAT
LAPORAN AKHIR
Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2006 sebanyak 32.055
jiwa yang tersebar dalam 10 distrik/kecamatan yang mencakup 86 kampung
dan 4 dusun (Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat,
PENDAHULUAN
Maksud kajian ini adalah untuk memberikan arah bagi pengelolaan terumbu
karang di Kabupaten Raja Ampat untuk kurun waktu lima tahun kedepan.
Sedangkan tujuan dilaksanakannya kegiatan penyusunan rencana strategi
pengelolaan terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat ini adalah untuk:
Gambar 1.1 Peta Kabupaten Raja Ampat yang menjadi wilayah kajian.
LAPORAN AKHIR
Tujuan akhir dari kajian ini adalah untuk dapat merumuskan pengelolaan
sumberdaya terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat yang optimal dan
berkelanjutan. Sedikitnya terdapat tiga indikator dalam pengelolaan
terumbu karang yang ingin dicapai, yakni: (1) terpeliharanya kelestarian
sumberdaya terumbu karang, (2) efisiensi ekonomi (memberikan manfaat
nilai ekonomi bagi masyarakat dan membantu pertumbuhan ekonomi
daerah) dan (3) sinergis dengan aktivitas ekonomi lainnya. Untuk dapat
mencapai hal tersebut di atas, maka dilakukan beberapa tahapan kerja
sebagai berikut:
(1). Identifikasi sumberdaya terumbu karang yang tersedia.
(2). Identifikasi isu dan permasalahan yang terkait dengan sumberdaya
terumu karang, untuk lebih memberikan gambaran langkah-langkah apa
saja yang menjadi prioritas dalam merumuskan rencana strategi yang
terkait dengan pengelolaan terumbu karang.
(3). Analisis situasi dengan menginvetarisasi faktor-faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh terhadap pengelolaan terumbu karang.
(4). Analisis SWOT untuk dapat memberikan arahan rencana strategis
pengelolaan terumbu karang dan penjabaran program-program
kerjanya untuk 5 (lima) tahun kedepan.
METODE PEKERJAAN
(4). Ancaman
Ancaman yang diidentifikasi adalah semua dampak negatif dari luar
sistem pengelolaan terumbu karang yang mungkin dihadapi.
2) Analisis SWOT
3) Expert Judgement.
Dari strategi yang dihasilkan tersebut, kemudian dijabarkan lebih rinci
lagi dalam bentuk program-program kerja untuk jangka pendek (5
tahun). Untuk mendukung ketajaman perumusan program-program
kerja tersebut, digunakan metode Expert Judgement, yaitu suatu
metode yang mengakomodir pendapat para ahli atau pakar di
bidangnya. Kriteria ahli atau pakar dimaksud adalah orang yang
berpengalaman di bidangnya dan pernah melakukan orientasi di
lapangan atau mengenal kondisi lapangan. Selanjutnya, dengan
pendekatan ini pula, ditentukan sequent program-program kerja yang
harus dilakukan untuk 5 tahun kedepan dalam pengelolaan terumbu
karang di Kabupaten Raja Ampat.
LAPORAN AKHIR
1). Suhu
1 Januari 28,5 – 29
2 Februari - Maret Relatif tetap Kecuali bagian utara: Menurun
hingga 280C
3 April-Mei-Juni 29 – 29,5
4 Juli 28,5
5 Agustus 29
29 – 29,5 (utara) Pengaruh Samudera Pasifik
6 September
28 – 28,5 (selatan) Pengaruh dari Laut Banda
Sumber : BPPT, 2001 dalam Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kab Raja Ampat, 2006
2). Salinitas
4). Arus
Sesuai dengan letaknya, pola arus di perairan Raja Ampat dipengaruhi oleh
massa air dari Samudera Pasifik Barat (Western Pacific Ocean) yang
bergerak dari arah timur menuju barat laut (North West) dan sejajar
dengan daratan Papua bagian utara. Ketika arus tiba di Laut Halmahera
atau bagian utara Kepulauan Raja Ampat arus tersebut sebagian bergerak
ke selatan dan sebagian berbalik menuju Samudera Pasifik. Arus yang
dikenal sebagai Halmahera Eddie ini, kemudian sebagian memasuki
perairan Kepulauan Raja Ampat (Anonimous, 2005). Disamping itu,
letaknya yang di khatulistiwa, arus di perairan Raja Ampat juga
dipengaruhi oleh Arus Khatulistiwa Utara dan Arus Khatulistiwa Selatan.
Hasil penelitian Mambrisaw, et al (2006) pada bulan Maret 2006, didapatkan
bahwa arus di Perairan Raja Ampat didominasi oleh pengaruh angin, namun
untuk wilayah teluk dan pulau-pulau kecil yang berdekatan pola arusnya
lebih dipengaruhi oleh pasang surut. Kecepatan rata-rata arus di Perairan
Raja Ampat sekitar 0,11 m/det (Tabel 3-2). Nilai kecepatan arus permukaan
yang lemah ini diduga karena pengukurannya hanya dilakukan pada saat air
laut duduk surut atau duduk pasang, sedangkan arus diperkirakan kencang
pada saat duduk tengah pasang atau duduk tengah surut. Daerah-daerah
yang diperkirakan mempunyai arus pasang surut yang deras antara lain
Selat Mansuar, Selat Kabui, dan Selat Sagawin.
5). Kecerahan
6). Gelombang
Selain ikan, hasil tangkapan lainnya adalah udang, cumi-cumi, cacing laut,
kerang serta siput. Udang yang umumnya tertangkap adalah jenis lobster
(Panulirus sp) yang banyak terdapat di daerah Waigeo Barat, Kofiau, Misool,
dan Misool Timur Selatan; dan udang halus (Ebi) yang banyak ditangkap di
daerah Teluk Mayalibit sekitar Kampung Beo dan Araway. Sementara, untuk
cumi-cumi banyak terdapat di daerah Waigeo Selatan dan Misool. Ada 2
Untuk Jenis kerang dan siput yang dimanfaatkan oleh nelayan lokal selain
kerang mutiara adalah bia garu, pia-pia, batu laga, kepala kambing dan
mata tujuh. Kerang dan siput merupakan komoditi perikanan yang
memiliki nilai ekonomis penting. Lola, batu laga, bia garu, mata tujuh dan
lain-lain selain dagingnya yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk segar
atau beku, cangkangnya juga dapat dimanfaatkan atau dijual. Cangkang bia
garu oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kapur
yang digunakan untuk makan pinang. Sementara, Pinctado maxima atau
kerang penghasil mutiara, banyak dieksploitasi untuk diambil mutiaranya
dan juga dimakan dagingnya.
di Kepulauan Raja Ampat luar biasa dan umumnya dalam kondisi fisik yang
baik. Kepulauan Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan
sangat kaya akan berbagai jenis ikan dan moluska. Berdasarkan hasil
penelitian tercatat 537 jenis karang keras (Cl, TNC-WWF), 9 diantaranya
adalah jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% dari
jumlah karang di dunia. Tercatat juga 828 (Cl) dan 899 (TNC-WWF) jenis
ikan karang sehingga Raja Ampat diketahui mempunyai 1.104 jenis ikan
yang terdiri dari 91 famili. Diperkirakan jenis ikan karang tersebut dapat
mencapai 1.346 jenis, berdasarkan kesinambungan genetik di wilayah
Kepala Burung, sehingga menjadikan kawasan ini menjadi kawasan dengan
kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Berdasarkan Indeks Kondisi
Karang, 60% terumbu karang dalam kondisi baik dan sangat baik. Walaupun
demikian, disebagian wilayah telah terjadi pengrusakan terumbu karang
yang disebabkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan bahan
peledak dan potasium. Di kawasan Raja Ampat juga ditemukan 699 jenis
hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri atas 530 jenis siput-siputan
(Gastropoda), 159 jenis kekerangan (bivalva), 2 jenis Scaphopoda, 5 jenis
cumi-cumian (Cephalopoda), dan 3 jenis Chiton.
Secara umum vegetasi dari padang lamun yang terdapat di Raja Ampat
merupakan tipe campuran dengan kombinasi dari beberapa jenis lamun
yang tumbuh di daerah pasang surut mulai dari pinggir pantai sampai ke
tubir. Jenis lamun yang tumbuh antara lain jenis Enholus acoroides,
Thoiossio hemprichii, Holophilo ovolis, Cymodoceo rotundoto, dan
Syringodium isoetifoiium.
Kondisi padang lamun yang masih baik akan sangat mendukung bagi
kehidupan berbagai biota dengan membentuk rantai makanan yang
kompleks. Sejumlah biota yang dijumpai pada ekosistem ini antara lain
adalah invertebrata: moluska (kerang kampak - Pinna bicolor, siput laba-
laba - Lombis lombis, Cone - Conus sp., siput zaitun - Olive sp,, miteer -
Vexillum sp., Polute - Cymbiolo sp., kerang mutiara - Pinctodo sp., kewuk -
Cypreo sp. dan Conch - Strombus sp.), Echinodermata (Teripang -
Holothurio, Bulu babi - Diodemo sp.) dan bintang laut (Achontoster ploncii,
Linckio sp.) serta Crustacea (udang dan kepiting). Bahkan beberapa jenis
penyu sering kali mencari makanan pada ekosistem padang lamun.
Untuk lokasi obyek wisata laut di Waigeo Barat terletak di daerah Selpele
dan Wayag. Obyek wisata lautnya adalah aktivitas penyelaman. Lokasi
ini sangat berpotensi, karena selalu menjadi salah satu tempat utama dari
para wisatawan liveaboard. Selain itu, pulau-pulau karst yang terdapat di
Wayag juga merupakan sebuah panorama alam yang sangat menarik untuk
dinikmati.
Kemudian, lokasi wisata Pulau Wai dan Selat Dampier sangat menantang
dan mempunyai daya tarik tersendiri. Di Pulau Wai wisatawan umumnya
melakukan penyelaman untuk menikmati lokasi bangkai pesawat
thunderbolt, peninggalan PD II. Selain itu, di lokasi ini juga terkenal
dengan keberadaan manta atau ikan pari yang berukuran sangat besar dan
melimpah.
Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di atas
kawasan atol yang sangat luas. Pantai-pantai di kepulauan ini berpasir putih
dengan areal dasar laut yang luas yang menghubungkan satu pulau dengan
pulau lain. Di kepulauan ini terdapat pulau-pulau pasir yang unik,
masyarakat setempat menyebutnya zondploot, dan di atasnya tidak
terdapat tumbuhan/vegetasi. Jenis wisata yang dapat dikembangkan di
Kepulauan Ayau adalah keunikan kehidupan suku dan budaya yang berupa
penangkapan cacing laut (insonem) yang dilakukan secara bersama-sama
oleh ibu-ibu dan anak-anak, mengunjungi tempat peneluran penyu hijau,
dan wisata dayung tradisional dengan perahu karures.
Lokasi wisata Teluk Mayalibit cukup unik, karena merupakan sebuah teluk
yang cukup besar dan hampir membagi Pulau Waigeo menjadi dua bagian.
Banyak atraksi yang bisa dilihat disini, seperti cara penangkapan ikan
tradisional dan bangkai kerangka pesawat yang bisa dijadikan sebagai
tempat penyelaman.
5). Salawati
LAPORAN AKHIR
4.1. EKOLOGI
1) Ketersediaan Sumberdaya Hayati Laut
1
ANALISISI POTENSI DAN PERMASALAHAN
Sampai saat ini, nelayan lokal masih terbatas memanfaatkan ikan dan
sumberdaya ikan lainnya di wilayah pantai dan daerah teluk. Lokasi
penangkapan ikan umumnya tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Nelayan hanya melakukan kegiatan penangkapan 3 - 4 hari dalam seminggu,
dengan lama waktu kerja antara 4 -12 jam per hari. Untuk mencapai daerah
penangkapan (fishing ground) umumnya mereka menggunakan perahu
dayung dengan waktu tempuh 2-3 jam perjalanan.
Berdasarkan hasil penelitian Marine RAP dan REA yang dilakukan CI, TNC
dan WWF tahun 2001 dan 2002, tercatat sebanyak 537 species karang batu,
mewakili 76 genus dan 19 famili. Dari jumlah spesies ini terdapat 295
species yang tergolong dalam 67 genus dan 15 famili, merupakan karang
keras (scleractinia). Kondisi keanekaragaman ini diinventarisasi sampai
pada kedalaman 34 meter di lebih dari 100 lokasi survei. Hasil marine RAP
dan REA juga menggambarkan bahwa keanekaragaman terumbu karang di
Kabupaten Raja Ampat tertinggi ditemukan di areal perairan Misool, di
sebelah utara Pulau Gam, dengan jumlah spesies sebanyak 182.
Keanekaragaman terendah ditemukan di perairan Selat antara P. Gam
dengan P. Waigeo dengan jumlah species 18. Berdasarkan tipe habitatnya,
keanekaragaman hayati tertinggi ditemukan pada terumbu karang tipe
Fringing Reefs dengan jumlah rata-rata spesies yang ditemukan sebanyak 86
spesies, diikuti oleh Platform Reefs, So, dan Sheltered Reefs dengan jumlah
spesies rata-rata 67 (McKenna, dkk., 2002).
Kesepuluh lokasi yang memiliki jumlah spesies tertinggi tersaji pada Tabel
4.4.
Dilaporkan bahwa Kepulauan Batang Pele yang terdiri dari 15 pulau kecil,
memiliki keunikan formasi dan struktur terumbu. Di beberapa daerah
tertentu dapat dijumpai komunitas terumbu karang dengan prosentase
tutupan karang hidup mencapai 71%, namun sebaliknya di daerah lainnya
juga ada yang tidak dijumpai komunitas terumbu sama sekali. Dilaporkan
bahwa di daerah ini dijumpai 205 jenis karang batu (Coremap, 2001).
Berdasarkan survei marine RAP pada tahun 2001, prosentase tutupan karang
hidup tertinggi terdapat di Pulau Keruo, sebelah utara Fam, yang mencapai
53%, diikuti Teluk Saripa yang mencapai 52%. Sedangkan berdasarkan survei
REA pada tahun 2002, prosentase tutupan karang hidup tertinggi terdapat
di sebelah selatan Pulau Kawe yang mencapai 70%, diikuti sebelah utara
Djam dan sebelah barat P. Boni yang mencapai 65%.
Tabel 4.5 Jumlah Lokasi Penyebaran Famili Terumbu Karang dan Jenis
Terbanyak yang Ditemukan dari Hasil Survei Marine RAP 2001
Jumlah jenis Penyebaran Pada
No Famili Jenis Terbanyak
Yang Ditemukan Lokasi survei
1 Acroporidae 14 Acropora palifera 36
2 Pocilloporidae 6 Pocillopor verrucosa 29
3 Poritidae 6 Porites lutea 49
4 Agarichidae 1 Pavona deccusata 6
5 Fungidae 2 Fungia repanda 31
6 Oculinidae 1 Glastrea astreata 12
7 Pectinidae 3 Pectinia lactusa 21
8 Mussidae 2 Symphyllia sp. 6
9 Merulinidae 2 Merulina ampliata 30
10 Favidae 7 Echinophola lammelosa 21
11 Helioporidae 1 Helophora coerulea 15
To tal 45
Sumber : Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kab Raja Ampat, 2006
Secara umum, jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di Raja Ampat
termanfaatkan semua. Namun demikian, pengoperasian alat tangkap
jaring dengan mata jaring berukuran kecil, seperti pada alat tangkap purse
seine, wajib untuk diwaspadai.
Mengingat masih kecilnya modal yang dimiliki oleh nelayan di Raja Ampat,
armada penangkapan yang digunakan nelayan juga masih sederhana dan
bersifat tradisional. Akibatnya, lokasi penangkapan ikan praktis
terkonsentrasi di daerah perairan pantai dan teluk. Kondisi ini tentunya
akan berdampak buruk jika berlangsung terus-menerus, karena tekanan
penangkapan ikan di daerah pantai dan teluk akan semakin besar,
sementara pertumbuhan sumberdaya semakin kecil.
Penggunaan bom untuk mencari ikan, hingga saat ini masih terus
berlangsung. Nelayan-nelayan yang menggunakan bom umumnya berasal
dari luar Kabupaten Raja Ampat dan biasanya pengguna bom berasal dari
Sorong. Mereka masuk kawasan tanpa ijin dari Dinas Perikanan Kabupaten
Raja Ampat.
4.2 SOSIAL
Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2004 sebanyak 32.055
jiwa. Sesuai dengan kondisi alamnya, hampir seluruh penduduk Kabupaten
Raja Ampat menetap di tepi laut (pantai). Hanya penduduk Kampung
Kalobo, Waijan, Tomolol, Waisai, dan Magey yang tinggal agak jauh ke arah
daratan.
Laju pertumbuhan penduduk Raja Ampat dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2006, adalah 18,55% sehingga laju pertumbuhan rata-rata per tahun
adalah 3,09%. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi di Distrik Waigeo Selatan
(8,67%) sedangkan terendah terjadi di Distrik Kepulauan Ayau (0,10%). Laju
pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun untuk tiap distrik dapat dilihat
pada Tabel 4.6.
2) Tingkat Pendidikan
Untuk wilayah yang mempunyai daratan yang tidak luas seperti Ayau,
Arborek, Mutus, dan Wejim, umumnya penduduk di sana bermata
pencaharian sebagai nelayan sedangkan untuk daerah yang mempunyai
daratan yang luas ada yang memang mayoritas petani seperti Kabare dan
Bonsayor, namun paling banyak adalah yang bermatapencaharian ganda
yaitu sebagai petani dan nelayan, yang dilakukan berdasarkan musim yang
berlangsung. Pada saat musim angin selatan mereka bertani dan di luar
musim itu mereka melaut untuk mencari ikan.
4.3 EKONOMI
Bila ditinjau dari teknologi yang digunakan, alat tangkap yang dioperasikan
oleh nelayan di Raja Ampat masih sederhana. Jenis alat tangkap yang
dioperasikan di perairan Raja Ampat sebanyak 14 jenis alat tangkap. Alat
tangkap pancing dasar dan tonda merupakan jenis alat tangkap yang
dominan terdapat di Raja Ampat dan jenis tersebut juga tersebar hampir di
setiap distrik.
Selain nelayan lokal, banyak nelayan dari luar Raja Ampat yang beroperasi
di Perairan Kabupaten Raja Ampat. Usaha penangkapan ikan dilakukan
baik oleh perorangan maupun perusahaaan yang menggunakan berbagai
jenis alat tangkap seperti pancing (hand line), huhate (pole and line),
jaring insang (gill net), bagan (lift net), mini purse seine, dan trammel net.
Hasil tangkapan huhate (pole and line) adalah ikan cakalang dan tuna.
Alat ini biasanya digunakan pada kapal-kapal cakalang. Sementara, target
tangkapan mini purse seine di Raja Ampat adalah ikan-ikan pelagis yang
suka bergerombol seperti ikan cakalang, layang dan kembung. Sedangkan
alat tangkap trammel net digunakan untuk menangkap udang dan ikan
dasar.
Tabel 4.8 Sebaran jenis Alat Tangkap Berdasarkan Distrik Tahun 2006
Pancing Rawai Jaring Tramel Senapan Tali
No Distrik Bagan Sero Huhate Tango Kalawai
Tonda Dasar Dasar Insang Hiu Lingkar Net Molo Accu
1 Waigeo Selatan 75 140 10 10 - 2
35 - 5 2 - √ √ √
2 Waigeo Barat 10 55 4 5 - -
15 - 2 - - √ √ √
3 Waigeo Timur 15 58 - 3 - -- - - - - √ √ √
4 Waigeo Utara 50 23 - 3 - -- - - - - √ √ √
5 Kep. Ayau 5 105 - 7 3 -- - - - - √ √ √
6 Kofiau 25 84 5 3 10 -- - - - - √ √ √
7 Samate 20 69 5 25 2 28
- 28 3 3 - √ √ √
8 Teluk Mayalibit - 81 - 5 - -- - - - √ √ √ √
9 Misool 65 150 1 3 10 1
63 - 6 - - √ √ √
10 Misool Timur 5 60 2 49 5 -
40 - 3 - - √ √ √
Selatan
Jumlah 270 825 27 113 30 3 181 28 19 5 - - - -
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Raja Ampat (2005) dalam Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kab Raja Ampat (2006)
Perahu tanpa motor yang digunakan nelayan lokal pada umumnya adalah
perahu yang menggunakan semong dengan ukuran 3 - 7 m. Armada ini
merupakan pilihan utama masyarakat Kabupaten Raja Ampat karena tidak
membutuhkan bahan bakar minyak. Adapun perahu yang menggunakan
mesin katinting dan motor tempel ukurannya lebih panjang dari 7 m. Kapal
motor dengan ukuran di atas 10 GT banyak digunakan oleh para nelayan
dari luar Raja Ampat.
Bila ditinjau dari jenis alat tangkap yang digunakan, dimana mayoritasnya
adalah pancing, maka secara umum alat tangkap yang dioperasikan nelayan
di Raja Ampat dapat dikategorikan ramah terhadap lingkungan. Alat
tangkap gillnet dan trammel net juga relatif baik karena juga tidak merusak
ekosistem sekitarnya dan sumberdaya ikan yang ditangkap. Khusus untuk
mini purse seine, karena mata jaringnya yang kecil maka pengoperasian
yang besar-besaran dengan alat bantu penangkapan seperti lampu atau
rumpon akan membahayakan kelestarian sumberdaya ikan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4). Pariwisata
Jenis potensi pariwisata bahari yang utama di wilayah gugus pulau kecil
Raja Ampat adalah wisata panorama alam, seperti pasir putih, gua, beting-
beting karang, serta wisata diving. Daerah pengembangan pariwisata adalah
di Pulau Kofiau, Misool, Waigeo Selatan dan Barat, serta Kepulauan Ayau.
Namun demikian sejak tahun 1995 hingga sekarang baru terdapat 1 lokasi
yang dikelola oleh PT Papua Diving, khusus untuk wisata bahari dan wisata
alam, yaitu di wilayah Distrik Waigeo Selatan, Waigeo Barat dan Teluk
5). Pertambangan
4.4 KELEMBAGAAN
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Coremap dan Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat (2005), dilaporkan bahwa:
• Biaya yang dikeluarkan setiap pergi melaut dengan 2 (satu) orang
nelayan (kebutuhan termasuk ; BBM, rokok, kopi dan nasi) ukuran
perahu kecil sebesar Rp. 25.000,- sampai Rp. 35.000,-
• Rata-rata pendapatan sebesar Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,-
per bulan
• Faktor yang menghambat mereka mendapatkan ikan yang lebih
banyak selain faktor cuaca adalah jenis alat tangkap dan perahu
yang kecil serta terjadinya degradasi sumberdaya ikan yang diduga
akibat adanya kegiatan penangkapan ikan yang merusak seperti
dengan menggunakan bom.
a. Strata Sosial
Sebagai contoh: marga yang ada dalam Kampung Friwen hanya satu yakni
Wawiyai, ini menandakan bahwa penduduk yang ada masih satu garis
keturunan. Pola kekerabatan masih sangat kental sehingga garis keturunan
tidak menjadi mencolok, strata lebih pada tingkat keberanian, kecerdasan
dan pendidikan, sehingga lahir jadi tokoh. Sementara, marga yang ada
dalam Kampung Saonek sudah beragam, karena penduduk berasal dari
berbagai daerah yang kemudian menetap, sehingga strata sosialnya lebih
banyak ditentukan oleh nilai kekayaan, garis keturunan dan posisinya dalam
institusi sosial dan pemerintahan.
b. Mobilitas
Kabupaten Raja Ampat. Meskipun kondisi jarak yang jauh, tetapi sarana
transportasi seperti kapal-kapal perintis sudah cukup tersedia. Kunjungan
keluar kabupaten seperti ke Sorong cukup sering dilakukan oleh masyarakat
Kampung Saonek, baik untuk keperluan belanja kebutuhan pokok, menemui
kerabat atau anak-anak yang melanjutkan pendidikan maupun karena
urusan dinas dari pegawai-pegawai instansi setempat. Namun, untuk
kegiatan melautnya, mobilitasnya masih dikategorikan rendah, walaupun
sebagian nelayan telah menggunakan kapal johnson (motor tempel) dan
katinting, tetapi mereka belum menjangkau daerah penangkapan yang lebih
jauh.
c. Kegiatan Sosial
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.1 Kegiatan, dampak dan lokasi terumbu karang yang terkena
dampak di Raja Ampat
No. Kegiatan Dampak Lokasi
1 Penangkapan ikan karang • Mematikan ikan tanpa Waigeo, Kofiau,
dengan menggunakan diskriminasi, karang Bantata, Salawati,
bahan peledak dan racun dan biota invertebrata Misool, dan
yang tidak Kepulauan Ayau.
bercangkang
(anemon)
• Mengakibatkan ikan
pingsan, mematikan
karang dan biota
invertebrata.
Isu pokok lainnya yang juga akan merusak ekosistem terumbu karang adalah
penambangan dan pengambilan karang. Aktivitas ini merupakan kegiatan
merusak terumbu karang yang banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir
pada umumnya. Penyebab utama penambangan karang adalah tidak
tersedianya bahan bangunan, terutama batu pada suatu daerah, sehingga
alternatif termudah adalah mengambil dari terumbu karang. Dengan
aktivitas ini, habitat karang akan menjadi rusak, terlebih bila tingkat
pemanfaatannya semakin bertambah besar dan luas, tentu akan
menyebabkan hilangnya suatu kawasan ekosistem terumbu karang.
Dengan visi tersebut, kemudian disusun misi yang akan diemban, yakni:
dalam bentuk Deklarasi Tomolol pada Desember 2003. Adapun isi Deklarasi
Tomolol tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 5.2 Hasil analisis Matriks SWOT untuk pengelolaan terumbu karang di
Kabupaten Raja Ampat
STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)
Memiliki keanekaragaman Belum tersedianya informasi
Faktor hayati terumbu karang yang tentang daya dukung terumbu
Internal tinggi. karang yang optimal.
Kondisi fisik perairan yang Keterbatasan informasi
strategis dan cukup terlindung teknologi yang efektif dan
Kondisi komunitas karang yg ramah lingkungan.
masih “sangat baik”. Keterbatasan SDM
Memiliki kawasan konservasi profesional untuk mengelola
laut. KKLD.
Pengaruh sedimen dan Kemampuan keuangan
Faktor pencemaran masih relatif kecil, daerah terbatas
Eksternal Adanya dukungan penuh dari Keterbatasan fasilitas
Pemda. infrastruktur
Masyarakat yang partisipatif. Belum ada model formal untuk
pembangunan berciri ekologi
khusus.
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Terumbu karang Penguatan Kawasan Melakukan rehabilitasi dan
Raja Ampat telah Konservasi Laut Daerah (KKLD) pengaturan kegiatan
lama dikenal dunia Meningkatkan partisipasi dan pemanfaatan ikan di
internasional akuntabilitas masyarakat, kawasan ekosistem terumbu
Jumlah wisatawan swasta, dan pemerintah dalam karang dan sekitarnya.
asing cenderung pengelolaan terumbu karang Meningkatkan koordinasi
meningkat dalam pengelolaan kawasan
Arah pengembangan terumbu karang.
wisata dunia yang Mengembangkan fasilitas
berorientasi pada infrastruktur terpadu yang
pelestarian menunjang pengelolaan
lingkungan terumbu karang
Dukungan industri Meningkatkan kerjasama
pariwisata dalam penyiapan tenaga kerja
Hadirnya NGO profesional untuk mengelola
mancanegara yang KKLD
turut berpartisipasi
dalam pengelolaan
terumbu karang
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Kegiatan destructive Penguatan sistem monitoring, Pemberdayaan masyarakat
fishing dan illegal controlling dan surveillance pesisir.
logging. (MCS) berbasis masyarakat Reposisi mata pencaharian
Pembangunan Penegakan hukum secara masyarakat pesisir.
wilayah pesisir yang terpadu Pengembangan teknologi
tidak terencana. Penataan zonasi wilayah pesisir pemanfaatan sumberdaya
Kerentanan dan laut hayati laut yang efektif, efisien
masyarakat terhadap Pemantapan kesadaran dan ramah lingkungan.
pengaruh yang masyarakat tentang Penyerasian koordinasi antar
menjanjikan nilai pentingnya terumbu karang sektor dalam merencanakan
ekonomi lebih tinggi bagi kehidupan pembangunan wilayah pesisir
walaupun sesaat. Penguatan regulasi daerah dan laut.
Timbulnya konflik yang berkenaan dengan
kepentingan pengelolaan terumbu karang
pemanfaatan
kawasan pesisir
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.1 Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Pengelolaan Terumbu Karang di
Kabupaten Raja Ampat
2. Sosialisasi
peraturan-peraturan
yang berkenaan
dengan pengelolaan
terumbu karang
hingga ke tingkat
desa
3. Menyediakan
bantuan hukum
untuk mendukung
masyarakat pesisir
membuat dan
mengesahkan
peraturan tingkat
desa (Perdes)
berkenaan dengan
pengelolaan
terumbu karang
oleh masyarakat
3 Rehabilitasi
kawasan-kawasan
ekosistem terumbu
karang yang rusak
4 Pembangunan
infrastruktur
pendukung kegiatan
konservasi
5 Penyusunan
peraturan daerah
mengenai tata
pemanfaatan
sumberdaya ikan di
dan sekitar kawasan
ekosistem terumbu
karang
3. Bekerjasama
dengan institusi
hukum di daerah
guna mengefektif-
kan dan mengefi-
sienkan proses
hukum
4. Fasilitasi bimbingan
teknis yang
diperlukan dalam
upaya partisipasi
kegiatan MCS
5. Menjalin dan
memelihara jaringan
kerjasama dengan
institusi pengawas
lainnya
3. Pengembangan
daerah percontohan
kawasan pesisir dan
laut terpadu
4. Pemberian materi
tentang terumbu
karang terhadap
siswa-siswi mulai
tingkat SD hingga
SMA
5. Pemberian
beasiswa terhadap
putra daerah yang
yang melakukan
kajian atau
penelitian tentang
ekosistem terumbu
karang
4. Peningkatan
ketrampilan
2. Pengembangan
kerjasama
kemitraan dengan
industri pariwisata
3. Pengembangan
usaha alternatif
untuk masyarakat
pesisir
4. Bimbingan teknis
pengembangan
produk bernilai
tambah dan jasa
yang sinergis
diperlukan dalam
pengelolaan
terumbu karang
3. Bimbingan teknis
operasional dan
perawatan teknologi
pemanfaatan
sumberdaya hayati
laut yang tepat
guna dan ramah
lingkungan
Tabel 6.2 Rencana Pelaksanaan Program Pengelolaan Terumbu Karang di Kabupaten Raja Ampat
Tahun ke
No Kebijakan Strategi Program Kerja
1 2 3 4 5
Penyusunan master plan (rencana induk) wilayah pesisir dan laut
X
Penataan zonasi wilayah pesisir
Penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) pesisir dan laut
dan laut X
Mengembangkan fasilitas Membangun dan memperbaiki fasilitas infrastruktur primer yang menunjang
pengelolaan terumbu karang X X
infrastruktur terpadu yang
Optimalisasi menunjang pengelolaan terumbu Menciptakan iklim yang kondusif untuk pihak swasta dalam membangun
pengelolaan karang. infrastruktur sekunder (yang bersifat komersial) X X X X
1 terumbu
karang Berkoordinasi dengan sektor kehutanan untuk menjamin pemanfaatan hutan
secara lestari X X X X X
Meningkatkan koordinasi dalam
pengelolaan kawasan terumbu Berkoordinasi dengan sektor pertambangan untuk mengendalikan limbah
dan kegiatan pertambangan liar X X X X X
karang.
Berkoordinasi dengan sektor perhubungan untuk menyediakan sarana
transportasi yang aman dan nyaman X X X X X
Tahun ke
No Kebijakan Strategi Program Kerja
1 2 3 4 5
Identifikasi dan Inventarisasi ekosistem terumbu karang X X
Penguatan kawasan konservasi
Penetapan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) X X X
laut daerah (KKLD)
Penyusunan management plan KKLD
X
Identifikasi lokasi rehabilitasi ekosistem terumbu karang X X
Melakukan rehabilitasi dan Pelatihan teknis rehabilitasi dan pemeliharaan ekosistem terumbu karang X X X
pengaturan kegiatan
pemanfaatan ikan di kawasan Rehabilitasi kawasan-kawasan ekosistem terumbu karang yang rusak X X X X
ekosistem terumbu karang dan Pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan konservasi X X X X
sekitarnya Penyusunan peraturan daerah mengenai tata pemanfaatan sumberdaya ikan
di dan sekitar kawasan ekosistem terumbu karang X
Penetapan sanksi hukum dan sanksi sosial yang tegas bagi orang yang
X
Perlindungan merusak ekosistem terumbu karang
dan Penegakan hukum secara Penyusunan sistem keamanan lingkungan berbasis masyarakat yang efektif
X X
rehabilitasi terpadu di kawasan ekosistem terumbu karang
2 ekosistem Bekerjasama dengan institusi hukum di daerah guna mengefektifkan dan
terumbu mengefisienkan proses hukum X
karang
Penyiapan perangkat dan tata laksana pengawasan X
Pengadaan sarana dan prasarana pengawasan X X X X
Penguatan sistem monitoring, Pengembangan kelembagaan sistem MCS berbasis masyarakat X
controlling dan surveillance
(MCS) berbasis masyarakat Fasilitasi bimbingan teknis yang diperlukan dalam upaya partisipasi kegiatan
X X X X
MCS
Menjalin dan memelihara jaringan kerjasama dengan institusi pengawas
lainnya X X X X X
Tahun ke
No Kebijakan Strategi Program Kerja
1 2 3 4 5
Pengembangan sistem komunikasi dan informasi tentang pentingnya
terumbu karang bagi kehidupan X X
Meningkatkan kerjasama dalam Menjalin dan memelihara jaringan kerjasama dengan institusi nasional dan
penyiapan tenaga kerja internasional yang berkompeten untuk pendidikan dan pelatihan konservasi
X X X X X
profesional untuk mengelola ekosistem terumbu karang
KKLD
LAPORAN AKHIR
Coremap dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat. 2005.
Atlas Sumberdoyo Pesisir dan Lout Kepulauon Raja Ampot (Distrik
Woigeo Borot dan Woigeo Seioton). Kerja Sama Antara Coremap tahap
II, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat dengan PT.
Edecon Prima Mandiri. 2005. Raja Ampat.
McKenna, S.A., G.R. Alien, and S. Suryadi (eds). 2002. A Marine Rapid
Assessment of the Raja Ampot Islands, Papua Province, Indonesia. RAP
Bulletin of Biological Assessment 22. Conservation International,
Washington DC.
TNC and WWF. 2003. Report on o Rapid Ecological Assessment of the Raja
Ampat Islands, Papua, Eastern Indonesia, held October 30 - November
22, 2002.
LAPORAN AKHIR
Coremap dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat. 2005.
Atlas Sumberdoyo Pesisir dan Lout Kepulauon Raja Ampot (Distrik
Woigeo Borot dan Woigeo Seioton). Kerja Sama Antara Coremap tahap
II, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat dengan PT.
Edecon Prima Mandiri. 2005. Raja Ampat.
McKenna, S.A., G.R. Alien, and S. Suryadi (eds). 2002. A Marine Rapid
Assessment of the Raja Ampot Islands, Papua Province, Indonesia. RAP
Bulletin of Biological Assessment 22. Conservation International,
Washington DC.
TNC and WWF. 2003. Report on o Rapid Ecological Assessment of the Raja
Ampat Islands, Papua, Eastern Indonesia, held October 30 - November
22, 2002.
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 1 - 1
Lampiran 2.
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 1
Peserta yang Hadir pada saat Penyampaian Presentasi Laporan Pendahuluan
Kegiatan Penyusunan Rentra Pengelolaan Terumbu Karang Raja Ampat
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 2
Peserta yang Hadir pada saat Penyampaian Presentasi Laporan Pendahuluan
Kegiatan Penyusunan Rentra Pengelolaan Terumbu Karang Raja Ampat
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 3
Setelah Seminar Laporan Pendahuluan langsung diadakan
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 4
Pembukaan Presentasi Draft Laporan Akhir Kegiatan Penyusunan Rencana
Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Raja Ampat
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 5
Presentasi Draft Laporan Akhir Kegiatan Penyusunan Rencana Strategi
Pengelolaan Terumbu Karang Raja Ampat
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 6
Suasana Diskusi Presentasi Draft Laporan Akhir Kegiatan Penyusunan
Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Raja Ampat
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 7
Suasana Diskusi Presentasi Draft Laporan Akhir Kegiatan Penyusunan
Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Raja Ampat
Penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Raja Ampat Lampiran 2 - 8