You are on page 1of 2

Akar berambut adalah anak akar yang berupa akar kecil berbentuk seperti rambut halus.

Sedangkan
yang dimaksud dengan kultur akar berambut adalah suatu metode budidaya akar berambut secara in
vitro dengan kondisi yang terkendali dan aseptis. 
Kultur akar merupakan kultur jaringan akar yang hidup dan berdiferensiasi secara terorganisir
membentuk biomasa akar tanpa kehadiran tipe organ lain dari tanaman seperti batang, tunas atau
daun secara in vitro (Payne et al. 1992). Akar yang dikulturkan dapat berupa akar normal atau akar
transgenik hasil transformasi genetik. Kultur akar normal diperoleh dengan menanam ujung akar
tanaman atau kecambah secara in vitro dalam media yang mengandung zat pengatur tumbuh
tanaman. Sedangkan kultur akar transgenik diperoleh dengan menanam akar rambut (hairy root)
yang dihasilkan dari transformasi genetik dengan bantuan Agrobacterium rhizogenes

Kegunaan
Kultur akar berambut merupakan kultur organ pada teknik kultur jaringan tanaman yang utamanya
digunakan untuk memproduksi metabolit sekunder.
Kaitan Kultur Akar Berambut dengan Metabolit Sekunder
Kultur akar berambut yang telah dilakukan yaitu kultur dari akar yang merupakan hasil transformasi
sel tanaman dengan Agrobacterium rhizogenes. Agrobacterium merupakan bakteri tanah yang
mempunyai kemampuan untuk mentransfer T-DNA dari plasmid yang dikenal dengan Ri plasmid
(root inducing plasmid) ke dalam sel tanaman melalui pelukaan (Nilson & Olsson, 1997).

Prosesnya adalah sebagai berikut, T-DNA akan terintegrasi pada kromosom tanaman dan akan
mengekspresikan gen-gen untuk mensintesis senyawa opine, di samping itu T-DNA juga
mengandung onkogen yaitu gen-gen yang berperan untuk menyandi hormon pertumbuhan auksin
dan sitokinin. Ekspresi onkogen pada plasmid Ri mencirikan pembentukan akar adventif secara
besar-besaran pada tempat yang diinfeksi dan dikenal dengan ‘hairy root’ (Nilson & Olsson, 1997).

Penyerangan terhadap akar oleh bakteri Agrobacterium rhizogenes yang menyebabkan tumbuhnya
akar berambut secara cepat pada eksplan. akan
dapat menghasilkan metabolit sekunder.

Kultur akar rambut tersebut telah digunakan untuk mempelajari keberadaan senyawa bioaktif
seperti ribosome inactivating protein (RIP) atau senyawa bioaktif lainnya (alkaloida, flavonoida,
poliaetilena dan fitoaleksin) (Toppi et al. 1996; Savary & Flores 1994). Akar rambut dari L.
cylindrical dilaporkan memproduksi RIP yang diberi nama luffin dengan kuantitas dan aktivitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang diproduksi oleh bagian tanaman lainnya (Toppi et al.
1996).

Aplikasi Kultur Akar Berambut


Teknik ini merupakan suatu pilihan kultur organ yang digunakan ketika metabolit sekunder tidak
dapat dihasilkan oleh sel. Metabolit sekunder umumnya muncul saat sel telah terdiferensiasi.

Metode
1. Pemilihan eksplan
2. Eksplan dicuci lalu disterilkan dengan sterilan, kemudian dibilas dengan air steril selanjutnya
ditumbuhkan dalam media padat yang sesuai.
3. Eksplan yang dipilih kemudian dikecambahkan dalam media padat selama waktu yang
ditentukan.
4. Inokulasi bakteri
Agrobacterium rhizogenes strain LBA9457 ditumbuhkan dalam media yeast manitol broth (YMB)
padat yang tersusun dari yeast extract (0,4 g/l), manitol (10 g/l), NaCl (0,1 g/l), MgSO4.7H2O (0,2
g/l), KH2PO4 (0,5 g/l), dan agar-agar (7 g/l) sebagai bahan pemadat. Induksi pembentukan akar
rambut dilakukan dengan cara menusukkan jarum preparat yang telah dicelupkan ke koloni bakteri
umur 3 hari ke bagian hipokotil dari eksplan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kultur akar berambut antara lain:
1. Galur Agrobacterium rhizogenes
2. spesies tanaman
3. sumber eksplan dan
4. komposisi medium
Keempatnya berpengaruh terhadap inisiasi, pertumbuhan, perkembangan dan vigor akar rambut

Keuntungan Kultur Akar Berambut:


1. Hasilnya yang relatif seragam
2. Memiliki kestabilan genetik yang tinggi.
3. Mudah dilakukan elisitasi untuk peningkatan jumlah produksi metabolit sekunder.
4. Kapasitas metabolit sekunder lebih besar daripada tanaman asal.
5. Merupakan metode yang ideal untuk mempelajari kandungan senyawa aktif yang diproduksi
tanaman karena akar rambut dapat melakukan sintesis senyawa aktif yang diinginkan dan
dapat tumbuh stabil dalam media in vitro 
6. Prosesnya yang relatif mudah yaitu penggunaan media untuk tumbuh tidak memerlukan
penambahan zat pengatur tumbuh. 
7. Mudah untuk memanipulasi berbagai faktor dalam kultur jaringan yang digunakan dengan
tujuan untuk meningkatkan produksi biomasa atau senyawa aktif yang diinginkan.
Manipulasi yang dapat dilakukan antara lain seleksi galur akar rambut yang produktif,
optimasi kondisi media kultur dan induksi produksi senyawa aktif dengan perlakuan elisitasi
(Fu 1999).
8. Kultur akar ini bisa di regenerasi. sedangkan pada kultur sel, viabilitas sel dapat hilang
dengan beberapa kali subkultur.

Kerugian Kultur Akar Berambut:


1. Pembentukan akar berambut tidaklah mudah karena keberhasilan transformasinya rendah.
2. Tidak semua yang dihasilkan oleh kultur akar berambut adalah metabolit sekunder yang kita
inginkan, sehingga hasil metabolit sekunder dari kultur akar berambut tidak dapat
dipastikan.
3. Rendahnya tingkat keberhasilan transformasi eksplan dengan Agrobacterium rhizogenes
dan pertumbuhannya yang lambat
4. Sulitnya scaling-up dengan rancang bangun bioreaktor.
Untuk meningkatkan produktivitas kultur akar berambut ini dapat dilakukan salah satunya
adalah dengan cara elisitasi menggunakan elisitor pada sel tumbuhan dengan tujuan untuk
menginduksi dan meningkatkan pembentukan metabolit sekunder.

You might also like