You are on page 1of 14

RANGKUMAN KULIAH LOW BACK PAIN

Modul Saraf Jiwa

Disusun Oleh
Dwi Endraningtias

108103000025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
Nyeri Punggung Bawah (NPB)
Prevalensi terjadinya di beberapa negara:

 USA : 15-20%

 Indonesia : 14-18%

 POKDI NYERI PERDOSSI (2002) : 18 %

Penyebab NPB:
DIAGNOSIS TRIAGE (RCGP 1996, A Joint Clinical Practice Guideline from the ACP and
APS 2007):

1. NPB non spesifik (sederhana) → 85%


2. Nyeri akar saraf
3. Kelainan patologi spinal yang serius → 4 %

1. NPB Sederhana

Biasanya terjadi pada umur 20-55 tahun. Keadaan umum pasien baik. Terdapat nyeri
pada daerah paha, pantat dan lumbosakral à di atas lutut. Terdapat juga nyeri mekanik. NPB
sederhana tidak perlu dirujuk ke spesialis.
2. Nyeri Akar Saraf

Terdapat nyeri tungkai unilateral yang lebih berat daripada NPB sederhana. Menyebar ke
tungkai bawah atau ibu jari kaki. Biasanya disertai kesemutan (+), Lasegue (SLR) tes (+), serta
ada tanda penekanan akar saraf yang terlokalisir. Nyeri akar saraf umumnya belum perlu dirujuk
ke spesialis saraf dalam 4 minggu pertama.

Gejala dan tanda yang menunjukkan adanya kelainan spinal yang serius: fraktur, kanker,
infeksi, dan sindrom kauda.

3. Kelainan patologi spinal yang serius

Awitan pada umur < 20 tahun atau > 55 tahun. Terdapat penurunan BB yang tidak dapat
diterangkan. Mempunyai riwayat penyakit dahulu Ca, HIV (+) dan R/ Steroid. Ada kelainan
neurologic, deformitas structural, gangguan miksi, gangguan defekasi, atau gangguan seksual,
serta saddle anesthesia. Kelainan patologi spinal yang serius harus dirujuk segera ke spesialis.
Menurut De yo dan Rainville (1992), untuk pemeriksaan NPB + nyeri tungkai:

- Tes Lasegue (SLR)

- Tes kekuatan dorsofleksi otot pergelangan dan ibu jari kaki (L4-L5)

- Refleks tendon Achilles (S1)

- Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5), dan lateral (S1)

- Lasegue silang: sangat spesifik, tidak selalu (+)

à 90% HNP L4-L5 dan L5-S1 dapat dideteksi.


Pemeriksaan imaging dan diagnostik penunjang:

• Tidak rutin pada NPB non spesifik: tidak memperbaiki keluaran (outcome) daripada
pemeriksaan selektif.

• Identifikasi berbagai kelainan radiografi seringkali berkorelasi negatif dengan gejala


klinik menjadikan intervensi yang tidak perlu.

• MRI/CT bulging disc tanpa disertai penekanan saraf seringkali non spesifik sehingga
diperlukan diagnosis penunjang yang lain seperti tes neuro fisiologi.

Pemakaian radiologi yang tidak tepat:

1. Peningkatan biaya perawatan.

2. Penemuan tidak relevan → pada usia 50 tahun 67% degenerasi diskus 2/3-nya adalah
asimptomatis.
3. Efek negatifnya pada tubuh → dosis radiasi setara dengan 40 x foto toraks, dosis gonadal
pada wanita setara dengan foto toraks setiap hari selama 6 tahun.

Indikasi Foto Polos pada Penderita dengan NPB:

o Usia > 50 tahun

o Defisit motorik

o Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

o Dugaan ”ankylosing spondilitis”

o Penyalahgunaan obat dan alkohol

o Adanya riwayat kanker

o Temperatur ³ 37,8 °C (100 °F)

o Tidak ada perbaikan dalam 1 bulan

MRI

Terdapat beberapa penemuan yang serupa pada tiap individu dengan gejala asimtomatik
dengan menggunakan MRI: 

 52% memiliki tonjolan dari setidaknya satu disk

 27% memiliki tonjolan disk (protrusion)

 1% memiliki ekstrusi disk (extrusion)

 64% memiliki kelainan disk pada satu level/tingkat

 38% memiliki kelainan disk di lebih dari satu level/tingkat


Indikasi CT dan MRI:

 Tumor, infeksi, fraktur atau space-occupying lesion lain yang ditemukan pada gejala
klinis.

 Gejala dari cauda equina syndrome.

 Terdapat pertambahan berat atau progressivitas gejala neurologik.

 Gejala Sciatica > 1 bulan dan pasien tersebut cocok dan memiliki potensial untuk
menjadi kandidat dilakukannya pembedahan.

TATA LAKSANA

A. KONSERVATIF

Sebagian besar (90%) pasien membaik dalam 4-6 minggu.

A.1. Terapi Farmakologi

à Risk-benefit: EBM

- Analgesik: Aspirin, Acetaminophen, Tramadol.


- NSAID: Ibuprofen, Na. Diclofenac, Coxib.
- Kortikosteroid: kasus berat dan kontroversi à pada pemberian oral : tidak terbukti
berguna.
- Pelemas otot: eperisone, tizanidine, carisoprodol, diazepam.
- Opioid: diberikan pada kasus berat.
- Anti depresan: amitriptilin (NPB kronik).
- Analgesik ajuvan: gabapentin à radikulopati atau nyeri neuropatik.
- Ab TNF alfa: Infliximab à hasil baik (Karpinnen, 2003).
- Suntikan trigger point : kontroversi.
A.2. Terapi Non Farmakologi

à Pasien NPB akut (< 4 minggu) yang tidak membaik dgn terapi farmakologi diberikan
terapi non farmakologi

2.1. Tirah baring: < 3 hari, bila terlalu lama otot lemah, dilakukan mobilisasi bertahap.

2.2. Terapi Fisik:

- Manipulasi spinal: bermanfaat.


- Traksi pelvis: kontroversi.
- USW diatermi: tidak cukup bukti bermanfaat.
- Hot pack: bermanfaat.
- Korset lumbal: untuk pencegahan.
- Rehabilitasi interdisiplin intensif.

- Latihan: ringan tanpa stres (NPB kronik).

- TENS: tidak terbukti berguna.

- Akupunktur: kontroversi à berguna.

- Penyuluhan pasien: back school.

- Intervensi Psikologis: Cognitive Behavioral Th/

B. PEMBEDAHAN

Bertujuan untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf. Tidak dapat mengembalikan
kekuatan otot tetapi mencegah supaya otot tidak lemah. Lebih berguna untuk nyeri tungkai (>
90%) daripada nyeri punggung.

à Indikasi yang ketat agar tidak terjadi Failed Back Syndrome


Indikasi:

 Setelah dirawat konsevatif 1 bulan tidak ada kemajuan.

 Iskhialgia berat sehingga pasien tidak mampu menahannya.

 Sindroma kauda equine.

 Kelemahan otot tungkai bawah yang progresif.

Pada Diskusi Panel American Pain Society 27th Annual Scientific Meeting di Florida, 8 Mei
2008:

• HNP (diskektomi) à hasil baik jangka pendek (3-6) bulan setelah itu hasilnya hampir
sama dengan terapi konservatif.

• Stenosis kanal: hasilnya lebih baik hanya dalam 2 tahun pertama.

• NPB non spesifik terapi pembedahan tidak lebih baik daripada terapi konservatif.

UPAYA PENCEGAHAN

Menjelaskan pada pasien tentang penyakit yang diderita. Back school yang memberi
penyuluhan tentang cara-cara menghindari NPB pada kelompok pekerja yang beresiko tinggi
terjadinya NPB, misalnya pekerja pabrik mobil.

A. Pencegahan NPB

1) Pencegahan adalah tindakan terpenting.


2) Lakukan kegiatan sehari-hari dengan baik dan benar, karena nyeri punggung sering
terjadi akibat postur yang salah, serta akibat beban di tulang belakang.
3) Hidup santai, berolahraga teratur, mendengarkan musik, menjalankan ibadah
agamanya, membaca, berekreasi, dan menekuni hobinya.
B. Pencegahan untuk yang sedang NPB

1) Jangan mengangkat, mendorong atau menarik. Jangan membungkuk atau jongkok


terlalu lama.
2) Usahakan supaya tidak bersin, batuk ataupun mengejan.
3) Hindari naik turun tangga ataupun pekerjaan fisik yang mengeluarkan banyak
tenaga.
4) Jangan menggunakan sepatu bertumit tinggi.
5) Dianjurkan agar menggunakan korset pinggang jika rasa sakit bertambah pada sikap
duduk, berdiri dan berjalan.

C. Pencegahan kambuhnya NPB

1) Berusaha duduk dan berdiri dengan sikap yang benar.


2) Berusaha melakukan latihan secara teratur.
3) Tidur yang cukup.
4) Hidup dalam batas ketegangan yang normal.
5) Berusaha mengurangi berat badan jika kegemukan.
6) Jangan mengambil risiko jika aktivitas itu mengganggu punggung anda.

Olahraga untuk pasien nyeri pinggang: bersepeda, jogging, dan berenang.

Back Injury Risk Factors - Acute

Acute (traumatic) back injury dapat terjadi saat:

a. terjatuh, terpeleset;
b. auto accidents;
c. gaya hidup menetap (dengan mengangkat sesekali);
d. beban yang terlalu banyak dan/atau berat;
e. teknik mengangkat yang tidak benar.
Back Injury Risk Factors - Chronic

Chronic back injury merupakan hasil dari postur tubuh yang salah atau teknik
mengangkat yang tidak sesuai dengan mengangkat berulang-ulang.

Kebugaran fisik secara keseluruhan dapat mempengaruhi kesehatan tulang belakang.

You might also like