Professional Documents
Culture Documents
Buntut dari penelitian tersebut, menteri kesehatan dituntut oleh konsumen bernama
David Tobing yang meminta susu yang tercemar tersebut diumumkan. Gugatan David
Tobing menang di Pengadilan dan juga menang di MA. Rencananya untuk
menindaklanjuti keputusan MA, Menteri Kesehatan akan memberikan penjelasan
pada Kamis ini (10/2/2011).
Pada manusia yang memiliki daya tahan tubuh kurang baik, infeksi Enterobacter
Sakazakii dapat memicu berbagai gangguan kesehatan yang cukup serius dan bahkan
bisa menyebabkan kematian. Di antaranya meningitis, infeksi pada aliran darah dan
inflamasi atau radang di saluran pencernaan.
Meskipun demikian, dampak serius dari infeksi tersebut sangat jarang terjadi pada
manusia. Dikutip dari Dairyreporter, Kamis (10/2/2011), Center for Disease Control
and Prevention mencatat hingga tahun 2004 hanya ada 60 kasus di seluruh dunia
yang berakibat fatal.
Sebagian besar dari kasus tersebut terjadi pada bayi usia kurang dari 5 pekan,
sementara risiko paling tinggi dialami oleh bayi yang lahir prematur atau yang
memiliki berat badan rendah. Meski infeksi Enterobacter Sakazakii jarang terjadi,
risiko kematian pada yang terinfeksi cukup tinggi yakni antara 33-80 persen.
Sejak diperah dari ambing (puting) binatang, susu bisa terkontaminasi oleh berbagai
jenis bakter antara lain sebagai berikut:
1. Staphylococcus aureus
Bakteri ini merupakan pemicu utama gastroenteritis atau radang lambung dan
ditularkan oleh binatang melalui susu segar. Binatang yang mengalami mastitis atau
radang ambing akan menghasilkan susu yang terkontaminasi jika saat diperah
ambingnya tidak dicuci terlebih dahulu.
2. Streptococcus cremoris
Secara alami, bakteri ini bisa ditemukan dalam jumlah sedikit dalam susu segar
karena berfungsi menghambat bakteri patogen (merugikan) dengan cara
menghasilkan asam laktat. Namun dalam jumlah banyak, pada manusia bakteri ini
bisa memicu radang tenggorokan, radang amandel (tonsilitis) serta radang paru-paru
(pneumonia).
3. Mycobacterium spp
Salah satu bakteri yang termasuk dalam kelompok Mycobacterium adalah bakteri
penyebab tuberculosis (TBC) yakni M.tuberculosis. Namun TBC yang ditularkan oleh
susu tidak disebabkan oleh M.tuberculosis melainkan oleh M.avium yang masih satu
kerabat.
4. Pseudomonas sp
Bakteri ini biasanya hanya ditemukan dalam susu segar yang belum diolah, namun
susu pasteurisasi juga bisa tercemar akibat rekontaminasi dengan susu mentah.
Meski tidak terlalu membahayakan, bakteri ini dapat menurunkan kualitas susu
karena bersifat menguraikan protein.
Fungsi alami dari bakteri yang juga ditemukan dalam daging dan bahan makanan lain
ini adalah mempercepat pembusukan. Susu atau bahan makanan yagn
terkontaminasi baktyeri ini biasanya tampak memiliki lapisan berlendir.
5. Serratia marcescens
Meski lebih jarang dibanding Staphylococcus aureus, bakteri Serratia marcescens juga
bisa menyebabkan mastitis atau radang pada ambing binatang. Susu yang tercemar
bakteri ini biasanya berwarna merah dan bisa memicu infeksi pada saluran
pencernaan, kencing dan pernapasan.
6. Enterobacter sakazakii
Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40-80%. Sebanyak 50% pasien
yang dilaporkan menderita infeksi E. sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu
setelah diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi E. sakazakii, namun
sebesar 3 cfu/100 gram dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi.
Hal tersebut tidak sepenuhnya keliru. Banyak ahli melihat bahaya yang bisa
muncul dari susu formula bubuk. Salah satu di antaranya adalah kontaminasi
intrinsik pada susu formula.
"Susu formula yang dijual itu bukanlah produk steril. Karena susu formula
serta pabriknya itu sendiri juga bisa terkontaminasi," ujar David Clark, legal
officer dari Badan PBB untuk masalah anak-anak dan pendidikan (Unicef).
Itu sebabnya, pada World Health Assembly tahun 2005 para anggota
menyatakan, untuk memastikan adanya informasi dan pelatihan petugas
kesehatan dalam hal penyiapan, penggunaan, dan penanganan susu formula
bubuk.
"Juli 2008 Codex mengeluarkan aturan standar susu formula tidak boleh mengandung
bakteri `enterobacter sakazakii`. BPOM kemudian menetapkan pada Oktober 2008
bahwa susu formula yang beredar di Indonesia tidak boleh mengandung bakteri ini,"
kata Kustantinah dalam jumpa pers bersama Menteri Kesehatan, Menkominfo dan
perwakilan Institut Pertanian Bogor (IPB) di kantor Kementerian Kominfo, Jakarta,
Kamis.
BPOM disebut Kustantinah telah melakukan pengambilan sampel rutin terhadap susu
formula dan mulai 2008 hingga bulan Februari 2011 tidak menemukan sampel yang
mengandung bakteri "enterobacter sakazakii".
Pada Maret 2008 BPOM mengambil 96 sampel susu formula dari berbagai merek.
Pengambilan sampel juga dilakukan pada tahun 2009 sebanyak 11 sampel, 2010
sebanyak 99 sampel dan pada 2011 hingga bulan Februari sebanyak 18 sampel.
"Dari seluruh sampel itu tidak ada satupun yang mengandung `enterobacter
sakazakii`," ujarnya.
Sementara itu, terkait putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) yang memerintahkan
agar nama produsen susu formula yang mengandung bakteri, IPB belum merilis
nama-nama tersebut dengan alasan belum menerima salinan putusan dari MA.
"IPB belum menerima salinan putusan dari MA sehingga belum dapat memenuhi
permintaan ini," kata Kepala Kantor Hukum dan Organisasi Dedi Muhammad Tauhid.
IPB melakukan penelitian sejak 2003-2006 terhadap puluhan merek susu formula dan
menemukan lebih dari 20 persen sampel mengandung bakteri Enterobacter Sakazakii.
Penelitian yang diterbitkan di laman IPB pada Februari 2008 itu kemudian digugat
oleh salah seorang warga yang meminta agar IPB dan pemerintah mengumumkan
merek-merek susu tersebut.
"Kami sudah punya aturan sesuai WHO, bagaimana cara simpan, siapkan, sajikan
susu formula bayi yang baik. Ini harus diikuti sehingga terbebas dari "enterobacter
sakazakii" yang dapat akibatkan penyakit," ujar Kustantinah.