Professional Documents
Culture Documents
macam perubahan dalam rongga mulut, seperti kaitannya dengan kanker mulut dan
penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida
(CO), dan ratusan zat-zat kimia berbahaya lainnya, dapat terabsorbsi melalui jaringan
lunak rongga mulut dan mengikuti aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan
termasuk kelompok dengan indeks plak dan kalkulus serta level penyakit periodontal
yang tinggi dibandingkan bukan perokok. Hal inilah yang menyebabkan merokok
sering dikaitkan sebagai faktor sekunder atau faktor pendorong dalam menimbulkan
dan perubahan panas pada mukosa dan gingiva. Zat dalam asap rokok yang
gingiva yang sedikit pada perokok dibandingkan bukan perokok. Pada probing tidak
Nikotin yang ada didalam darah dapat merangsang ganglia simpatik untuk
pembuluh darah pada periodonsium. Hal ini dapat menyebabkan menurunya pasokan
periodonsium.1,2
Sel netrofil adalah pertahanan utama apabila terjadi respon infeksi yang
disebabkan bakteri. Kandungan nikotin pada rokok dapat menurunkan fungsi netrofil
dalam proses kemotaksis serta fagositosis sel melawan respon inflamasi. Nikotin
dalam asap rokok dapat menghalangi produksi superoxide dan hidrogen peroksida
dalam menguatkan sel netrofil terhadap respon inflamasi yang disebabkan bakteri.1,2
antibodi saliva serta netrofil pada rongga mulut perokok dengan penyakit
terlihat berkurangnya level produktifitas IgG terutama level subklas serum IgG2
saliva. Serum inilah yang memegang peran penting dalam memperkuat respon imun
actinomycetecomitans.2,4
Ada tiga tipe sel limposit yaitu: limposit T; berasal dari organ timus dan
berperan pada imunitas diperantarai sel, limposit B; berasal dari hati, limpa, dan
sumsum tulang, merupakan prekursor sel plasma dan berperan pada imunitas
humoral; dan sel natural killer (sel NK) dan sel killer (sel K) sebagai eliminator sel
cairan krevikular gingiva. Studi menunjukkan level dari TNF-α dan peningkatan IL-
1α dan IL-1β dan enzim elastase dalam cairan sulkus gingiva saat dibandingkan
antara perokok dan bukan perokok. Penelitian ini menunjukkan adanya level yang
Selain itu, ada bukti yang menunjukkan pengaruh sinergis terjadinya mediator
Nikotin dapat melekat pada permukaan akar gigi pada perokok, dan
besar dan menurunnya kemampuan sel jaringan ikat untuk mensintesa kolagen.1
lapisan jaringan yang terlindungi juga dapat dihalangi oleh konsentrasi nikotin yang
tinggi (diatas 1mg/ml) tetapi tidak dipengaruhi perbedaan konsentrasi pada level
tinggi (100ng/ml sampai 25μg/ml) dapat menjadi racun serta menghalangi proses
proliferasi jaringan fibroblas. Hal ini juga menunjukkan proliferasi sel ligamen
periodontal dan sintesis protein dapat dihambat dengan dosis yang bergantung pada
probing setelah dilakukannya perawatan bedah dan non-bedah. Berdasarkan hasil dari
perbaikan level perlekatan yang terjadi pada perokok hanya 50 sampai 70% setelah
dilakukan perawatan bedah dan non-bedah. Perbedaan antara perokok dan non-
perokok akan begitu jelas pada kedalaman probing mencapai≥5mm, dimana perokok
klinisnya diikuti perawatan skeling dan penyerutan akar gigi. Pada terapi bedah,
khususnya tindakan bedah debridement, seorang perokok berat (≥20 batang rokok per
hari) mengalami sampai 1mm kurang membaik pada tingkat perlekatan klinisnya
penyembuhan setelah perawatan mekanis pada perokok. Hal ini disebabkan adanya
mikrominosiklin hanya memberikan respon dukungan dari terapi mekanis pada bukan
perokok. Namun pada studi belakangan ini telah menyimpulkan bahwa terdapatnya
pada rongga mulut. Hal ini dapat mempengaruhi keadaan estetis dan mekanisme
periodontal dan sering dikaitkan dengan periodontitis kronis. Sekitar 40% dari kasus
berupa, adanya karakteristik gingiva fibrotik disertai kemerahan gingiva, saku yang
lebih dalam pada anterior dan lingual mandibula, dan resesi gingiva. Hal ini
rongga mulut perokok disertai dengan peningkatkan deposisi kalkulus, plak debris
dan stain tembakau. Pinborg, dkk menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
konsumsi tembakau terhadap deposisi kalkulus. Analisa selanjutnya dengan data yang
sama oleh Kowalski juga menunjukkan bahwa bukan perokok mempunyai kalkulus
apabila perokok dapat menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan optimal maka
tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik antara perokok dan bukan
perokok, menunjukkan bahwa merokok memiliki daya merusak yang cukup besar
----------000----------