You are on page 1of 3

JK Sebut Mahasiswa Makassar Banyak yang Primitif

Minggu, 01 Agustus 2010 | 09:22 WIB


Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, MAKASSAR - Eks Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla


mengaku prihatin karena masih banyak mahasiswa di Makassar, Sulawesi Selatan
yang bersikap layaknya manusia primitif.

"Saya katakan primitif, karena mahasiswa tersebut lebih banyak menggunakan


batu dan api dari pada nalar masing-masing," tuturnya di kampus Universitas
Negeri Makassar (UNM), Sabtu (31/7)

Menurutnya, sebagai orang terdidik, seharusnya mahasiswa lebih mengutamakan


logika dalam menyelesaikan berbagai persoalan.

"Yang lebih menyedihkan lagi, sebagian besar tawuran ini dikarenakan persoalan
yang sepele dan tidak perlu sampai menggunakan kekerasan," ungkapnya.

Bahkan, katanya, aksi kekerasan itu dilakukan mahasiswa kampus-kampus besar


seperti Universitas Hasanuddin, UNM, dan Universitas Muhammadiyah
Makassar.

"Sangat menyedihkan ketika melihat mahasiswa membakar kampus yang


merupakan sarana pendidikan, dan lempar-lemparan batu, apalagi mahasiswa
yang saling berkelahi hanya karena ingin mempertahankan eksistensi," imbuhnya.

Ia mengatakan, masyarakat Sulawesi Selatan dikenal dengan karakter keras,


dinamis, dan suka berterus terang.

"Karakter itulah yang harus disandingkan dengan dunia pendidikan ke arah yang
lebih positif," tuturnya.

Oleh karena itu, peran rektor sangat penting untuk bisa segera mengatasi
persoalan tersebut. "Kalau ada mahasiswa yang bertindak anarkis, hanya ada dua
pilihan, yaitu tetap kuliah dengan syarat tidak lagi melakukan aksi anarkis atau
drop out (keluar)," tandasnya.

WDA | ANTARA
Polisi Makassar Periksa Kampus yang Dibakar Mahasiswa
Senin, 21 Juni 2010 | 15:30 WIB
Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, Makassar -Kerusakan parah tiga gedung Tim Laboratorium


Forensik Cabang Makassar mendatangi kampus Universitas Negeri Makassar
(UNM), Senin (21/6). Mereka mengidentifikasi empat titik lokasi kebakaran
akibat serbuan brutal mahasiswa pada Sabtu pekan lalu.

Di tengah kesibukan polisi, sejumlah mahasiswa lalu lalang di sekitar fasilitas


kampus yang porak-poranda. Terhitung mulai hari ini hingga seminggu ke depan
kegiatan belajar diliburkan. Namun, sejumlah mahasiswa tetap datang ke kampus.

Tim labfor berjumlah enam orang mendatangi lokasi ruangan yang terbakar.
Empat titik yang dibakar adalah ruang studio, galleri lukis, baruga pementasan,
dan ruangan seni pahat. Lokasi tersebut berada di Fakultas Seni dan Desain.
Belum diketahui hasil identifikasi tim labfor.

Kepala Polsek Tamalate Ajun Komisaris Suaeb A Majid mengatakan telah


memasang garis polisi di setiap lokasi pengerusakan. "Pihak kampus kami larang
untuk mendekat. Penataan akan dilakukan setelah identifikasi selesai," ujar Suaeb.
Saat ini, kampus UNM telah dikuasai aparat kepolisian dan satuan pengamanan
kampus.

Sedikitnya 100 personel ditempatkan untuk menjaga situasi keamanan. Satpam


kampus tidak menutup rapat pintu gerbang dan tidak membiarkan mahasiswa lalu
lalang ke dalam kampus.

Pembantu Raktor Bidang Kemahasiswaan, Profesor Hamsu A Gani menyerahkan


sepenuhnya masalah di kampus tersebut ditangani oleh polisi. Pihak kampus
bersiap memberikan informasi untuk mendukung penyelidikan polisi. "Ini adalah
murni tindak kriminal. Kami serahkan kepada polisi mengusut pelaku," ujar
Hamsu.

ABDUL RAHMAN
Mahasiswa PGRI Demo Tolak Ujian Nasional
Senin, 03 Mei 2010 | 10:35 WIB
Besar Kecil Normal

TEMPO Interaktif, Kediri – Sedikitnya 50 mahasiswa Universitas Nusantara


PGRI Kediri melakukan aksi turun jalan. Mereka menolak program Ujian
Nasional yang saat ini menjadi momok setiap pelajar di Indonesia.

Dengan berjalan kaki dari kampus mereka di Jalan KH Ahmad Dahlan, mereka
menyerukan penolakan ujian nasional yang diberlakukan Kementerian Pendidikan
selama ini. Aksi long march menuju kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sejauh dua kilometer ini sempat menarik perhatian masyarakat. “Jangan biarkan
anak-anak kita depresi gara-gara ujian nasional,” kata koordinator aksi Jatmiko
dalam orasinya, Senin (3/5).

Menurut dia, ujian nasional tidak terbukti mampu mengukur kemampuan


akademis siswa dengan tepat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa cerdas
yang tak lulus ujian nasional. Padahal tiga mata pelajaran yang diujikan tidak
cukup menjadi parameter untuk menentukan maju tidaknya pendidikan seseorang.

Akibat kondisi ini, para pelajar mulai tingkat sekolah dasar hingga lanjutan sangat
terbebani untuk melewati tahapan ujian tersebut. Di sinilah kecurangan ujian
terjadi di mana-mana, baik yang dilakukan siswa dengan membeli soal ujian
maupun guru sekolah yang membantu menyelesaikan soal.

Aksi para mahasiswa ini juga diwarnai teatrikal. Sejumlah mahasiswa


memerankan guru, pelajar SD, SMP, dan SLTA yang ketakutan menghadapi ujian
nasional. Sebelum menuju kantor DPRD, mereka sempat berhenti dan
menyampaikan pernyataan sikap di bundaran Sekartaji. Saat ini mahasiswa masih
melakukan orasi di kantor DPRD untuk meminta dukungan parlemen melakukan
penolakan pada ujian nasional.

HARI TRI WASONO

You might also like