You are on page 1of 2

I.

Pendahuluan

Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri
diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca
Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam,
diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih
itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak
bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi
sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri. Idul Fitri memiliki arti kembali kepada
kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah,
berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun.
Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih.
Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya.

Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa.
Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah
makna Idul Fitri. Dosa yang paling sering dilakukan manusia adalah kesalahan terhadap
sesamanya. Seorang manusia dapat memiliki rasa permusuhan, pertikaian, dan saling
menyakiti. Idul Fitri merupakan momen penting untuk saling memaafkan, baik secara
individu maupun kelompok.

Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-bihalal. Fenomena ini adalah
fenomena yang terjadi di Tanah Air, dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun
Melayu. Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan,
dan saling memberi kasih sayang. Dalam pengertian yang lebih luas, halal-bihalal adalah
acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran. Keberadaan Lebaran adalah suatu pesta
kemenangan umat Islam yang selama bulan Ramadhan telah berhasil melawan berbagai
nafsu hewani. Dalam konteks sempit, pesta kemenangan Lebaran ini diperuntukkan bagi
umat Islam yang telah berpuasa, dan mereka yang dengan dilandasi iman.

Selain berisi ajakan untuk saling maaf-memaafkan, halal-bihalal juga dapat diartikan
sebagai hubungan antar manusia untuk saling berinteraksi melalui aktivitas yang tidak
dilarang serta mengandung sesuatu yang baik dan menyenangkan. Atau bisa dikatakan,
bahwa setiap orang dituntut untuk tidak melakukan sesuatu apa pun kecuali yang baik dan
menyenangkan. Lebih luas lagi, berhalal-bihalal, semestinya tidak semata-mata dengan
memaafkan yang biasanya hanya melalui lisan atau kartu ucapan selamat, tetapi harus diikuti
perbuatan yang baik dan menyenangkan bagi orang lain.

Upaya untuk berinteraksi melalui aktivitas yang tidak dilarang serta mengandung sesuatu
yang baik dan menyenangkan dapat diwujudkan dengan adanya kegiatan halal bihalal
mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Niaga setelah merayakan hari raya Idul Fitri, yang
diwadahi oleh suatu badan organisasi Business Society - Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu
Administrasi (BISOS-HMADM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia. Dengan diadakannya halal bihalal ini, mahasiswa diharapkan dapat saling
menghormati keberagaman adat, budaya, agama, maupun ras, juga mempererat tali
persaudaraan dengan sesame mahasiswa Ilmu Administrasi Niaga FISIP UI.

You might also like