Tumbuhan tidak mempunyai organ khusus untuk pertukaran gas
(denagn beberapa perkecualian yang tak dapat terhindarkan). Ada beberapa
alsan mengaoa tunmbhan mampu hidup tanpa alat pertukarannya. Pertama, setiap bagia dari tumbuhan memelihara akan kebuthan gas masing-masing. Pada tumbuhan terdapat sangat sedikit pengangkutan gas dari satu bagian ke bagian lainnya. Meskipun tumbuhan memiliki sistem traspor cairan yang baik, sistem ini tidak ikut dalam transpor gas. Kedua, tumbuhan tidak mengadakan permintaan besar untuk pertukaran gas. Akar , batang, dan daun bernafas dengan laju jauh lebih rendah daripada ruang bagi hewan. Ketiga, jarak gas yang harus berdifusi, meskipun dalam tumbuhan yang besar sekali, tak besar. Setiap sel dalam tumbuhan tersebut terletak sangat dekat dengan permukaannya. Sebagian sel dari suatu tumbuhan paling tidak mempunyai bagian permukaan yang bersinggungan dengan udara. Kumpulan sel-sel parenkim ynag longgar dalam daun, batang dan akar memberikan sistem ruang-ruang udara yang saling berhubungan. Gas-gas dalam udara berdifusi lebih cepat dalam air. Jadi, sekali, oksigen dan karbon dioksida dapat masuk dalam anyaman ruang hawa inter sel, gas-gas tersebut berdifusi lebih cepat.(Kimball. 1983) Sel pengiring adalah sel perenkim yang fungsinya berhubungan denga buluh tapis yaitu mengatur translokasi. (Sumardi, 1993). Untaian xilem dan floem dalam akar tidak membentuk sistem akar bersama melainkan tersususun secara berselang, akar tidak mempunyai akar tambahan yang dapat dibandingklan dengan daun dan batang. Akar tidak memiliki stoma dan cabang yang bermula dalam jaringan perisikel yang relatif matang bertentangan dengan batang, disini cabang-cabang berasal dari meristem apikal. Ruang interseluler skizogen yang muncul pada permulaan tingakatan ontogenetik sangat lazim dalam kortek akar. Pad tumbuhan tertentu seperti Graminae dan Cyperaceae, sering ada ruang interseluler lisigen disamping yang skizogen. Daalm kortek akar palmae terdapat saluran udara yang besar-besar(Fahn, 1991). PEMBAHASAN Percobaan dilakuakn untuk melihat perbedaan struktur jaringan akar tumbuhan air dan darat sehingga harus disedikan keduan akar tumbuhan tersebut. Untuk akar tumbuhan darat yang diamati adalah tumbuhan Musa paradisiaca sedangakan untuk tumbuhan air adalah Nymphaea alba Setelah dilakukan pengamtan terhadap Musa paradisiaca dapat diketahui struktur jaringan akarnya yang terdiri dari jaringan epidermis yang sangat tipis. Bagian sebelah dalam terdapat kortek yang terdiri atas sel-sel parenkimatis. Lapisan terdalam dari kortek akar terdiferensiasi menjadi endodermis yang terdiri atas selapis sel. Lapisan sel yang selapis sebelah dalam endodermis disebut perisikel yang letaknya berbatasan dengan jaringan pengangkut. Akar Musa paradisiaca menunjukan struktur banyak jari-jari xilem yang disebut poliarkh. Sel yang besar ditengah penampang merupakan metaxilem dan diikuti protoxilem yang tampak lebih kecil. Pada tumbuhan darat ruang antar sel tidak terlalu besar. Sedangkan pengamatan dibawah mikroskop, terhadap tumbuhan air Nymphaea alba mempunyai ruang antar sel yang sangat besar pada seluruh jaringan akarnya..Selain itu pada tumbuhan ini akarnya berupa akar jangkar(sulur) Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Kimball (1983) Sebagian sel dari suatu tumbuhan paling tidak mempunyai bagian permukaan yang bersinggungan dengan udara. Kumpulan sel-sel parenkim ynag longgar dalam daun, batang dan akar memberikan sistem ruang-ruang udara yang saling berhubungan. Gas-gas dalam udara berdifusi lebih cepat dalam air. Jadi, sekali, oksigen dan karbon dioksida dapat masuk dalam anyaman ruang hawa inter sel, gas-gas tersebut berdifusi lebih cepat. Lapisan terdalam dari kortek akar tumbuha air juga terdiferensiasi menjadi endodermis yang terdiri atas selapis sel. Lapisan sel yang selapis sebelah dalam endodermis disebut perisikel yang letaknya berbatasan dengan jaringan pengangkut. Diantara kortek juga terdapat jarinagn sklerenkim yang berupa braki sklereid atau sklereid bintang. Lapisan terdalam dari kortek akar terdiferensiasi menjadi endodermis yang terdiri atas selapis sel. Lapisan sel yang selapis sebelah dalam endodermis disebut perisikel yang letaknya berbatasan dengan jaringan pengangkut. Tipe jaringan pengangkut Nymphaea alba sama dengan tumbuhan Musa paradisiaca yang menunjukan struktur poliarkh yaitu denagn banyak jari-jari xilem. Sel yang besar ditengah penampang merupakan metaxilem dan diikuti protoxilem yang tampak lebih kecil(Sumardi, 1993). Ruang interseluler skizogen yang muncul pada permulaan tingakatan ontogenetik sangat lazim dalam kortek akar. Pada tumbuhan tertentu seperti Graminae dan Cyperaceae, sering ada ruang interseluler lisigen disamping yang skizogen(Fahn, 1991). Pada beberapa tumbuhan monokotil dan dikotil basah terdapat akar kontraktil, akar kontraktil pada tumbuhan berbonggol dapat menarik batang lebih dekat ke tanah, kontraksi biasanya terjadi pada bagian akar tertentu saja, pemendekan akar terutama bergantung pada perubahan bentuk sel-sel kortek terdalam(Suradinata, 1998). PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui pengaruh kadar enzim terhadap kecepatan perubahan amilum menjadi glukosa. Karena hanya dilakukan satu kali ulangan makan tidak bisa dicari reratanya. Pada perlakuan pertama dengan kadar supernatan 25% lama perubahan amilum menjadi glukosa adalah 1 jam 25 menit. Pada perlakuan kedua dengan kadar supernatant 50% lama perubahan amilum menjadi glukosa adalah 1 jam 18 menit. Untuk perlakuan ketiga dengan kadar supernatant 75% lama waktu untuk perubahan amilum menjadi glukosa adalah 1 jam 13 menit. Sedangkan untuk perlakuan terakhir dengan kadar supernatant 100% lama perubahan amilum menjadi glukosa adalah 1 jam 10 menit. pengubahan amilum menjadi glukosa ditandai denga terjadinya perubahan warna larutan dari biru pekat menjadi putih kebiruan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi enzim yang digunakan sebagai katalis dalam suatu reaksi perubahan amilum menjadi glukosa maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk merubah amilum mnjadi glukosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1995) yang mengatakan bahwa katalis terjadi hanya jika enzim dan substrat membentuk komplek sementara. Laju reaksi bergantung pada jumlah benturan yang baik antara mereka yang lalu bergntung pada konsentrasinya. Jika substrat cukup tersedia, peningkatan 2 kali konsentrasi enzim akan menyebabkan peningkatan laju reaksi dua kali lipat. Dengan penambahan lebih banyak lagi nzim , laju mulai konstan sebab substrat menjadi terbatas. Ini berarti apabila konsentrasi enzim ditambah maka reaksi akan berjalan cepat asalkan substratnya masih tersedia. Dengan enzim-enzim yang derajat kemurnianya tinggi di dalam batas-batas tertentu terdapat suatu hubungan linier antara jumlah enzim dan taraf aktivits. (Pelczar. 1986) DAFTAR PUSTAKA
UNRI. Pekanbaru. Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan edisi ke 3. UGM Press. Yogyakarta. Issirep Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. DEBDIKBUD Dirjen Dikti. Yogyakarta. Kimbal, Jhon W. 1983. Biologi. Erlanga. Jakarta
Tata S. Suradinata. 1998. Struktur Tmbuhan. Angkasa. Bandung.
Tjitrosoepomo. 1990. BotaniUmum. Angkasa Bandung. Bandung.