You are on page 1of 25

c

Ê Ê

   

Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang

ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Angka

kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan cenderung

meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Banyak diantara penyebab sindrom

mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen film air mata atau berakibat

perubahan permukaan mata yang secara sekunder menyebabkan film air mata

menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering

pada kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hiangnya sel goblet

konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi

sel, dan penamhaban keratinasi.1

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal

atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus

berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas,

merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra.2 Pada kebanyakan pasien, ciri

paling luar biasa pada pemeriksaan mata adalah tampilan yang nyata-nyata

normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau

tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukus

kental kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae

c
c
c

inferior. Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin

menebal, edema dan hiperemik.3

Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,

persentase insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang

usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensia

sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras Hispanik dan Asia

dibandingkan dengan ras kaukasius.4

Untuk itulah penulis ingin mengupas lebih dalam mengenai sindrom mata

kering, selain sebagai tugas telaah ilmiah sebagai syarat untuk menjalani kegiatan

kepanitraan senior (KKS) di departemen Mata RSMH Palembang, telaah ilmiah

ini juga diharapkan dapat digunakan pembaca untuk menambah ilmu, khususnya

mengenai sindrom mata kering.

c
c
c

Ê Ê


   

c 

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis

aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.1

Glandula lakrimalis terdiri atas struktur dibawah ini:

1.c Bagian orbita

Berbentuk kenari yang teretak didalam foss lakrimalis di segmen

temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh

kornu lateralis dari muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai

bagian ini dari kelenjar secara bedah, harus diiris kulit, muskulus

orbikuaris okuli, dan septum orbitale.1,6

2.c Bagian Palpebrae

Bagian palpebrae yang lebih kecil terletak tepat di atas segmen

temporal dari forniks konjungtivae superior. Duktus sekretorius

lakrimalis, yang bermuara kira-kira sepuluh lubang kecil,

menghubungkan bagian orbital dan palpebrae glandula lakrimalis

dengan forniks konjungtivae superior. Pembuangan bagian palpebrae

dari kelenjar memutuskan semua saluran penghubung dan dengan

demikian mencegah kelenjar itu bersekresi.1,6

c
c
c

Glandula lakrimalis aksesori (glandula Krause dan Wolfring)

terletk di dalam substansia propia di konjungtiva palpebrae.

Air mata mengalir dari lakuna lakrimalis melalui punktum

superior dan inferior dan kanalikuli ke sakus lakrimalis, yang terletak

di dalam fossa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut kebawah

dari sakus dan bermuara ke dalam meatus inferior dari rongga nasal,

lateral terhadap turbinatum inferior. Air mata diarahkan kedalam

punktum oleh isapan kapiler dan gaya berat dan berkedip. Kekuatan

gabungan dari isapan kapiler dan gaya berat berkedip. Kekuatan

gabungan dari isapan kapiler dalam kanalikuli, gaya berat dan dan

kerja memompa dari otot Horner, yang merupan perluasan muskulus

orbikularis okuli ke titik di belakang sakus lakrimalis, semua

cenderung meneruskan aliran air mata ke bawah melalui duktus

nasolakrimalis ke dalam hidung. 1,6

3.c Pembuluh Darah dan Limfe

Pasokan darah dari glandula lakrimalis bersal dari arteria lakrimalis. Vena

yang mengalir pergi dari kelenjar bergabung dengan vena oftalmika. Drenase lime

menyatu dengan pembuluh limfe konjungtiva untuk mengalir ke dalam

limfonodus pra-aurikula.1,6

4.c Persarafan

Pasokan saraf ke glandula lakrimalis adalah melalui:

a)c Nervus lakrimalis (sensoris), sebuah cabang dari divisi trigeminus.

c
c
c

b)c Nervus petrosus superfisialis magna (sekretoris), yang datang dari

nukleus salivarius superior.

c)c Nervus simpatis yang menyertai arteria lakrimalis dan nervus

lakrimalis.1,6

Gambar 1. Diambil dari AAO section 7 page 262

c
c
c

c 

1.c Apparaus Lakrimalis

Sistem apparatus lakrimalis mencakup struktur-sruktur yang terlibat dalam

produksi dan drenase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang

menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Duktulus nasolakrimais

merupakan unsur eksresi sistem ini, yang mecurahkan sekret kedalam hidung.

Cairan air mata disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata. 6

2.c Sistem Sekresi Air Mata

Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang

teretak di fossa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar yang

berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi lobus

orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, masing-masing degan

sistem saluran pembuangannya tersendiri ke dalam fornix temporal superior.

Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat dengan membalikkan palpebra

superior. Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu okeh emosi atau iritasi fisik

dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra

(epiphora). Persarafan kelenjar utama datang dari nucleus lakrimalis pons melalui

nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang maxillaris nervus

trigeminus. Denervasi adalah konsekuensi yang terjadi dari neuroma akustik dan

tumor lain di sudut cerebellopontin.6

Kelenjar lakrimal tambahan, meskipun hanya sepersepuluh dari massa

utama, mempunyai peran penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan

c
c
c

kelenjar utama namun tidak memiliki sistem saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak

di dalam konjungtiva, terutama di fornix superior. Sel goblet uniseluler, yang juga

tersebar di konjungtiva, menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin.

Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis di tepian palpebra memberi lipid

pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut

membentuk film air mata.6

Kelenjar tambahan dikenal sebagai ³pensekresi dasar´. Sekretnya cukup

untuk memelihara kornea, tanpa sekresi dari kelenjar lakrimal utama. Tetapi

hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea, meskipun banyak air mata

dari kelenjar lakrimal.1

3.c Sistem Eksresi Air Mata

Sistem sekresi air mata terdiri atas puncta, kanalikuli, sakus lakrimalis,

dan duktus nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip mulai di

lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya

ke sistem eksresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan normal, air mata

dihasilkan dengan kecepatan yang sesuai dengan jumlah yang diuapkan, dan

itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem eksresi.6 Bila memenuhi

sakus konjungtivae air mata akan memasuki puncta sebagian karena sedotan

kapiler. Dengan menutupnya mata, bagian khusus orbikularis pra-tarsal yang

mengelilingi ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan waktu,

palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fascia mengelilingi

sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan

c
c
c

negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata kedalam sakus

yang kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya

berat dan elastisitas jaringan, ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan

mirip katup dari epitel pelapis sakuscenderung menghambat aliran balik air

matadan udara. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah katup Hasner

di ujung distal duktus nasolakrimalis. Strukrur ini penting karena bila tidak

berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan darkosistitis

menahun.1

4.c Air Mata

 Lapisan air mata terdiri dari tiga lapisan:

1.c lipid atau lapisan luar. Lipid ini dapat dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar

kecil di pinggir kelopak mata yang bernama kelenjar meibom. Lipid

ini berguna untuk melicinkan permukaan mata dan mengurangi

penguapan air mata.

2.c akuos. Lapisan ini merupakan lapisan bagian tengah dari apa yang kita

sebut sebagai air mata. Lapisan ini dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar

kecil yang tersebar di konjungtiva. Air mata dihasilkan juga oleh

kelenjar air (kelenjar lakrimal). Lapisan ini berfungsi untuk

membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing atau iritan.

3.c lapisan yang paling dalam yang terdiri dari lendir yang dihasilkan oleh

sel lain di konjungtiva. Musin ini memungkinkan air mata tersebar rata

di permukaan mata dan membantu agar mata tetap basah. Tanpa

c
c
c

lapisan ini, air mata tidak akan menempel ke mata. Air mata pun terdiri

dari dua macam. Air mata yang menjadi pelumas dan air mata yang

menjadi pelumas mata dihasilkan terus sepanjang hari. Air mata

diproduksi berlebihan jika mata terangsang oleh benda asing atau jika

seseorang sedang emosi, seperti menangis.

4.c Komposisi Air Mata

Volume air mata normal diperkirkan 7+/- 2 mikroliter pada setiap mata.

Albumin merupakan 60% dari protein total dalam air mata. Globulin lan lisozim

berjumlah sama banyak pada bagian sisanya. Terdapat immunoglobulin IgA, IgG,

dan IgE. Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda dari IgA serum, yaitu

bukan berasal dari transudat serum saja, namun diproduksi sel-sel plasma yang

ada di dalam kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi tertentu, seperti konjungtivitis

vernal, konsentrasi IgE dalam cairan air mata meningkat. Lisozim air mata

merupakan 21-25% dari protein total dan bekerja secara sinergis dengan gamma

globulin dan faktor anti bakteri non lisozim lain merupakan mekanisme

pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air mata lain juga berperan dalam

diagnosis keadaan klinik tertentu, misal esei hexoseaminidase untuk diagnosis

penyakit tay-sachs.1

K+, Na +, Cl ± terdapat dalam konsentrasi lebih tinggi dalam air mata dari

dalam plasma. Air mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea

(0.04 mg/dL), dan perubahan dalam konsentrasi darah diikuti perubahan

konsentrasi glukosa dan urea air mata. pH rata-rata air mata adalah 7.35, meski ad

c
c
c

variasi normal yang besar (5.20-8.35). dalam keadaan normal, cairan air mata

adalah isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309

mosm/L.

c
c
c

Ê Ê


  
 

1.c Definisi

Sindrom mata kering, atau keratoconjunctivitis sicca (KCS) adalah

penyakit mata dimana jumlah atau kualitas produksi air mata berkurang atau

penguapan air mata film meningkat.1 Terjemahan dari "keratoconjunctivitis sicca"

dari bahasa Latin adalah "kekeringan kornea dan konjungtiva".6

2.c Etiologi

Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari

satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang

secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri

histopatologik termasuk timbulnya bintik-bintik kering pada kornea dan epitel

konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya sel goblet konjungtiva, pembesaran

abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan stratifikasi sel, dan penambahan

keratinasi.1,2,6

A.c Kondisi ditandai hipofungsi kelenjar lakrimal

1.c Kongenital

a.c Dysautonomia familier (sindrom Riley-Day)

b.c Aplasia kelenjar lakrimal (alakrima kongenital)

c.c Aplasia nervus trigeminus

c
c
c

d.c Dysplasia ektodermal

2.c Didapat

a.c Penyakit sistemik

1)c Sindrom sjorgen

2)c Sklerosis sistemik progresif

3)c Sarkoidosis

4)c Leukimia, limfoma

5)c Amiloidosis

6)c Hemokromatosis

b.c Infeksi

1)c Trachoma

2)c Parotitis epidemica

c.c Cedera

1)c Pengangkatan kelenjar lakrimal

2)c Iradiasi

3)c Luka bakar kimiawi

d.c Medikasi

1)c Antihistamin

2)c Antimuskarinik: atropin, skopolamin

3)c Anestetika umum: halothane, nitrous oxide

4)c Beta-adregenik blocker: timolol, practolol

e.c Neurogenik-neuroparalitik (fasial nerve palsy)

c
c
c

B.c Kondisi ditandai defisiensi musin

1.c Avitaminosis A

2.c Sindrom steven-johnson

3.c Pemfigoid okuler

4.c Konjungtivitis menahun

5.c Luka bakar kimiawi

6.c Medikasi-antihistamin, agen muskarin, agen Beta-adregenic blocker

C.c Kondisi ditandai defisiensi lipid:

1.c Parut tepian palpebra

2.c Blepharitis

D.c Penyebaran defektif film air mata disebabkan:

1.c Kelainan palpebra

a.c Defek, coloboma

b.c Ektropion atau entropion

c.c Keratinasi tepian palpebra

d.c Berkedip berkurang atau tidak ada

1)c Gangguan neurologik

2)c Hipertiroid

3)c Lensa kontak

4)c Obat

5)c Keratitis herpes simpleks

6)c Lepra

c
c
c

e.c Lagophthalmus

1)c Lagophthalmus nocturna

2)c Hipertiroidi

3)c Lepra

2.c Kelainan konjungtiva

a.c Pterygium

b.c Symblepharon

3.c Proptosis1,2,6

3.c Epidemiologi

Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,

persentase insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang

usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensia

sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras Hispanic dan Asia

dibandingkan dengan ras kaukasius.4

4.c Manifestasi Klinis

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal

atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus

berlebihan, tidak mampu menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas,

merah, sakit, dan sulit menggerakkan palpebra.2 Pada kebanyakan pasien, ciri

paling luar biasa pada pemeriksaan mata adaah tampilan yang nyata-nyata normal.

Ciri yang paling khas pada pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya

meniskus air mata di tepian palpebra inferior. Benang-benang mukuskental

c
c
c

kekuning-kuningan kadang-kadang terlihat dalam fornix conjungtivae inferior.

Pada konjungtiva bulbi tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal,

beredema dan hiperemik.1

Epitel kornea terlihat bertitik halus pada fissura interpalpebra. Sel-sel

epitel konjungtiva dan kornea yang rusak terpulas dengan bengal rose 1% dan

defek pada epitel kornea terpulas dengan fluorescein. Pada tahap lnjut

keratokonjungtivitis sicca tampak filamen-filamen dimana satu ujung setiap

filamen melekat pada epitel kornea dan ujung lain bergerak bebas. Pada pasien

dengan sindrom sjorgen, kerokan dari konjungtiva menunjukkan peningkatan

jumlah sel goblet. Pembesaran kelenjar lakrimal kadang-kadang terjadi pada

sindrom sjorgen. Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh

dengan teliti memakai cara diagnostik berikut:

A.c Tes Schirmer

Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan

memasukkan strip Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam

cul de sac konjungtiva inferior pada batas sepertiga tengah dan

temporal dari palpebra inferior. Bagian basah yang terpapar diukur 5

menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm

tanpa anestesi dianggap abnormal.

Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar

lakrimal utama, yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas

saring itu. Tes Schirmer yang dilakukan setelah anestesi topikal

c
c
c

(tetracaine 0.5%) mengukur fungsi kelenjar lakrimal tambahan

(pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.

Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata.

Dijumpai hasil î  dan î 


   Hasil rendah kadang-

kadang dijumpai pada orang normal, dan tes normal dijumpai pada

mata kering terutama yang sekunder terhadap defisiensi musin.1,5

Gambar2. Diambil dari http://webeye.ophth.uiowa.edu

B.c ÿ î  

pengukuran  î   kadang-kadang berguna untuk

memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan

musin mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat

berakibat tidak stabilnya film air mata. Ini yang menyebabkan lapisan

itu mudah pecah. Bintik-bitik kering terbentuk dalam film air mata,

sehingga memaparkan epitel kornea atau konjungtiva. Proses ini pada

akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat dipulas dengan bengal

rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan kornea, meninggalkan

c
c
c

daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea

dibasahi flourescein.

ÿ  î     dapat diukur dengan meletakkan secarik

keras berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien

berkedip. Film air mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan

cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agartidak berkedip.

Waktu sampai munculnya titik-titik kering yang pertama dalam lapisan

flourescein kornea adalah  î   Biasanya waktu ini

lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh anestetika lokal,

memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap terbuka.

Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata

dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi

musin.1,5

Gambar 3. Diambil dari http://www.systane.ca

c
c
c

C.c Tes Ferning Mata

Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva

dilakukan dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca

obyek bersih. Arborisasi (ferning) mikroskopik terlihat pada mata

normal. Pada pasien konjungtivitis yang meninggakan parut

(pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut konjungtiva difus),

arborisasi berkurang atau hilang.1,5

D.c Sitologi Impresi

Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada

permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling

tinggi di kuadran infra-nasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada

ksus keratokonjungtivitis sicc, trachoma, pemphigoid mata cicatrix,

sindrom stevens johnson, dan avitaminosis A.1,5,6

E.c Pemulasan Flourescein

Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering

berflourescein adalah indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan

meniskus air mata mudah terlihat. Flourescein akan memulas daerah-

daerah tererosi dan terluka selain defek mikroskopik pada epitel

kornea.1,5,6

c
c
c

F.c Pemulasan Bengal Rose

Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan

memulas semua sel epitel non-vital yang mengering dari kornea

konjungtiva.1,5

Gambar 4. Diambil dari http://www.uptodate.com

G.c Penguji Kadar Lisozim Air Mata

Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pad awal

perjalanan sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit

ini. Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara

paling umum adalah pengujian secara spektrofotometri.1,5

H.c Osmolalitas Air Mata

Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis

sicca dan pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat

berkurangnya sensitivitas kornea. Laporan-laporan menyebutkan

c
c
c

bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling spesifik bagi

keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada

pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal.1,5

I.c Lactoferrin

Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan

hiposekresi kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.1,5

5.c Terapi

Pasien harus mengerti bahwa mata kering adalah keadaan menahun dan

pemulihan pemulihan total sukar terjadi, kecuali pada kasus ringan, saat

perubahan epitel pada kornea dan konjungtiva masih reversibel.1 Air mata buatan

adalah terapi yang kini dianut. Salep berguna sebagai pelumas jangka panjang,

terutama saat tidur. Bantuan tambahan diperoleh dengan memakai pelembab,

kacamata pelembab bilik, atau kacamata berenang.2

Fungsi utama pengobatan ini adalah penggantian cairan. Pemulian musin

adalah tugas yang lebih berat. Tahun-tahun belakangan ini, ditambahkan polimer

larut air dengan berat molekul tinggi pada air mata buatan, sebagai usaha

memperbaiki dan memperpanjang lama pelembaban permukaan.agen

mukomimetik lain termasuk Na-hialuronat dan larutan dari serum pasien sendiri

sebagai tetesan mata. Jika mukus itu kental, seperti pada sindrom Sjorgen, agen

mukolitik (mis, acetylcystein 10%) dapat menolong.

Àc Topikal cyclosporine A

Àc Topikal corticosteroids

 c
c
c

Àc Topikal/sistemik omega-3 fatty acids: Omega-3 fatty acids menghambat

sintesis dari mediator lemak dan memblok produksi dari IL-1 and TNF-

alpha. Pasien dengan kelebihan lipid dalam air mata memerlukan instruksi

spesifik untuk menghilangkan lipid dari tepian palpebrae. Mungkin

diperlukan antibiotika topikal atau sistemik. Vitamin A topikal mungkin

berguna untuk memulihkan metaplasia permukaan mata.

Semua pengawet kimiawi dalam air mata buatan akan menginduksi

sejumlah toksisitas kornea. Benzalkonium chlorida adalah peparat umum yang

paling merusak. Pasien yang memerlukan beberapa kali penetesan sebaiknya

memakai larutan tanpa bahan pengawet. Bahan pengawet dapat pula

menimbulkan reaksi idiosinkrasi. Ini paling serius dengan timerosal.1

Pasien dengan mata kering oleh sembarang penyebab lebih besar

kemungkinan terkena infeksi. Blepharitis menahun sering terdapat dan harus

diobati dengan memperhatikan higiene dan memakai antibiotika topikal. Acne

rosacea sering terdapat bersamaan dengan keratokonjungtivitis sicca, dan

pemgobatan dengan tetrasklin sistemik ada manfaatnya.1,2

Tindakan bedah pada mata kering adalah pemasangan sumbatan pada

punktum yang bersifat temporer (kolagen) atau untuk waktu lebih lama (silikon),

untuk menahan sekret air mata. Penutupan puncta dan kanalikuli secara permanen

dapat dilakukan dengn terapi themal (panas), kauter listrik atau dengan laser.1,2,6

 c
c
c

6.c Prognosis

Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan

sindrom mata kering baik.1

7.c Komplikasi

Pada awal perjalanan keratokonjungtivitis sicca, penglihata sedikit

terganggu. Dengan memburuknya keadaan, ketidaknyamanan sangat menggangu.

Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan kornea, dan perforasi.

Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan berakibat parut dan

vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan penglihatan. Terapi dini dapat

mencegah komplikasi-komplikasi ini.1,2,3

c
c
c

Ê Ê

  

Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang

ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Angka

kejadian Sindroma Mata Kering ini lebih banyak pada wanita dan cenderung

meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Pasien dengan mata kering paling

sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir (benda asing). Gejala umum

lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu menghasilkan air

mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit menggerakkan

palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri paling luar biasa pada pemeriksaan mata

adaah tampilan yang nyata-nyata normal. Ciri yang paling khas pada pemeriksaan

slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di tepian palpebra

inferior.

Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandulae lakrimalis

aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Air mata

dihasilkan juga oleh kelenjar air (kelenjar lakrimal). Lapisan ini berfungsi untuk

membersihkan mata dan mengeluarkan benda-benda asing atau iritan.

Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari

satu komponen film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang

secara sekunder menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Pasien dengan

mata kering paling sering mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir (benda

c
c
c

asing). Gejala umum lainnya adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu

menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas, merah, sakit, dan sulit

menggerakkan palpebra. Air mata buatan adalah terapi yang kini dianut. Salep

berguna sebagai pelumas jangka panjang, terutama saat tidur. Bantuan tambahan

diperoleh dengan memakai pelembab, kacamata pelembab bilik, atau kacamata

berenang. Secara umum, prognosis untuk ketajaman visual pada pasien dengan

sindrom mata kering baik. Pada kasus lanjut, dapat timbul ulkus kornea, penipisan

kornea, dan perforasi. Kadang-kadang terjadi infeksi bakteri sekunder, dan

berakibat parut dan vaskularisasi pada kornea, yang sangat menurunkan

penglihatan. Terapi dini dapat mencegah komplikasi-komplikasi ini.

c
c
c



 

1.c Vaughan D.G. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika, 2000: 91-98

2.c Ilyas S. Ilmu penyakit mata edisi ketiga. Jakarta: Balai penerbit FK UI, 2009

3.c Wijana N. ilmu penyakit mata. Jakarta: Abadi tegal, 1993

4.c Moss S, Klein R, Klein B. Prevalence and risk factors for dry eye syndrome.

American medical association, 2000

5.c Sastrawan D, dkk. Standar Pelayanan Medis Mata. Departemen Ilmu


Kesehatan Mata RSUP M. Hoesin. Palembang , 2007 dkk
6.c http://emedicine.medscape.com/article/1210417-overview diakses tanggal 19

Juli 2010

7.c AAO section 7 2007-2008

c
c

You might also like