You are on page 1of 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kab.Banyumas
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas sebagai pendirinya yang
pertama adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian meniadi Bupati yang
pertama dikenal dengan iulukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI
MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan
PAJANG, di bawah Raia Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri
(kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan
paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan
di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworeio (sekarang) sewaktu
Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari
peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil
putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri
menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi
sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak
boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke
VII.
Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan
gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya
dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat
bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Keiawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan
membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberinama
Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat
untuk para iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir
Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang
karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan
dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi
Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putrid Adipati Banyak Galeh
(Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh
Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Adipati Banyak Geleh adalah keturunan ke 9 dari R. Aria Bangah dari
Galuh Pakuan putra Pajajaran.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan
SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten
Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran)
menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua
saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK
Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah
"BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA
SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN
TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".
B. Keagamaan
Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas sebagai pendirinya yang
pertama adalah Raden Joko Kahiman yang kemudian meniadi Bupati yang
pertama dikenal dengan iulukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI
MRAPAT).
Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan
PAJANG, di bawah Raia Sultan Hadiwijaya.
Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri
(kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan
paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan
di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworeio (sekarang) sewaktu
Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari
peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil
putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.
Kemudian salah satu diantaranya putra menantu yang memberanikan diri
menghadap dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi
sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak
boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke
VII. Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati
dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II.
Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya
dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat
bagian diberikan kepada iparnya.
1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
4. Wilayah Keiawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan
membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberinama
Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para
iparnya maka dijuluki Adipati Marapat.
Siapakah Raden Joko Kahiman itu ?.
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir
Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang
karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan
dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi
Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putrid Adipati Banyak Galeh
(Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil R. Joko Kahiman diasuh oleh
Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu.
Adipati Banyak Geleh adalah keturunan ke 9 dari R. Aria Bangah dari
Galuh Pakuan putra Pajajaran.
Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan
SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten
Banyumas khususnya karena mencerminkan :
a. Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
b. Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
c. Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran)
menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua
saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK
Kabupaten Banyumas SATRIA.
Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah
"BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA" artinya tahun 1582.
Bila diartikan dengan kalimat adalah "KEBAKTIAN DALAM UJUD KERJA
SESEORANG PIMPINAN / MANGGALA MENGHASILKAN AKAN
TERTATANYA ATAU TERBANGUNNYA SUATU PEMERINTAHAN".

C. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kota Purwokerto
mengenai analisis arah pembangunan kota Purwokerto sebagai kota pendidikan,
maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah kabupaten hingga saat ini
belum mendukung terwujudnya Kota Purwokerto sebagai kota pendidikan.
Namun, melihat aspek sosial-ekonomi dan kapasitas lembaga lokal, Kota
Purwokerto memiliki potensi sebagai kota pendidikan. Untuk menjadi kota
pendidikan, Purwokerto harus bisa memperhatikan pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi.
Secara umum, pendidikan di Kota Purwokerto untuk pendidikan dasar
hingga menengah sudah cukup baik dari tahun-tahun. Namun, pemerintah
kabupaten masih dirasa belum optimal memberikan perhatian kepada perguruan
tinggi. Semua urusan perguruan tinggi masih menjadi urusannya masing-masing.
Oleh karena itu, potensi yang mendukung terwujudnya Kota Purwokerto sebagai
kota pendidikan harus disertai dengan dukungan pemerintah kabupaten terhadap
keberadaan perguruan tinggi.
Dari hasil analisis SWOT, aspek-aspek yang perlu menjadi pertimbangan
pemerintah kabupaten adalah dari segi geografis dan demografis. Dari segi
geografis, Purwokerto berada pada lokasi yang strategis, yaitu pertemuan jalur
selatan-utara. Purwokerto juga memiliki atmosfer dan cuaca yang mendukung
proses pembelajaran. Dari segi demografis, Purwokerto memiliki sumber daya
manusia terdidik yang cukup banyak. Banyak tokoh-tokoh pendidikan lahir dari
Kota Purwokerto. Selain itu, Kota Purwokerto juga memiliki fasilitas pendidikan
yang cukup memadai. Potensi-potensi ini sangat mendukung terwujudnya Kota
Purwokerto sebagai kota pendidikan. Kota Purwokerto sebagai kota pendidikan
memiliki prospek yang baik, jika didukung oleh kebijakan pemerintah yang
memperhatikan dunia pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Kemudian Implikasi yang beliau tawarkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, arah pembangunan kota sebagai kota pendidikan memerlukan
kebijakan pemerintah kabupaten yang mengarah pada perwujudan Kota
Purwokerto sebagai kota pendidikan, diantaranya :
1. Menumbuhkan forum-forum diskusi dengan tokoh pendidikan yang ada.
2. Meningkatkan anggaran pendidikan sesuai dengan Undang-undang, yaitu
20%.
3. Menciptakan tata ruang kota yang kondusif bagi perwujudan kota
pendidikan.
4. Menarik investasi industri yang mendukung dunia pendidikan.

D. Pemerintahan
UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000 yang kemudian
dispesifikasikan ke dalam PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah,
merupakan salah satu intrumen di dalam era otonomi dewasa ini. Menurut PP
tersebut, yang dimaksud dengan Retribusi Daerah adalah pungutan Daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentuyang khusus disediakan
dan / diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah merupakan
unsure yang penting dalam memberikan kontribusinya pendapatan asli daerah
setelah pajak daerah. Adapun jenis retribusi daerah yang diberikan oleh
pemerintah daerah dapat digolongkan antara lain retribusi jasa umum, retribusi
jasa usaha, retribusi perijinan tertentu.
Jika melihat ketiga penggolongan jenis retribusi tadi, maka sesuai dengan
PP tersebut, maka Retribusi Terminal dapat dikategorikan ke dalam jenis retribusi
jasa usaha. Adapun pengertian retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang
diberikan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

E. Kesenian
Begalan adalah seni tutur tradisional yang digunakan sebagai sarana
upacara pernikahan. Begalan menggambarkan peristiwa perampokan terhadap
barang bawaan dari besan (pihak mempelai pria) oleh seorang begal (perampok).
Dalam falsafah orang Banyumas, yang dibegal (dirampok) bukanlah harta benda,
melainkan bajang sawane kaki penganten nini penganten (segala macam kendala
yang mungkin terjadi dalam kehidupan berumah tangga pada mempelai berdua).
Begalan dilakukan oleh dua orang pria dewasa yang merupakan sedulur
pancer lanang (saudara garis laki-laki) dari pihak mempelai pria. Kedua pemain
begalan menari di depan kedua mempelai dengan membawa properti yang disebut
brenong kepang. Properti tersebut terdiri atas alat-alat dapur yang diberi makna
simbolis yang berisi falsafah Jawa dan berguna bagi kedua mempelai yang akan
menempuh hidup baru mengarungi kehidupan berumah tangga. Dalam
pementasannya, kedua pemain begalan menari dengan diiringi gendhing-gendhing
Banyumasan yang disajikan dengan menggunakan perangkat gamelan. Hingga
saat ini begalan masih tumbuh subur di seluruh wilayah Kabupaten Banyumas.

F. Perkawinan
Perkawinan atau sering pula disebut dengan pernikahan merupakan salah
satu peristiwa penting dalam sejarah kehidupan setiap orang. Masyarakat Jawa
memaknai peristiwa perkawinannya dengan menyelenggarakan berbagai upacara
yang termasuk rumit. Upacara itu dimulai dari tahap perkenalan sampai terjadinya
pernikahan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
 Nontoni
 Nakokake/Nembung/Nglamar
 Pasang Tarub
 Akad nikah

G. Pakaian
Pakaian Adat - Banyumas memiliki pakaian tradisional yang sangat khas.
Pada kalangan wong cilik di jumpai pakaian seperti lancingan, bebed wala,
pinjungan, iketan, nempean dan lain-lain. Adapun pada kalangan priyayi dijumpai
pakaian Beskap untuk kamu Pria sedangkan Nyamping untuk kaum Wanita.
Apabila pakaian Adat ini diberdayakan secara maksimal untuk kepentingan wisata
niscaya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

H. Stratifikasi sosial
Manusia dan perilakunya merupakan bagian dari lingkungan hidup, maka
masalah lingkungan dapat pula bersifat sosio-budaya, sehingga masalah
lingkungan bukan hanya bidang para ahli ekologi dan biologi saja, melainkan juga
ahli sosial, seperti ahli ekonomi, sosiologi dan antropologi. Perbedaan antara
sosiologi, antropologi, dan ekonomi dengan masalah lingkungan ialah bahwa
dalam masalah lingkungan, manusia harus juga meninjau interaksinya dengan
lingkungan hidup yang non-manusiawi, seperti tumbuhan, hewan, tanah, air, dan
udara
Permasalahan pengelolaan lingkungan hidup dapat diidentifikasi menjadi
dua penyebab utama. Pertama, pemikiran mengenai lingkungan banyak dilakukan
oleh pakar biogeofisik yang melihat manusia sebagai salah satu species (homo
sapiens) diantara spesies binatang lainnya. Sebab kedua berhubungan dengan
keabstrakan itu sendiri. Kalau pakar ekonomi dapat menunjukkan berfungsinya
sistem ekonomi dengan menggunakan simbol berupa uang yang dapat bersifat
konkrit. Sedangkan, pakar ilmu-ilmu sosial mempermasalahkan jalinan
kedudukan dan peranan manusia dalam organisasi sosial yang tidak dapat
diterjemahkan dalam simbol konkrit, artinya tetap suatu abstraksi dan merupakan
suatu realitas sosial.
Seseorang yang mempunyai status sosial tinggi akan berperilaku positif
terhadap lingkungan hidup sebagai ungkapan posisi relatif dalam masyarakat
berdasarkan atas penghargaan sosial berkenaan dengan rasa hormat, hak istimewa
dan prestise sosial. Semakin tinggi nilai budaya masyarakat (budaya yang tidak
menjadi sumber kultural penciptaan pencemaran lingkungan), maka semakin baik
perilakunya dalam pengelolaan lingkungan hidup. Norma dan kearifan sosial-
budaya yang berasaskan keserasian antara manusia dan lingkungan hidup
digunakan untuk memanfaatkan lingkungan hidup bagi kelangsungan kehidupann
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia dan makhluk hidup lain merupakan bagian ekosistem yang selalu
berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan. Mengingat hanya pada
lingkungan hidup (bumi) inilah manusia dapat hidup dan memenuhi
kebutuhannya, maka perlu adanya pengelolaan lingkungan agar keadaan
lingkungan hidup tetap dapat bertahan di masa-masa yang akan datang. Perlu
disadari bahwa tidak semua sumberdaya alam dapat diremajakan atau dipulihkan
kembali, tetapi ada sumber daya alam yang sulit atau tidak dapat dipulihkan
kembali.
Untuk mendukung kehidupannya, manusia harus menggunakan unsur-
unsur dalam lingkungan hidup, karena itu makin baik hubungan manusia dengan
lingkungan hidupnya maka kebutuhan dasar hidup manusia dapat terpenuhi,
kualitas hidup dan kualitas lingkungan akan semakin baik pula. Kebutuhan dasar
manusia sangat beragam dan berubah-ubah, karena dipengaruhi oleh faktor sosial-
budaya, ekonomi dan waktu. Suatu lingkungan hidup yang berkualitas, harus
dapat memberikan pilihan tentang kebutuhan dasar yang diinginkan. Dengan
demikian keanekaragaman dalam lingkungan hidup merupakan unsur penting
dalam menentukan kualitas lingkungan. Status sosial ini kemudian
menggolongkan masyarakat itu menjadi lapisan-lapisan sosial tertentu seperti
status sosial tinggi, menengah, dan rendah. Pembedaan ini disebut stratifikasi
sosial yang terjadi karena adanya kelompok-kelompok dan struktur yang berbeda
dalam masyarakat. Sebagai anggota kelompok seseorang mempunyai suatu
kedudukan tertentu dalam kelompoknya. Kedudukan tersebut merupakan status
seseorang di dalam kelompoknya. BUDAYA MASYARAKAT
Menurut LeVine (1973: 3-4) komunikasi antara sesama manusia,
pandangan manusia terhadap dirinya dan lingkungan hidupnya dan perilaku
manusia terhadap sesamanya serta perilakunya terhadap objek di dalam
lingkungan hidupnya, mempergunakan jalur aturan-aturan yang terdapat di dalam
kebudayaan. Sedangkan Forde (1963: 463), mengemukakan bahwa antara
lingkungan fisik dan aktifitas manusia selalu ada konsep perantaranya, berupa
antara lain kumpulan: tujuan khusus, nilai pengetahuan dan kepercayaan, disebut
juga 'pola-pola kebudayaan'. Lebih lanjut ditegaskan Forde (1963: 464), dengan
menggunakan kebudayaan yang dimilikinya, manusia Jawa menyesuaikan dirinya
terhadap, tetap bertahan dalam, dan memanfaatkan lingkungan hidup untuk
melangsungkan kehidupannya.juga agar masyarakat luas bisa mengetahui tentang
keadaan kabupaten banyumas .
BAB III
PENUTUP

Dasar pemikiran dalam makalah ini adalah bahwa status sosial merupakan
kedudukan individu atau kelompok dalam kehidupan masyarakat, yang
berpengaruh terhadap perilaku individu dan/atau kelompok. Status sosial
seseorang berkaitan pula dengan peran seseorang di dalam kelompoknya. Sesuai
dengan status sosialnya, maka harus mampu menjalankan peranannya sebagai
kewajiban atau hak tertentu, karena itu pilihan merupakan dinamika dari status
atau penggunaan dari hak dan kewajiban. Tinggi rendahnya status sosial
seseorang atau kelompok akan menyebabkan perbedaan perilaku dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Dalam suatu lapisan masyarakat, masing-masing
lapisan itu memandang lingkungannya dengan pandangan yang sama dan
mempunyai kecenderungan minat, masalah hidup, sikap dan pola perilaku yang
relatif sama pula. Ada keterkaitan antara lingkungan dan perilaku sosial dengan
dasar asumsinya bahwa disatu pihak pola perilaku sosial tertentu dipengaruhi oleh
karakteristik dan kualitas lingkungan, dan dilain pihak pola perilaku sosial
tertentu mempengaruhi karakteristik dan kualitas lingkungan.
Jalur aturan-aturan yang terdapat di dalam kebudayaan digunakan sebagai
sarana komunikasi antara perilaku manusia terhadap objek di dalam lingkungan
hidupnya, dan dijadikan sebagai konsep perantara antara lingkungan fisik dan
aktifitas manusia. Norma dan kearifan sosial-budaya tradisional yang berasaskan
keserasian antara manusia dan lingkungan hidup yang dimiliki orang Jawa
digunakan untuk memanfaatkan lingkungan hidup dalam melangsungkan
kehidupan.

Saran
Bagi masyarakat janganlah melupakan sejarah kabupaten banyumas
karena betapa susahnya dulu para sultan memperjuangkan daerah banyumas.

You might also like