Professional Documents
Culture Documents
Tuntutan masyarakat akan layanan transportasi semakin meningkat terus sebagai akibat
langsung dari mobilitas manusia dan barang yang meningkat hari demi hari, efektivitas
layanan transportasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana dan prasarana transportasi itu
sendiri. Prasarana transportasi (jalan dan jembatan) merupakan salah satu produk dari
kegiatan jasa konstruksi sehingga proses pembangunan prasarana transportasi harus
mengacu Undang-Undang yang berlaku.
Kegagalan bangunan jalan dan jembatan akan menghambat pelayanan transportasi
sehingga keempat unsur yang terkait dengan pembangunan (perencana, pengawas,
pelaksana & pengguna) harus dapat diminta pertanggung jawabnya sesuai dengan tugas
dan kewenangannya, maka untuk itu perlindungan terhadap kegagalan bangunan
sangatlah diperlukan.
(c) Pondasi Tiang Pancang Beton/ Baja, kegagalan pondasi tiang pancang beton/ baja
secara fisik dapat terjadi apabila struktur tersebut mengalami:
AMBLAS, berarti elevasi pondasi berada pada level yang lebih rendah daripada elevasi
rencana.
PATAH, yaitu kondisi dimana tidak ada kesatuan antara tiang dan poor bangunan bawah
yang mengakibatkan tiang pancang tidak berfungsi, atau tiang pancang beton mengalami
retak struktural.
(2) Bangunan Atas
Kegagalan Bangunan Atas Jembatan dapat dibagi sesuai dengan jenis bangunan atas
yaitu:
(a) Retak Struktural
Unsur retak akan mempengaruhi kekuatan struktur adalah lebarnya dan kedalaman retak
yang terjadi. Lebar retak yang berlebihan, disamping akan secara langsung mengurangi
kekuatan struktur juga akan memberikan peluang udara dan air yang akan mengakibatkan
terjadinya korosi yang pada akhirnya juga mengurangi kekuatan struktrur. Maka oleh
karena itu lebar maksimum dan kedalaman retak harus dibatasi. Besarnya kedalaman
maksimum retak yang diizinkan adalah proporsional dengan tebal struktur itu sendiri.
(b) Lendutan
Lendutan yang berlebihan, disamping akan mempengaruhi kekuatan struktur juga
mempunyai dampak psikologis bagi sipengendara. Besarnya lendutan maksimum yang
diizinkan adalah proporsional dengan bentang jembatan yang bersangkutan.
(c) Getaran/ Goyangan
Amplitudo getaran harus dibatasi sedemikian rupa, baik akibat angin maupun pergerakan
lalu lintas disamping sehingga masih memenuhi persyaratan baik dari segi stabilitas
struktur maupun dari dari kenyamanan sipengendara. Besarnya amplitudo getaran
maksimum yang diizinkan adalah proporsional dengan bentang jembatan yang
bersangkutan.
(d) Kerusakan Lantai Kendaraan
Kerusakan lantai kendaran berupa retak, terkelupas dan atau pecah akan berpengaruh
secara langsung terhadap riding quality lantai kendaraan yang menyebabkan kenyaman
sipengendara akan berkurang. Maka. luas kerusakan dibatasi tidak boleh melebihi angka
yang dipersyaratkan yaitu persentase luas yang rusak terhadap suatu luas segmen yang
ditinjau.
(e) Tumpuan (Bearing)
Kerusakan tumpuan pada derajat tertentu akan mempengaruhi sistem pendukungan
tumpuan terhadap beban yang pada akhirnya sistem distribusi beban berubah. Oleh sebab
itu tingkat kerusakan tumpuan ini harus dibatasi sehinga tidak sampai merubah sistem
pembebanan original. Besarnya tingkat kerusakan maksimum yang diizinkan tergantung
dari jenis tumpuan itu sendiri.
(f) Expansion Joint
Kerusakan expansion joint yang berupa robek atau terkelupasnya joint sealantnya tidak
terlalu berpengaruh terhadap kekuatan struktur. Namun akan sangat berbahaya jika
lubang yang yang terjadi cukup besar yang dapat mengakibatkan bahaya bagi kendaraan
yang melaju dengan kecepatan tinggi. Oleh karena itu tingkat kerusakan expansion joint
ini harus sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kepada pengendara kendaraan.
D. Acuan Standar
Standar yang dipergunakan adalah standar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
Republik Indonesia yang sudah mendapat status “Standar Nasional Indonesia” (SNI),
Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) dan Standar standar yang telah
dikeluarkan oleh Dit.Jen. Prasarana Wilaya (Dit.Jen. Binamarga) yang masih dalam
proses menuju RSNI dan SNI. Khusus untuk pekerjaan Jalan dan Jembatan, SNI maupun
RSNI yang sudah ada sebagian besar merujuk kepada Standar-standar yang sudah dikenal
secara internasional (world wide) mis. AASHTO, ASTM , BS, NAASRA dll. Standar
standar tersebut dapat berupa “Metoda”, “Tata Cara” dan “Spesifikasi”.
E. Parameter Yang Diukur dan Persyaratannya
Persyaratan (spesifikasi) yang diperlukan oleh parameter parameter dari elemen elemen
yang potensial terhadap kegagalan bangunan dapat bersifat sangat relatif, untuk jalan
tergantung dari kecepatan rencana dan volume kendaraan yang lewat (LHR) yang akan
menentukan kelas jalan tersebut, dan untuk jembatan tergantung dari jenis dan tipe
jembatan, dimana jenis dan tipe ini dapat dipengaruhi oleh panjang bentang jembatan
tersebut.
Persyaratan dalam bentuk nilai nominal parameter parameter dari Elemen Elemen
Bangunan Jalan dan Jembatan yang potensial memberi kontribusi terhadap Kegagalan
Bangunan beserta Acuan Standar sedang dalam proses penyusunan.