You are on page 1of 11

ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

A. Saluran Nafas Atas


1. Hidung
• Terdiri atas bagian eksternal dan internal
• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan
kartilago
• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung
• Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir
secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
• Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia
2. Faring

• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan


hidung dan rongga mulut ke laring
• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
artikel dari :http://blog.ilmukeperawatan.com
3. Laring
• Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea
• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adam’s apple)
- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak
di bawah kartilago tiroid)
- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi
suara (pita suara melekat pada lumen laring)
• Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
• Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batu
4. Trakea
• Disebut juga batang tenggorok
• Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
• Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris
kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental
• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2. Bronkiolus
• Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
• Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4. Bronkiolus respiratori
• Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
• Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
• Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar
• Dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
• Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas
70 m2
• Terdiri atas 3 tipe :
- Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
- Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi
surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar
agar tidak kolaps)
- Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan
bekerja sebagai mekanisme pertahanan
PARU
• Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
• Terletak dalam rongga dada atau toraks
• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar
• Setiap paru mempunyai apeks dan basis
• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus
• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronkusnya
PLEURA
• Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
• Terbagi mejadi 2 :
- Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
- Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru
• Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan,
juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru
• Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk
mencegah kolap paru-paru
PISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Pernapasan atau respirasi adalah Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup.
Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan
karbondioksida. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara
langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-
organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernapasan dikhususkan untuk melakukan
pertukaran gas-gas pernapasan bagi keperluan seluruh tubuhnya. Ada dua tahap pernapasan,
tahap pertama oksigen masuk ke dalam dan pengeluaran karbondioksida ke luar tubuh melalui
organ-organ pernapasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas-gas pernapasan dari
organ-organ pernapasan ke jaringam tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem sirkulasi.
Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam
jaringan, disebut respirasi internal. Difusi gas-gas pernapasan antara lingkungan dengan
pembuluh darah yang terdapat di bawah pembuluh respiratoris dapat terjadi jika permukaan
tempat terjadinya pertukaran gas harus cukup luas dan tipis, selalu basah dan permeabel terbadap
gas-gas pernapasan, dan terdapat perbedaan konsentrasi gas-gas pernapasan antara medium dan
di luar darah.

• Fungsi Respirasi

Fungsi respirasi adalah menyediakan oksigen untuk darah dan membuang karbondioksida.
Sistem respirasi terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru-
paru dengan lingkungan luar. Sistem respirasi di bagi menjadi dua, yaitu bagian kondusi yang
terdiri atas rongga hidung, nesofaring, laring, trakhea, bronki, dan bronkeolus. Dan bagian
respirasinya terdiri atas alveoli dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan
darah hanya terjadi dalam alveoli (berbentuk seperti kantung khusus yang membentuk sebagian
besar paru-paru). Adapun fungsi dari bagian kondusi adalah menyediakan saluran di mana udara
dapat mengalir ke dan dari paru-paru, memelihara udara yang diinspirasi. Untuk melaksanakan
fungsi tersebut, masing-masing sub divisi bagian kondusi memperlihatkan beberapa gambaran
struktural yang sama satu sama lain. Agar suplai udara yang tidak terputus, terdapat gabungan-
gabungan rawan, serabut-serabut elastin, dan otot polos yang memperlihatkan struktur
penyokong yang keras dan kaku bagi organ-organ kondusi serta memerlukan fleksibilitas dan
ekstenbilitas. Pada rawan terutama hialin dan adanya sedikit elastin yang ditemukan pada pinggir
lamina propria (menunjukkan berbagai bentuk mulai dari lempeng-lempeng yang tidak teratur
sampai yang berbentuk cincin lengkap). Rawan ini umumnya berperan sebagai penyokong
dinding bagian kondusi, mencegah kolaps lumen sehingga udara dapat masuk ke paru-paru
secara terus-menerus.

Serabut-serabut elastin yang banyak dapat memberikan fleksibilitas struktur dan memungkinkan
organ kembali ke bentuk semula setelah meregang. Serabut-serabut itu ditemukan dalam lamina
propria, terutama yang terletak longitudinal. Konsentrasi serabut-serabut elastin berbanding
terbalik denagn garis tengah bagian kondusi (bronkiolus yang terkecil mendapt proporsi serabut
yang terbanyak). Berkas-berkas otot polos terdapat di trakhea hingga duktus alveolaris (bagian
respirasi). Kontraksi otot polos mengurangi garis tengah bagian kondusi dan mampu mengatur
aliran udara selama inspirasi dan ekspirasi. Pemeliharaan udara merupakan fungsi utama pada
bagian kondusi. Sebelum udara masuk paru-paru, udara yang diinspirasi dibersihkan, dibasahi,
dan dihangatkan. Untuk melakukan fungsi ini mukosa bagian kondusi dibatasi oleh epitel
respirasi khusus dan kelenjar serosa dan mukosa yang banyak, serta kaya akan jarinagn vaskuler
dalm lamina proprianya. Sebagian besar bagian kondusi dibatasi oleh epitel bertingkat toraks
bersilia yang mengandung banyak sel goblet. Pada cabang-cabang bronkus, sel-sel epitel ini
mengalami perubahan menjadi epitel pipih selapis. Ketika bronkus membelah menjadi
bronkiolus epitel berubah menjadi selapis kubus. Jumlah sel goblet mulai berkurang pada
bronkus yang lebih kecil dan sam sekali tidak ada pada epitel bronkiolus terminalis. Sel-sel
bersilia yang menyertai sel-sel goblet tetap ada pada bronkiolus halus namun sudah tidak
mengandung sel-sel goblet lagi. Sel-sel bersilia tersebut berperanan mencegah mukus yang
tertimbun dalam bagian respirasi. Mukus yang menangkap partikel dan mengabsorbsi gas yang
larut dalm air didorong terus menerus oleh silia ke arah faring. Pergerakan lapisan mukosa
ditimbulkan dan diatur oleh aliran sekresi serosa. Selain untuk membersihkan kotoran, lapisn
mukosa juga berperan untuk mebasahi udara inspirasi.

• Fungsi dan struktur sistem respirasi

Sistem pernafasan tersusun atas organ pernafasan yang diawali dengan saluran pernafasan yang
terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus serta alveolus, pembuluh darah paru-
paru, pembuluh limfe paru-paru, dan pleura yang terhubung langsung dengan paru-paru.

a) Rongga Hidung
Udara masuk dan keluar melalui rongga hidung. Dengan udara luar dihubungkan oleh lubang
hidung luar (nares eksternal), dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung dalam (nares
internal/khoane). Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut septum basal, menjadi
bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit
mulut. Rongga hidung dilapisi dengan epitel silindris bersilia yang mengandung banyak sel
goblet penghasil lendir. Rongga hidung dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai
penghalau benda-benda asing atau debu yang ikut masuk saat menghirup udara. Saat udara
masuk ke hidung, bulu-bulu hidung berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan
zat-zat lain. Mukus ini, dalam hubungannya dengan sekresi serosa, juga berperan untuk
membasahi udara yang masuk dan melindungi pembatas alveolar halus dari pengeringan. Selain
itu udara juga dihangatkan oleh jaringan vaskuler superfisial.

b) Laring
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Dalam lamina
propia terdapat sejumlah rawan laring, struktur yang paling rumit pada jalan pernapasan. Rawan-
rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan sebagian besar aritenoid) adalah rawan hialin, dan
pada orang tua sebagian dapat mengalami kalsifikasi. Rawan yang lebih kecil (epiglottis,
cuneiformis, kornikulatum, dan ujung aritenoid) adalah rawan elastin. Ligamentum-ligamentum
menghubungkan rawan-rawan tersebut satu sama lain, dan sebagian besar bersambung dengan
otot-otot intrinsic larynx, di mana mereka sendiri tidak bersambungan karena mereka adalah otot
lurik. Selain berperanan sebagai penyokong (mempertahankan agar jalan udara tetap terbuka)
rawan-rawan ini berperanan sebagai katup untuk mencegah makanan atau cairan yang ditelan
masuk trakea. Mereka juga berperanan dalam pembentukan irama fonasi.
Epiglotis, yang menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu mempunyai
permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan yang menghadap ke lidah
dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Ke
arah basis epiglottis pada permukaan yang menghadap laring, epitel mengalami perubahan
menjadi epitel bertingkat toraks bersilia. Kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat
di bawah epitel toraks, bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin
yang berdekatan. Di bawah epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang meluas ke
dalam lumen larynx. Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu (atau lipatan vestibular),
dan mereka mempunyai epitel respirasi yang di bawahnya terletak sejumlah kelenjar seromukosa
dalam lamina proprianya. Pasangan yang bawah merupakan lipatan yang merupakan pita suara
asli. Di dalam pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas-berkas besar
sejajar dari selaput elastin yang merupakan ligamentum vocale. Sejajar dengan ligamentum
terdpat berkas-berkas otot lurik, m.vocalis, yang mengatur regangan pita dan ligamentum dan
akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita menimbulkan suatu suara dengan tonus yang
tidak sama.
c) Trakea
Trakea merupakan tabung berdinding tipis yang terletak dari basis larynx (rawan krikoid)ke
tempat di mana trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer. Trakea dibatasi oleh mukosa
respirasi. Di dalam lamina propria terdapat 16-20 rawan hialin berbentuk seperti huruf C yang
berperanan mempertahankan lumen trake agar tetap terbuka. Ligamentum fibroelastindan
berkas-berkas otot polos (m. trachealis) melekat pada perikondrium dan menghubungkan ujung-
ujung bebas rawan yang berbentuk huruf C tersebut. Ligamentum mencegah peregangan lumen
yang berlebihan, sementara itu otot memungkinkan rawan saling berdekatan. Kontraksi otot
disertai dengan penyempitan lumen trakea dan digunakan untuk respon batuk. Setelah kontraksi,
akibat penyempitan lumen trakea akan menambah kecepatan udara ekspirasi, yang membantu
membersihkan jalan udara.

d) Bronkus T
rakea membelah menjadi 2 bronkus utama yang masuk ke dalam paru-paru pada tiap hilus.
Selain itu, pada tiap-tiap hilus arteòh dan vena seòõ` pembuluh limfe masuk dan meninggalkan
paru-paru. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan penyambung padat dan membentuk akar paru-
paru. Setelah masuk ke dalam paru-paru, bronkus primer menuju ke arah bawah dan luar untuk
membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus lobaris
bercabang-cabang membentuk bronkus yang lebih kecil yang di sebut Bronkiolus. Masing-
masing bronkiolus masuk ke lobus paru-paru yang membentuk 5-7 bronkiolus terminalis.
Lobulus paru-paru berbentuk piramid dengan apeks yang mengarah ke arah permukaan paru-
paru. Tiap lobulus dibatasi oleh septum jaringan penyambung tipis yang terlihat pada fetus.
Bronkiolus tidak mempunyai kelenjar pada mukosanya tetapi hanya ditunjukkan oleh adanya sel-
sel goblet yang tersebar dalam epitel permulaan(bagian luar). Pada bronkiolus yang lebih besar,
epitelnya bersilia dan kekomplekannya berkurang sehingga menjadi epitel kubis bersilia pada
bronkiolus terminalis. Selain sel-sel bersilia, bronkiolus terminal juga mempunyai sel-sel clara
yang permukaan apikalnya berbentuk seperti kubah yang menonjol ke arah lumen. Sel-sel clara
pada manusia merupakan sel-sel sekretori. Bronkiolus respiratorius dibatasi oleh epitel kubis
bersilia, tetapi pada tepi lubang alveolaris, epitel bronkiolus menuju epitel pembatas alveolus.
Epitel bronkiolus terdiri atas epitel kubis bersilia tetapi pada bagian yang lebih distal, silia
mungkin tidak ada. Bronkiolus respiratorius digunakan untukmenggambarkan fungsi pada
segmen jalannya pernapasan.
Duktus alveolaris dan alveoli dibatasi oleh sel-sel epitel selapis gepeng yang sangat tipis. Dalam
lamina propria, di sekitar tepi alveoli merupakan jala sel otot polos yang saling berhubungan.
Duktus alveolaris bermuara ke dalam atria, ruang yang menghubungkan antara multilokularis
alveoli dengan dua atau lebih alveolaris pada setiap atrium. Serabut-aerabut elastin
memungkinkan alveoli mengembang pada waktu inspirasi dan secara pasif berkontraksi pada
saat ekspirasi. Kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan yang berlebihan
dan sebagai pencegah kerusakan-kerusakan kapiler halus dan septa alveoli yang tipis.

e) Alveolus
Alveoli ( jamak:alveolus ) merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris , dan sakus alveolaris. Alveoli merupakan bagian terminal
cabang-cabang bronkus dan bertanggungjawab akan struktur paru-paru yang menyerupai busa.
Secara struktural alveoli menyerupai kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya, mirip
sarang tawon. Dalam struktur yang menyerupai mangkok ini, oksigen dan CO2 mengadakan
pertukaran antara udara dan darah. Dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi
antar lingkungan eksterna dan interna. Umumnya, tiap-tiap dinding dari 2 alveoli yang
berdekatan bersatu dan dinamakan septum atau dinding interalveolaris. Septum Alveolaris terdiri
atas dua lapisan epitel pipih tipis yang diantaranya terdapat kapiler-kapiler, jaringan penyambung
merupakan intertisial. Di dalam interstisial septa alveolaris paling kaya akan jaringan kapiler
dalam tubuh.
Untuk mengurang jarak penghalang udara- darah, ke dua lamina basalis umumnya bersatu
menjadi satu lamina basalis yang tipis. Tebal keempat m. Dalam septa interalveolaris,µ lapisan
ini berkisar dari 0,2 sampai 5 kapiler-kapiler pulmonalis yang beranastomosis disokong oleh
jalian serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut ini, yang dirancang agar memungkinkan
pengembangan dan kontraksi dinding alveoli, merupakan struktur primer penyokong alveoli.
Dalam Interstitial septa juga ditemukan leukosit, makrofag, dan fibroblast. Oksigen udara
Alveoli masuk ke dalam kapiler darah melalui membran yang membatasi udara dan alveoli, CO2
berdifusi dengan arah yang berlawanan. Pelepasan CO2 dari H2CO3 dikatalisis oleh enzim
anhidrase karbonat yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan bila eritrosit mengandung enzim tersebut lebih banyak dibandingkan sel-sel lain
di tubuh. Paru-paru kira-kira mengandung 300 juta alveoli, jadi sangat menambah permukaan
pertukaran interna, yang telah dihitung kira-kira 70-80 m2.
Sel endotel kapiler sangat tipis sekali dan mempunyai inti yang lebih kecil, tampak lebih panjang
daripada inti sel-sel pembatas, seringkali mereka bersatu. Endotel yang membatasi kapiler darah
adalah kontinyu dan tidak fenestrata. Secara sitologis, ini dan organel-organel sel yang lain
berkelompok sehingga daerah-daerah lain sel menjadi sangat tipis sekali dalam rangka
menambah efisiensi pertukaran gas. Gambaran yang paling nyata dalam sitoplasma pada bagian
sel yang tipis adalah banyak mengandung vesikel-vesikel pinositik. Sel pipih Alveoler, disebut
juga sel tipe I merupakan sel yang sangat tipis yang membatasi permukaan sel alveoli. Sel ini
sangat tipis, kadang-kadang hanya bergaris tengah 25 nm, sehingga dibutuhkan analisis
mikroskop elektron untuk membuktikan bahwa semua kapiler diliputi oleh epitel pembatas .
Untuk mengurangi tebal penghalang udara-darah, inti dan organel-organel sel pipih berkelompok
sedangkan sekitar inti sitoplasmanya menyebar, membentuk lapisan pembatas yang tipis.
Sitoplasma pada bagian tipis terutama mengandung vesikel pinositotik, yang memegang peranan
penting dalam turnover surfaktan (di jelaskan di bawah) dan pembuangan partikel-partikel kecil
yang merupakan kontaminan dari permukaan luar. Secara sitologis, sel epitel pipih dan sel
endotel kapiler satu sama lain merupakan bayangan cermin.
Selain desmosom, yang menghubungkan sel-sel yang berdekatan, semua sel epitel mempunyai
hubungan okludens yang berperanan mencegah kebocoran cairan jaringan ke dalam celah udara
alveoler. Peranan utama sel ini adalah menyediakan penghalang yang tipis yang sangat
permeabel bagi gas-gas. Sel Alveolar besar, disebut sebagai sel tipe II juga dinamakan sel septal,
ditemukan terselip diantara sel-sel epitel pipih, dimana mereka mempunyai hubungan okludens
dan desmosom. Sel Alveolar besar merupakan sel yang secara kasar kubis yang biasanya
ditemukan dalam kelompokan 2 atau 3 sel sepanjang permukaan alveoli pada tempat-tempat
dimana dinding alveoli bersatu dan membentuk sudut. Sel-sel ini, yang terletak pada lamina
basalis, merupakan bagian dari epitel, karena mempunyai asal yang sama seperti sel epitel pipih
yang membatasi dinding alveoli. Secara sitologis, sel-sel ini mirip jenis sel sekretoris.

Mereka mempunyai mitokondria, retikulum endoplasma granuler, aparatus golgi yang


berkembang baik, dan mikrovili pada permukaan bebasnya. Pada potongan histologis, mereka
menunjukkan sifat sitoplasma yang vesikuler atau berbusa. Vakuola-vakuola disebabkan karena
adanya badan-badan multilameler atau sitosom yang terawetkan dan terdapat pada jaringan yang
disiapkan untuk mikroskop elektron. Badan multilamelar, yang m, mengandung granula-granula
yangµ bergaris tengah sekitar 0,2 mempunyai lamel-lamel sejajar konsentrik yang dibatasi oleh
suatu unit membran. Pemeriksaan histokimia menunjukkan bahwa badan-badan ini yang
mengandung fosfolipid, mukosakarida, dan protein, secara kontinyu disintesis dan dikeluarkan
pada permukaan apikal sel. Badan multilameler, yang dikeluarkan satu persatu, menimbulkan
suatu zat yang menyebar diatas permukaan alveolir, membentuk selubung ekstra sel, surfakatan,
yang mempunyai aktivitas permukaan yang unik. Prose sekresi sel tipe III telah dijelaskan
dengan bantuan mikroskop elektron dan radioautografi.
Lapisan surfaktan terdiri atas hipofase proteinaceous cair yang diliputi oleh selaput
monomolekuler fosfolipid, terutama terdiri atas dipalmitoil lesitin. Surfaktan berperan dalam
fungsi utama ekonomi paru-paru. Surfaktan terutama membantu dalam mengurangi regangan
permukan sel pipih alveolar. Tanpa Surfaktan, sel-sel yang sangat tipis ini cenderung akan
membulat, suatu fenomena umum yang diperlihatkan akibat kebutuhan untuk mengurangi energi
yang dikeluarkan untuk mempertahankan permukaan yang lebih luas, yang terdapat pada sel-sel
yang tipis. Pengurangan regangan permukaan, berarti lebih sedikit tenaga inspirasi yang
dibutuhkan oleh alveoli yang mengembang, jadi mengurangi kerja pernapasan. Pada
perkembangan fetus, surfaktan timbul pada minggu terakhir kehamilan dan bersamaan dengan
tinbulnya badan multilameler dalam sel alveoli besar. Pada kelahiaran premetur, bayi sering
menunjukkan kesukaran pernapasan yang mengakibatkan kesulitan pernapasan. Penyakit
membran hialin pada bayi baru lahir telah terbukti sebagai akibat insufisiensi pembentuka
surfaktan, sehingga bayi menderita kesuliatan dalam mengembangkan alveoli.
Untung, sintesis surfaktan dapat dirangsang sehingga sindroma bahaya pernapasan (respiratory
distress syndrome) biasanya menggambarkan kesukaran manajemen yang singkat. Selain sifat
aktif permukaannya, surfaktan mempermudah transport gas antara fase udara dan cair. Surfaktan
juga mempunyai efek bakterisidal yang membantu membuang bakteri yang berpotensial
berbahaya bagi alveoli. Lapisan surfaktan tidak statis tetapi sca konstan mengalami turnover.
Lipoprotein dengan lambat dibuang dari permukaan oleh vesilkel-vesikel pinositotik sel-sel
epitel pipih. Vesikel-vesikel ini mentranpor zat melalui sel dan mengeluarakannya ke dalam
interstitial., dimana akhirny dibuang oleh limfe. Oleh karena itu, zat ini mengalami siklus sekresi
adan reabsorbsi yang kontinyu. Cairan yang membatasi alveoli juga dibuang melalui bagian
konduksi sebagai akibat aktivitas silia. Waktu sekret masuk melalui jalan udara, mereka
berikatan dengan mukus bronkus, membentuk cairan bronko-alveolar. Cairan ini membantu
pembuangan partikel-partikel dan unsur yang berbahaya dari udara inspirasi. Dalam cairan
terdapat beberapa enzim litik (misalnya , lisosim, kolagenase, -glukuronidase) yang mungkin
berasal dari makrofag alveolarβ dan
Bila terdapat dalam lumen alveoli, makrofag terletak di luar epitel tetapi di dalam lapisan
surfaktan. Hubngan okludens sekitar pinggir sel-sel epitel mencegah kebocoran cairan jaringan
ke dalam lumen alveoli. Penghalang yang paling tipis antara plasma darah dan udar inspirasi
dikurangi sampai epitel alveoli, lamina basalis yang bersatu, dan endotel kapiler. Walaupun
rupa-rupanya peka terhadap infeksi bakteri dan virus, peradangan kronik tidak terjadi, karena
penghalang terhadap infeksi disediakan oleh makrofag alveoler. Makrofag ini juga dinamakan
sel-sel debu, berasal dari monosit yang asalnya dari sumsum tulang . Mereka ditemukan dalam
septum alveolaris atau sering terlihat menonjol dari dinding alveoli ke dalam lumen. Walaupun
seringkali dianggap bahwa makrofag ini dapat kembali lagi ke interstitial setelah berada dalam
lumen alveoli, bukti terakhir berpendapat bahwa makrofag tidak menembus kembali dinding
alveoli. Banyak yang makrofag yang mengandung debu dan karbon dalam jaringan penyambung
sekitar pembuluh darah utama pada pleura mungkin merupakan sel yang tidak pernah melalui
epitel pembatas. Debu yang telah difagositosis dalam sel-sel ini mungkin berjalan dari lumen
alveoli ke dalam interstitial oleh aktifitas pinositosis sel-sel epitel pipih. Makrofag alveolar yang
mencapai permukaan luar epitel, dalam lapisan surfaktan, dibawa ke pharynk dimana mereka
ditelan. Pada payah jantung, paru-paru mengalami kongesti dengan darah dan sel darah merah
bergerak masuk ke dalam alveoli (diapedesis), dimana mereka difagositosis oleh makrofag
alveoler. Pada kasus ini, makrofag ini dinamakan sel payah jantung dan dan diidentifikasi
dengan reaksi histokimia positif untuk pigmen besi (hemosiderin). Selain sel-sel yang telah
dibicarakan, septum alveoli juga mengandung fibroblast, mast cells, dan suatu sel kontraktil yang
baru saja ditemukan.
Fibroblas interstitial mensintesis serabut-serabut kolagen, elastin, dan zat dasar
glikosaminoglikan. Kolagen merupakan 15-20% masa parenkim dan terutama mengandung
kolagen tipe I dan III. Serabut tipe III mungkin berhubungan dengan serabut retikuler alveoli,
sedangkan kolagen tipe I mungkin terkonsentrasi dalam dinding bagian konduksi dan dalam
pleura. Proliferasi kolagen paru-paru sering terjadi, dan lebih dari 100 penyakit diketahui
dikaitkan dengan fibrosis paru-paru. Sel-sel kontraktil dalam septum ditemukan terikat pada
permukan basal epitel alveoli dan tidak pada sel endotel. Sel-sel ini, yang bereaksi dengan
antiaktin dan antimiosin, berkerut dan mengurangi volume lumen alveoli. In vitro, telah terbukti
bahwa jaringan parenkim paru-paru akan berkerut bila terkena agen farmakologi seperti
epinefrin dan histamin. Septum interalveolaris, mungkin mengandung satu pori atau lebih,
bergaris tengah 10-15 µm, menghubungkan alveoli yang berdekatan. Mereka dapat membuat
tekanan dalam alveoli seimbang atau memungkinkan sirkulasi kolateral udara bila bronkiolus
tersumbat. Pori ini disebut dengan alveolar. Telah terbukti bahwa inhalasi NO2 mengakibatkan
destruksi sebagian besar sel-sel pembatas alveoli ( tipe I dan tipe II ).
Kerja senyawa ini atau zat-zat toksik lainnya dengan efek yang sama diikuti oleh peningkatan
drastis aktivitas mitosis sel-sel sisanya, menimbulkan banyak sel bertipe II. Pada langkah kedua
regenerasi sel pembatas alveoli, sebagian besar sel-sel tipe II diubah menjadi sel-sel tipe I, dan
sel pembatas alveoli kembali ke bentuk yang normal. Kecepatan turnover normal sel tipe II
diperkirakan 1% per hari, mempertahankan pembaharuan yang kontinyu dari tipenya sendiri dan
juga sel tipe I. f) Pembuluh Darah Paru-Paru Sirkulasi pada paru-paru terdiri atas pembuluh yang
memberi nutrisi dan pembuluh fungsional. Sirkulasi fungsional diwakili oleh arteria pulmonalis
dan vena pulmonalis. Areteria pulmonalis sifatnya elastis dan mengandung darah vena yang
harus di oksigenisasi dalam alveoli paru-paru. Dalam paru-paru, pembuluh ini bercabang-
cabang, menyertai percabangan bronkus. Cabang-cabangnya dikelilingi oleh adventisia bronkus
dan bronkiolus. Pada tingkat duktus alveolaris, cabang-cabang arteri ini membentuk jaringan
kapiler yang berhubungan erat dengan epitel alveoli. Paru-paru mempunyai jaringan kapiler yang
sangat halus dan yang perkembangannya sangat baik dalam tubuh. Kapiler-kapiler terdapat
dalam semua alveoli, termasuk alveoli yang terdapat pada bronkiolus respiratorius.
Venula-venula yang berasal dari jaringan kapiler, pada parenkim hanya satu. Mereka disokong
oleh jaringan penyambung tipis yang meliputi dan masuk septa interlobularis. Setelah vena-vena
meninggalkan lobulus, mereka mengikuti cabang-cabang bronkus ke hilus, sampai mereka
ditemukan satu dalam parenkim paru-paru. Pembuluh nutrisi terdiri atas arteria dan vena
bronkialis. Cabang-cabang arteria bronkialis juga mengikuti percabangan bronkus, tetapi hanya
sampai bronkiolus respiratorius, dimana ditempat ini mereka beranastomosis dengan arteria
pulmonalis. Gambar 6. Pembuluh Darah pada Paru-Paru g) Pembuluh Limfe Paru-Paru
Pembuluh limfe mengikuti arteria dan vena bronkialis dan vena pulmonalis, mereka juga
terdapat dalam septa interlobaris, dan semuanya mengalir ke nodus limfatikus pada daerah hilus.
Jaringan limfatik ini dinamakan pembuluh limfe profunda untuk membedakan dengan jaringan
limfe superfisial yang terdiri atas pembuluh-pembuluh limfe yang terdapat pada pleura viseralis.
Pembuluh-pembuluh limfe pada daerah ini mengalirkan limfe ke hilus. Mereka mengikuti
seluruhpanjang pleura atau menembus jaringan paru-paru melalui septa interlobularis. Pada
bagian terminal percabangan bronkus dan diluar duktus alveolaris, pembuluh limfe tidak ada.

h) Pleura
Pleura adalah membran serosa yang meliputi paru-paru. Ia terdiri atas dua lapisan, yaitu parietal
dan viseral, yang bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran diliputi oleh sel-sel mesotel
yang terletak pada lapisan jaringan penyambung halus yang mengandung serabut kolagen dan
elastin. Serabut-serabut elastin pleura viseralis bersambungan dengan serabut-serabut yang
terdapat pada parenkim paru-paru. Oleh karena itu, kedua lapisan tersebut membatasai rongga
yang semata-mata dibatasai oleh sel gepeng mesotel. Dalam keadaan normal, rongga pleura ini
hanya mengandung selaput cairan yang bekerja sebagai agen pelumas, memungkinkan
pergeseran halus permukaan satu dengan yang lainnya selama pergerakan respirasai. Pada
keadaan patologis tertentu, rongga pleura dapat berubah menjadi rongga sebenarnya,
mengandung cairan atau udara pada bagian dalamnya. Dinding rongga pleura, seperti semua
rongga serosa (periotenum dan perikardium), sangat permeabel terhadap air dan zat lain. Jadi,
penimbunan cairan pada rongga ini sering terjadi pada keadaan-keadaan patologis. Cairan ini
berasal dari plasma darah dengan cara eksudasi. Sebaliknya, pada keadaan tertentu, cairan atau g

You might also like