You are on page 1of 14

PAPAN PARTIKEL

Oleh : Calvin Syatauw (16309817)


calvinsyatauw@yahoo.com

I. PENDAHULUAN
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak
baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting
lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi
dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized
country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang
lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian
terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang.
Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang
menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup
sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat
umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi
lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik
untuk menjadikannya bermanfaat.
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang penting di Indonesia dan
memberikan manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung antara lain berupa
kayu yang dipanen dan diolah. Kegiatan pemanenan dan pengolahan tersebut
menyebabkan terjadinya limbah pemanenan dan limbah pengolahan.  Limbah kayu dari
kedua kegiatan tersebut secara botanis umumnya sama karena sebagian besar pohon
yang dipanen dikeluarkan dari hutan untuk diolah.  Perbedaannya dalam bentuk, yaitu
limbah pemanenan berupa batang, cabang, dan ranting, sedangkan limbah pengolahan
berupa sebetan, potongan ujung, tatal, serbuk, sisa pemotongan dolok, sisa venir, sisa
kupasan, sisa sayatan dan sisa pemotongan produk tergantung macam pengolahannya.
Indonesia dengan kekayaan alamnya yang beragam dan dengan posisi strategis
di belahan bumi ini mempunyai potensi untuk mengembangkan eco-technology (melalui
pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan regional) yang pada akhirnya mampu
menyejahterakan masyarakatnya melalui swasembada energi dan optimalisasi
pemanfaatan sumber daya.

1
Salah satu bentuk nyata penerapan eco-technology adalah pemanfaatan limbah
padat perkebunan dan pertanian yang berbentuk serat (fiber) sebagai penguat material
komposit untuk keperluan industri manufaktur. Salah satu contohnya yaitu “Papan
Partikel”. Dengan pemanfaatan ini maka limbah padat dapat diminimalkan sekaligus
meminimalkan pencemaran udara akibat polusi dan emisi GHG.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan Papan Partikel?
2. Apakah bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan Papan Partikel?
3. Bagaimana Proses Pembuatan Papan Partikel?
4. Apakah macam-macam papan Partikel?
5. Bagaimana mutu dari Papan Partikel?
6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Mutu dari Papan Partikel?
7. Apakah contoh-contoh dari Papan Partikel?

III. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian/defenisi dari Papan Partikel.
2. Mengetahui bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan Papan Partikel.
3. Mengetahui Proses Pembuatan Papan Partikel
4. Mengetahui macam-macam Papan Partikel.
5. Mengetahui Mutu dari Papan Partikel,
6. Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Papan Partikel.
7. Mengetahui contoh-contoh Papan Partikel.

IV. METODE
- Metode yang Penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka
dan mengolah data dari Internet.

2
V. ANALISIS
a. Definisi Papan Partikel
Papan partikel adalah satu jenis produk komposit/panel kayu yang terbuat dari
partikel-partikel kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat
dengan perekat atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas. Maloney(1993).
Berdasarkan kerapatannya, papan partikel dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Papan partikel berkepadatan rendah (Low Density Particleboard), yaitu papan
yang mempunyai kerapatan < 0,4g/cm3
2. Papan partikel berkerapatan besar (Medium Density Particleboard), yaitu papan
partikel yang mempunyai kerapatan antara 0,4-0,8 g/cm3 c.
3. Papan parikel berkerapatan tinggi (Hight Density Particleboard), yaitu papan
partikel yang mempunyai kerapatan > 0,8 g/cm3

b. Bahan Baku
Bahan baku dari papan partikel berasal dari limbah-limbah kayu (sisa potongan
log, potongan-potongan kayu persegi kecil, sisa serutan dan serbuk gergaji), bisa
juga dari bahan lainnya ( limbah batang kelapa sawit, bamboo, eceng gondok, dll).
Bahan baku yang tersedia tersebut lebih dahulu harus dibentuk menjadi ketaman,
serutan, partikel atau chips.
Untuk perekat yang dapat digunakan antara lain: urea formaldehid (UF), penol
formaldehid (PF), resorsinol formaldehid (RF) dan melamin formaldehid(MF).
Perekat yang umum digunakan dalam komposit papan adalah UF dan PF.
Alasannya;
a. PF cocok dipakai untuk produk tipe eksterior
b. UF harganya lebih murah, mudah penanganannya dan cepat mengeras ketika
dikempa. USA mensyaratkan penggunaan jenis perekat untuk papan, pada UF
dipakai 6-10%, sedangkan pada PF 5-7%.

3
c. Proses Pembuatan Papan Partikel
Dalam proses pembuatannya kami mengambil contoh dengan bahan baku Limbah
batang kelapa sawit, proses-prosesnya antara lain:
 Siapkan Bahan baku (limbah Batang kelapa sawit),
 bersihkan dari kotoran kemudian dilakukan pembuangan kulit,
 lalu dipotong dan langsung dipisahkan antara bagian dalam dan bagian luar.
 Potongan batang kemudian diserut sehingga diperoleh partikel-partikel,
 kemudian direndam dalam air pada suhu kamar selama 3 x 24 jam untuk
menghilangkan kandungan patinya. Penurunan kandungan pati yang diperoleh
berkisar 20% dari 45% kandungan pati yang terdapat pada batang sawit.
 Setelah itu partikel yang dihasilkan dikeringudarakan hingga kadar air mencapai
sekitar 5 - 10% ,
 dan diayak sesuai dengan ukuran yang diinginkan,
 partikel yang telah diperoleh kemudian dicampur dengan perekat, untuk
menghilangkan sifat kalis air, bias ditambahkan lilin dalam bentuk pasta ke dalam
campuran, dan bila ingin menambah keawetannya, dapat ditambahkan bahan
pengawet ke dalam campuran partikel,
 selanjutnya campuran partikel ini dicetak (dibuat mat) dengan dipress pada suhu
150-1700 dengan tekanan 30 kg/cm2 selama ± 15 menit.
 Keluarkan cetakan dari alat press, diamkan ± 10 menit agar papan mengeras,
papan partikel telah diperoleh.

d. Macam Papan Partikel


1. Bentuk
Papan partikel umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang, relatif
lebar, dan relatif tipis sehingga disebut Panel. Ada papan partikel yang tidak
datar (papan partikel lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung
pada acuan (cetakan) yang dipakai seperti bentuk kotak radio.

2. Pengempaan
Cara pengempaan dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara mendatar
ada yang kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu berlangsung melalui ban

4
baja yang menekan pada saat bergerak memutar. Cara tidak kontinyu
pengempaan berlangsung pada lempeng yang bergerak vertikal dan banyaknya
celah (rongga antara lempeng) dapat satu atau lebih.
Pada cara ekstrusi, pengempaan berlangsung kontinyu diantara dua lempeng
yang statis. Penekanan dilakukan oleh semacam piston yang bergerak vertikal
atau horizontal.

3. Kerapatan
Ada tiga kelompok kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Terdapat perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada
standar yang digunakan.

4. Kekuatan (Sifat Mekanis)


Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatanpun
ada yang rendah, sedang, dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap
macam (tipe) tersebut, tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar
yang menambahkan persyaratan beberapa sifat fisis.

5. Macam Perekat
Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan partikel terhadap
pengaruh kelembaban, yang selanjutnya menentukan penggunaannya. Ada
standar yang membedakan berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan
eksterior. Ada standar yang memakai penggolongan berdasarkan macam
perekat, yaitu Tipe U (urea formaldehida atau yang setara), Tipe M (melamin
urea formaldehida atau yang setara) dan Tipe P (phenol formaldehida atau
yang setara). Untuk yang memakai perekat urea formaldehida ada yang
membedakan berdasarkan emisi formaldehida dari papan partikelnya, yaitu
yang rendah dan yang tinggi atau yang rendah, sedang dan tinggi.

6. Susunan Partikel
Pada saat membuat partikel dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu
halus dan kasar. Pada saat membuat papan partikel kedua macam partikel
tersebut dapat disusun tiga macam sehingga menghasilkan papan partikel yang

5
berbeda yaitu papan partikel homogen (berlapis tunggal), papan partikel
berlapis tiga dan papan partikel berlapis bertingkat.

7. Arah Partikel
Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah dicampur
dengan perekat) dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak diatur)
atau arah serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus. Untuk
yang disebutkan terakhir dipakai partikel yang relatif panjang, biasanya
berbentuk untai (strand) sehingga disebut papan untai terarah (oriented strand
board atau OSB).

8. Penggunaan
Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan partikel
dibedakan menjadi papan partikel penggunaan umum dan papan partikel
structural (memerlukan kekuatan yang lebih tinggi). Untuk membuat mebel,
pengikat dinding dipakai papan partikel penggunaan umum. Untuk membuat
komponen dinding, peti kemas dipakai papan partikel structural.

9. Pengolahan
Ada dua macam papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu
pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan
primer adalah papan partikel yang dibuat melalui proses pembuatan partikel,
pembentukan hamparan dan pengempaan yang menghasilkan papan partikel.
Papan partikel pengolahan sekunder adalah pengolahan lanjutan dari papan
partikel pengolahan primer misalnya dilapisi venir indah, dilapisi kertas aneka
corak.

e. Mutu Papan Partikel


Mutu papan partikel meliputi cacat, ukuran, sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat
kimia. Dalam standar papan partikel yang dikeluarkan oleh beberapa negara
masih mungkin terjadi perbedaan dalam hal kriteria, cara pengujian, dan
persyaratannya. Walaupun demikian, secara garis besarnya sama.

6
 Cacat
Pada Standar Indonesia Tahun 1983 tidak ada pembagian mutu papan partikel
berdasarkan cacat, tetapi pada standar tahun 1996 ada 4 mutu penampilan
papan partikel menurut cacat, yaitu :A, B, C, dan D. Cacat yang dinilai adalah
partikel kasar di permukaan, noda serbuk, noda minyak, goresan, noda perekat,
rusak tepi dan keropos.

 Ukuran
Penilaian panjang, lebar, tebal dan siku terdapat pada semua standar papan
partikel. Dalam hal ini, dikenal adanya toleransi yang tidak selalu sama pada
setiap standar. Dalam hal toleransi telah, dibedakan untuk papan partikel yang
dihaluskan kedua permukaannya, dihaluskan satu permukaannya dan tidak
dihaluskan permukaannya.

 Sifat Fisis
1. Kerapatan papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua
standar, tetapi persyaratannya tidak selalu sama. Menurut Standar
Indonesia Tahun 1983 persyaratannya 0,50-0,70 g/cm3, sedangkan menurut
Standar Indonesia Tahun 1996 persyaratannya 0,50-0,90 g/cm3. Ada
standar papan partikel yang mengelompokkan menurut kerapatannya, yaitu
rendah, sedang, dan tinggi.
2. Kadar air papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua
standar, yaitu metode oven (metode pengurangan berat). Walaupun
persyaratan kadar air tidak selalu sama pada setiap standar, perbedaannya
tidak besar (kurang dari 5%).
3. Pengembangan tebal papan partikel ditetapkan setelah contoh uji direndam
dalam air dingin (suhu kamar) atau setelah direndam dalam air mendidih,
cara pertama dilakukan terhadap papan partikel interior dan eksterior,
sedangkan cara kedua untuk papan partikel eksterior saja. Menurut Standar
Indonesia Tahun 1983, untuk papan partikel eksterior, pengembangan tebal
ditetapkan setelah direbus 3 jam, dan setelah direbus 3 jam kemudian

7
dikeringkan dalam oven 100 °C sampai berat contoh uji tetap. Ada papan
partikel interior yang tidak diuji pengembangan tebalnya, misalnya tipe 100
menurut Standar Indonesia Tahun 1996, sedangkan untuk tipe 150 dan tipe
200 diuji pengembangan tebalnya. Menurut standar FAO, pada saat
mengukur pengembangan tebal ditetapkan pula penyerapan airnya
(absorbsi).

 Sifat Mekanis
1. Keteguhan (kuat) lentur umumnya diuji pada keadaan kering meliputi
modulus patah dan modulus elastisitas. Pada Standar Indonesia Tahun
1983 hanya modulus patah saja, sedangkan pada Standar Indonesia Tahun
1996 meliputi modulus patah dan modulus elastisitas. Selain itu, pada
standar ini ada pengujian modulus patah pada keadaan basah, yaitu untuk
papan partikel tipe 150 dan 200. Bila papan partikelnya termasuk tipe I
(eksterior), pengujian modulus patah dalam keadaan basah dilakukan
setelah contoh uji direndam dalam air mendidih (2 jam) kemudian dalam
air dingin (suhu kamar) selama 1 jam. Untuk papan partikel tipe II
(interior) pengujian modulus patah dalam keadaan basah dilakukan setelah
contoh uji direndam dalam air panas (70 °C) selama 2 jam kemudian
dalam air dingin (suhu kamar) selama 1 jam.
2. Keteguhan rekat internal (kuat tarik tegak lurus permukaan) umumnya
diuji pada keadaan kering, seperti pada Standar Indonesia tahun 1996.
Pada Standar Indonesia tahun 1983 pengujian tersebut dilakukan pada
keadaan kering untuk papan partikel mutu I (eksterior) dan mutu II
(interior). Pengujian pada keadaan basah, yaitu setelah direndam dalam air
mendidik (2 jam) dilakukan hanya pada papan partikel mutu I saja.
3. Keteguhan (kuat) pegang skrup diuji pada arah tegak lurus permukaan dan
sejajar permukaan serta dilakukan pada keadaan kering saja. Menurut
Standar Indonesia tahun 1996 pengujian tersebut dilakukan pada papan
partikel yang tebalnya di atas 10 mm.

8
4. Sifat Kimia
Emisi (lepasan) formaldehida dapat dianggap sebagai sifat kimia dan
papan partikel. Pada Standar Indonesia tahun 1983, belum disebutkan
mengenai emisi formaldehida dari papan partikel. Pada Standar Indonesia
tahun 1996, disebutkan bahwa bila diperlukan dapat dilakukan
penggolongan berdasarkan emisi formaldehida. Pada Standar Indonesia
tahun 1999 mengenai emisi formaldehida pada panel kayu terdapat
pengujian dan persyaratan emisi formaldehida pada papan partikel.

f. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Papan Partikel


1. Berat Jenis kayu
Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat
jenis kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan
partikelnya baik. Pada keadaan tersebut proses pengempaan berjalan
optimal sehingga kontak antar partikel baik.

2. Zat Eekstraktif Kayu


Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang baik
dibandingkan dengan papan partikel dari kayu yang tidak berminyak. Zat
ekstraktif semacam itu akan mengganggu proses perekatan.

3. Jenis Kayu
Jenis kayu (misalnya Meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel
emisi formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya meranti merah).
Masih diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau pengaruh zat
ekstraktif atau pengaruh keduanya.

4. Campuran Jenis kayu


Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara
keteguhan lentur papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan
partikel structural lebih baik dibuat dari satu jenis kayu daripada dari
campuran jenis kayu.

9
5. Ukuran Partikel
Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat
dari serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu,
papan partikel struktural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif
lebar.

6. Kulit Kayu
Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat papan partikelnya makin
kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan antar
partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10%.

7. Perekat
Macam partikel yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel.
Penggunaan perekat eksterior akan menghasilkan papan partikel eksterior
sedangkan pemakaian perekat interior akan menghasilkan papan partikel
interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan,
misalnya karena ada perbedaan dalam komposisi perekat dan terdapat
banyak sifat papan partikel. Sebagai contoh, penggunaan perekat urea
formaldehida yang kadar formaldehidanya tinggi akan menghasilkan papan
partikel yang keteguhan lentur dan keteguhan rekat internalnya lebih baik
tetapi emisi formaldehidanya lebih jelek.

8. Pengolahan
Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun
demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi
mutu papan partikel. Sebagai contoh, kadar air hamparan (campuran partikel
dengan perekat) yang optimum adalah 10-14%, bila terlalu tinggi keteguhan
lentur dan keteguhan rekat internal papan partikel akan menurun.

10
g. Contoh-Contoh Hasil Pengolahan Papan Partikel
1. Papan Partikel Pelepah Pisang
Play wood/multiplek
Bahan : pelepah pisang
KEUNGULAN :
• Teksture artistik
• Tingkat peredam suara
lebih tinggi dibanding triplek
• Tidakmudah kena jamur
• Tidak mudah kena rayap
Ukuran : 40 cm x 40 cm
Kegunaan
• Dapat digunakan sebagai plafound dan produk furniture
• Panel dinding
• Pemisah ruangan yang membutuhkan kenyamanan peredam suara

2. Papan Partikel dari Serbuk Kelapa


Limbah serbuk sabut kelapa merupakan bahan yang mengandung
lignoselulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan
baku pembuatan papan partikel. Optimasi proses pembuatan papan partikel
sangat dipengaruhi kadar perekat dan kerapatan terhadap sifat fisis dan
mekanis. Proses pembuatan panel papan partikel berbahan baku serbuk
sabut kelapa ini berkadar air kurang dari 5% dengan menggunakan perekat
urea formaldehida

11
Informasi Detail

Kegunaan •Dapat digunakan sebagai bahan penyerap


cairan •Sebagai pengisi pada partisi atau
dinding penyekat •Pengganti papan busa
(styrofoam) untuk kotak pembungkus bagian
dalam bahan-bahan yang tidak tahan banting
seperti elektronik, barang gelas, dll

Keunggulan •Mempunyai daya serap air dan oli yang


sangat tinggi •Nilai pengembangan tebalnya
juga menunjukkan hasil yang baik dan
memenuhi standar JIS A-5908 1983
(Japanese Industrial Standart) •Merupakan
bahan yang ramah lingkungan karena
kemungkinan besar dapat terdekomposisi
secara alami dan dapat menjadi kompos, serta
‘polypot’ untuk tanaman

Contoh yang lain:


Papan Partikel untuk Furniture:

VI. Kesimpulan dan Saran

12
a. Kesimpulan

1. Hutan merupakan sumber daya alam yang penting dengan kayu sebagai
salah satu hasilnya.  Peningkatan kegiatan pemanenan dan pengolahan kayu
menyebabkan terjadinya limbah pemanenan dan limbah pengolahan yang
makin banyak.  Kedua macam limbah  tersebut sama dalam hal jenis
kayunya tetapi berbeda dalam bentuknya.

2. Pemanfaatan limbah pengolahan lebih banyak daripada limbah pemanenan. 


Salah satu diantaranya adalah untuk papan partikel.  Industri ini berkembang
sejalan dengan berkembangnya industri kayu dan industri perekat.  Industri
papan partikel umumnya menggunakan limbah pengolahan.

3. Macam papan partikel dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal seperti


cara pengempaan, kerapatan, kekuatan, macam perekat, susunan partikel dan
pengolahan.

4. Mutu papan partikel dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti jenis kayu
(berat jenis, zat ekstraktif), ukuran partikel, perekat dan pengolahan.

5. Mutu papan partikel meliputi beberapa hal seperti cacat, ukuran, sifat fisis,
sifat mekanis, dan sifat kimia. Ketentuan mengenai mutu papan partikel
tidak selalu sama pada setiap standar dan dapat berubah sesuai dengan
perkembangan teknologi dan penggunaan papan partikel.

a. Saran

1. Kita perlu menjaga lingkungan kita agar tetap bersih, salah satunya yaitu
dengan cara bersama-sama menanggulangi limbah yang ada sebagai
tanggung jawab kita bersama.

2. Perlunya peningkatan produksi papan partikel supaya dapat menanggulangi


dan mengurangi jumlah limbah padat, yang merupakan salah satu factor
penyebab peningkatan gas CO2.

13
VII. Referensi

8 Februari 2011.papan-partikel-dari-limbah-sebuk-kelapa.

Nugroho, Alfian Fandi. 1 Februari 2011. Papan Partikel.


PU, 08 Februari 2011. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/pengertian-limbah-dan-polusi.html

9 Februari 2011. Kulitas Papan Komposit.


http://www.linkpdf.com/download/dl/kualitas-papan-komposit-dari-limbah-
bata--.pdf
Sutigno, Paribroto. 06 Februari 2011. Mutu Produk Papan Partikel.
http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGAN_KEH
UTANAN/INFO_VI02/IV_VI02.htm

http://vansaka.blogspot.com/2010/04/papan-partikel-dan-pembagian-papan.html
http://malang.olx.co.id/papan-partikel-pohon-pisang-iid-90567911
http://www.unhas.ac.id/lkpp1/Papan.pdf

14

You might also like