You are on page 1of 19

Sistem Pemilihan Umum

I. Ketut Putra Erawan, M.A, Ph.D

(Senior Lecture Pascasarjana Ilmu Politik UGM


Yogyakarta)
Sistem Pemilihan Umum
Seperangkat mekanisme/methode agar warganegara
dapat memilih wakilnya diantara mereka sendiri.

Wakil yang Kongruen.

INSTITUTION + BEHAVIOR = NEO-INSTITUTIONALISM

Electoral System Political Behavior Electoral Outcome


Beda antara Electoral Process
dan Electoral Law 1
Electoral Law: Aturan yang disepakati bds prinsip-prinsip
pemilih

ex: simple majority :

Electoral Process: Metode yang mentransfer suara menjadi


kursi

- OPOVOV (One person, One Vote, One Value)

- Bilangan Pembagi Pemilih


Electoral System (Law)

Semi Proportional
Plural Majority
Proportional Representation

Suara Terbanyak
Suara Proposional
(Simple Majority)
Electoral System (Law)

Semi Proportional
Plural Majority
Proportional Representation

Alternative
First Past the Post Block Vote Two Round System
Post

DPD Presiden/Wapres
Electoral System

Semi Proportional
Plural Majority
Proportional Representation

Non-
Paralel Transferable
Vote
Electoral System (Law)

Semi Proportional
Plural Majority
Proportional Representation

DPR/DPR I/DPR II
Single
Proportional Mixed Transferable
Vote

Open List Closed List


Proportional Representation
(Dr. Afan Gaffar, M.A)
Jumlah perolehan kursi dari sebuah partai politik
berbanding secara proportional dengan jumlah
perolehan suara (popular vote).

Setiap partai politik akan memperoleh kursi kalau


mampu meliwati batas “Quota” kursi per Daerah
Pemilihan.

Undang-undang menentukan jumlah anggota


DPR/Parlemen. Bergantung kepada negara masing-
masing untuk menentukan besarnya, dan dapat
berubah dari tahun ke tahun. Contoh: Selandia Baru:
1954(72), 1969(80), 1978(90).
Diagram 1 (Dr. Afan Gaffar, M.A)

Perbandingan % Kursi dan % Suara


% Kursi

» % Suara
Lanjutan PR (Dr. Afan Gaffar, M.A)
Akibatnya “Quota” satu kursi berbeda dari tahun ke tahun. Besarnya
Quota ditentukan oleh ratio jumlah kursi dengan jumlah penduduk.

Contoh: Julmah Penduduk = 120 Juta


Jumlah Kursi = 350
Quota 1 Kursi: 120.000.000/350=
343.000,-
Partai yang mendapat quota akan mendapat kursi di Parlemen.
Di samping itu ditentukan pula “Bilangan Pembagi” untuk
menentukan Quota Kursi pada setiap Wilayah Pemilihan. BP
ditentukan dari Jumlah Pemilih Yang memberikan Suara di
bagi Jumlah Kursi. Di propinsi X ada 6 Kursi, Jumlah Pemilih
Yang memebrikan Suara 1.500.000. Maka BP=1500000/6=
250.000
Setiap Partai Yang mampu memperoleh 250.000 akan mendapat
1 Kursi
Lanjutan PR (Dr. Afan Gaffar, M.A)
Besarnya Quota untuk satu Daerah pemilihan
bevariasi, bergantung kepada jumlah penduduk dan
dan jatah kursi untuk daerah tersebut.
Contoh: Daerah Istimewa Yogyakarta
Jatah Kursi 6 -Jumlah Penduduk 2.500.000
Quota 1 Kursi di DIY 2.500.000/6 = 416666
Jumlah Kursi yang diperoleh sebuah Partai
bergantung kepada kemampuan Memperoleh
suara.
Partai yang memenuhi quota otomatis mendapat
satu kursi.
Semakin Besar Jatah Kursi semakin besar peluang
untuk mendapatkan Kursi.
Mekanisme Pembagian Kursi (Dr.
Afan Gaffar, M.A)
Sistem Rata-rata Tertinggi (The Highest Average
System = D’Hont). Contoh: Satu Wilayah
Pemilihan dgn 100.000 suara dan 6 Kursi
Prt Suara(v) Alokasi Kursi
» V/1 V/2 V/3 Total
A 42.000 42.000(1) 21.000(3) 14.000(6) 3
C 31.000 31.000(2) 15.500(4) 2
B 15.000 15.000(5) 7.500 1
D 12.000
Total 100.000 6
Mekanisme Pembagian Kursi (Dr.
Afan Gaffar, M.A)
Sistem Rata-rata Tertinggi (Highest Average System
= ST. Teague). Contoh: Satu Wilayah Pemilihan
dgn 100.000 suara dan 6 Kursi
Prt Suara(v) Alokasi Kursi
» V/1.4 V/3 V/5 Total
A 42.000 30.000(1) 14.000(3) 8.400 2
C 31.000 22.174(2) 10.333(5) 2
B 15.000 10.714(4) 5.000 1
D 12.000 8.571(6) 1

Total 100.000 6
Sistem Sisa terbanyak
(The Largest Remainder System)
(Dr. Afan Gaffar, M.A)
6 Kursi dialokasikan untuk sebuah provinsi dengan jumlah
pemilih 100.000. Maka BP nya adalah 100.000/6= 16.667

Partai Suara(v) Alokasi Kursi


» Ronde 1 Ronde 2 Ronde 3
Total
A 42.000 2 (8.666) - 2
B 31.000 1 (14.333) 1 - 2
C 15.000 - (15.000) 1 - 1
D 12.000 - (12000) 1 - 1
Total 100.000 6
Bentuk dan Keuntungan PR
System (Dr. Afan Gaffar, M.A)
PR System pada dasarnya menggunakan dua model,
yaitu List PR, yang dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu
Open List System dan Close List System.

Open List System, Calon tidak diranking akan tetapi


pemilih mencoblos Partai dan Calon. Calon yang
mendapat suara terbanyak secara berurutan akan
mendapatkan kursi.

Close List System, Calon diurut sesuai dengan frangking


yg ditentukan dari awal. Calon yang urutannya tertinggi
akan mempunyai peluang yang lebih besar dari calon
yang urutannya rendah.
Contoh List System (Dr. Afan
Gaffar, M.A)
Close List System Open List System
Tanda Gambar Tanda Gambar

Nama si Badu Nama si Waru


Nama si Ali Nama si Toli
Nama si Baba Nama si Tonto
Plurality System atau
Majoritarian System (Dr. Afan
Gaffar, M.A)
Sistem ini digunakan untuk memilih satu wakil seperti
Presiden, atau Badan dengan keanggotaan Banyak
seperti Parlemen.

Dalam memilih anggota Parlemen dapat terjadi dalam


“single member district” atau dikenal sebagai One Seat
Districts; atau dalam “multimember districts”.

Dalam sistem pluralitas, yang menang adalah yang


mendapat suara terbanyak, apakah itu relatif ataukah
absolute. “It is possible to win an election without
winning an absolute majority.”
Lanjutan (Dr. Afan Gaffar, M.A)
Dalam sistem ini prinsip lain yang diguna-
kan adalah “The Winner takes all.”
Contoh:
Calon A 42.000
Calon B 31.000
Calon C 15.000
Calon D 12.000
*Maka A dinyatakan sebagai
Pemenang
Lanjutan (Dr. Afan Gaffar, M.A)
Tidak tertutup kemungkinan untuk dilakukan
dengan “Second Ballot System.”
Dalam sistem ini dilakukan Pemilihan ulang untuk
dua calon dengan mendapat suara terbanyak,
seperti Calon A dan B pada Contoh terdahulu.
Yang mendapat suara terbanyak dinyatakan
sebagai pemenang.
Dalam Multimember Districts, ada yang
menggunakan mekanisme “First Past The Post.”
Yaitu Calon yang terlebih dahulu mampu mendapat
suara terbanyak samp[ai jatah kursi dibagi habis.

You might also like