Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Karburasi
Besi dipanakan pada suhu AC dalam lingkungan yang mengandung
karbon baik dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Macam-macam
karburasi
• karburasi padat merupakan karburasi dimana bahan dimasukkan ke
dalam kotak tertutup dan ruangan diisi dengan kayu. Prosesnya
memakan waktu yang cukup lama untuk memperoleh lapisan yang
tebal antara 0,75 – 4 mm.
• karburasi cair merupakan karburasi dimana baja dipanaskan di atas
suhu kritisnya dalam lapisan luar (mirip cyaniding) kulit luarnya
memiliki kadar karbon yang lebih tinggi dan Nitrogen rendah. Dapat
membentuk lapisan setebal 0,64 mm.
• karburasi gas merupakan karburasi yang menggunakan gas alam atau
hidrokarbon atau propan (gas karbid). Digunakan untuk bagian-
bagian kecil yang dapat dicelupkan langsung setelah pemanasan
dapur.
2. KarboNitriding
Cara pengerasan permukaan, dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di
dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan Nitrogen.
Pengujian Kekerasan
3. Cyaniding
Pada proses ini terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh
permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.
4. Nitriding
Disini digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan
sampai 510°C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa menit.
b. Hardening
Merupakan proses pemanasan logam sampai atau lebih diatas temperatur
kritisnya (723°C) kemudian didinginkan dengan cepat dengan media
pendingin yang telah disiapkan.
• Pengerasan Permukaan
1. Karburasi
Besi dipanakan pada suhu AC dalam lingkungan yang mengandung
karbon baik dalam bentuk padat, cair ataupun gas. Macam-macam
karburasi
- karburasi padat
- karburasi cair
- karburasi gas
2. KarboNitriding
Cara pengerasan permukaan, dimana baja dipanaskan di atas suhu kritis di
dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapan karbon dan Nitrogen.
Pengujian Kekerasan
3. Cyenading
Pada proses ini terjadi absorbsi karbon dan nitrogen untuk memperoleh
permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit dikeraskan.
4. Nitriding
Disini digunakan bahan dan suhu yang berlainan. Logam dipanaskan
sampai 510°C dalam lingkungan gas amonia selama beberapa menit.
• Pengerasan Induksi
Proses pengerasan ini menggunakan arus induksi bolak balik yang
berfrequensi tinggi yang berasal dari pembangkit konvektor merkury,
osilator spack atau isolator tabung. Frekuensi umumnya tidak melebihi
5.105 Hz. Untuk yang tipis digunakan frekuensi rendah.
• Pengerasan Nyala
1. Pengerasan stationer
Baik nyala atau benda yang akan dikeraskan keduanya berada dalam
keadaan diam.
2. Pengerasan Progresif
Nyala dari benda yang akan dikeraskan bergerak satu sama lain.
• Pengerasan Endapan
Hanya dapat dilakukan pada paduan, dimana daya larut suatu komponen
berkurang dengan menurunnya suhu. Bila paduan didinginkan secara
perlahan, maka Al2Cu akan mengendap pada suhu yang lebih rendah.
Untuk logam yang memiliki kekerasan tinggi cara ini tidak dapat
digunakan, karena akan mengakibatkan perubahan bentuk pada
logam itu sendiri, hingga bekas penekanan tidak berupa bidang
bola lagi.
Kelebihan :
• Pengerjaan lebih mudah dilakukan
• Biaya relatif ringan.
• Menghasilkan jejak yang relatif kecil
• Tidak dipengaruhi oleh kekerasan permukaan.
Kekurangan :
• Tidak dapat dilakukan pada logam dengan ukuran
permukaan kecil.
• Tidak dapat dilakukan pada logam dengan tingkat
kekerasan yang tinggi.
b) Cara Vickers
Pengujian Kekerasan
Pada car ini digunakan sebuah intan berbentuk limas segi empat
dengan sudut puncak 360 ditekan pada bahan dengan suatu gaya
tertentu, sehingga pada benda tersebut terdapat jejak dari intan ini.
Seperti pada Brinell, kekerasan Vickers dihitung dari perbandingan
gaya dan luas dari pendesakan limas.
Kelebihan :
• Tingkat ketelitian tinggi
• Specimen yang digunakan tidak mengalami kerusakan
yang berarti dibanding dengan metode lain
• Memberikan hasil berupa skala yang kontinu untuk
suatu bahan tertentu.
Kekurangan :
• Waktu operasi relatif lama.
• Proses pengerjaannya sedikit rumit
• Tidak dapat digunakan untuk pengujian fisik, karena
pengujian permukaan lambat memerlukan persiapan permukaan
benda uji yang sangat hati-hati dan terdapat pengaruh kesalahan
manusia terhadap penentuan panjang diagonalnya.
c) Cara Rockwell
Cara ini berbeda dengan cara terdahulu, prinsip pengukuran
didasarkan pada kedalaman masuknya. Makin dangkal penekanan
benda uji, maka makin keras pula material dari bahan tersebut.
Kerucut intan dan bola yang sering dipakai berdiameter 1/16, 1/8,
1/2 inci. Cara ini amat disukai karena amat praktis, namun
ketelitian kurang.
Kelebihan :
• Pengamatan dapat dilakukan dengan mudah
• Waktu operasinya praktis dan cepat.
Pengujian Kekerasan
Kekurangan :
• Dalam menentukan kekerasan bahan, harus memiliki
permukaan yang halus dan rata.
• Efektifitas dalam pengambilan data kurang.
• Ketelitian kurang.
1. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari perlakuan panas, maka bahan akan semakin
lunak, karena suhu tinggi menyebabkan gaya ikat partikel makin kurang,
sehingga mudah berdeformasi apabila dikenai penetrasi.
2. Waktu Pemanasan
Semakin lama waktu pemanasan, maka temperatur tentu akan bertambah,
akibatnya material akan melunak.
3. Media pendingin
Media pendingin memiliki densitas dan viskositas yang dapat
mempengaruhi laju penyerapan kalor dari benda yang didinginkannya.
Apabila densitas media pendingin semakin rendah maka laju penyerapan
kalornyapun rendah, akibatnya struktur butir akan menghasilkan sifat
martensit yang lunak.
4. Unsur paduan
Sifat unsur paduan berbeda dengan logam murni, dimana peningkatan
kekerasan dan keuletan disebabkan adanya atom-atom penyusun yang
menghambat terjadinya dislokasi kristal sewaktu deformasi plastis.
Hambatan ini terjadi karena adanya dislokasi yang tidak bergerak bebas
melalui unsur-unsur paduan.
Pengujian Kekerasan
D
r=
2
r = x2 + z 2
2
x2 = r 2 − z 2 x
r
D d
x 2 = − z
2 2 y t
x=
1
2
(D2 −d 2 )
d
t
=r −x D
y
=
D 1
−
2 2
( D 2 − d 2 )
(
= D − ( D2 − d 2 )
1
2
)
A = 2πry
= 2π
D 1
2 2
(
D− (D 2
−d2 ))
=
D
2
π D−( (D 2
−d 2 ) )
Pengujian Kekerasan
P
HB =
A
P
=
D
2
(
π D − D2 − d 2 )
2P
=
(
πD D − D 2 − d 2 )
Dari pembuktian rumus di atas, dapat dilihat proses pengambilan rumus
Brinell dari rumus dasarnya.
Bidang alas ABCD dari intan yang berbentuk bujur sangkar diperoleh dari :
AB = BC = AC cos 45 o
1
= AC 2
2
=d
1
2
D
2
C
O x
B
A t
1
O' x = AB
2
1 1 68O
= × 2d
2 2
1
= d 2 O
4
Ox '
Ox =
sin 68O
1
d 2
= 2
sin 68 O
Pengujian Kekerasan
1 1 1 1 2
1 × d 2× d 2 d
BOC = Ox
2 =2 4 O
2 = 8 O
sin 68 sin 68
Maka :
1 2
d d2
A = 4 BOC = 4 8 O
=
sin 68 1,854
P
HV =
A
P
= 2
d
1,854
1,854 P
=
d2
Pengujian Kekerasan
F N
HB =
(π × D × t ) mm 2
t =C +h
C. Rockwell
HRC= …………….
t =C +h
C = 0,002 ×3 = 0,006
BAB III
PENGUJIAN
A. Bahan : St 37
Panjang : 12,5 mm
Diameter : 9 mm
O = 18 mm
12 ,5mm
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Apabila temperature semakin tinggi, maka struktur butir yang dimiliki oeleh
material akan merenggang dan cenderung untruk terlepas dari ikatannya, sehingga
akan menyebabkan semakin lunak dan mudah dibentuk, sedangkan apabila suatu
material berada pada kondisi temperature yang lebih rendah, maka struktur
butirnya akan cenderung merapat, sehingga tidak ada ruang kosong yang terjadi,
sehingga molekul sulit bergerak dan berdeformsi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila semakin tinggi temperature dari suatu
material, maka sifatnya akan semakin lunak, dan apabila semakin rendah, temperature
dari suatu material, maka semakin keras sifatnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk densitas media pendingin yang tinggi,
tingkat kekerasan material akan bertambah, karena laju pendinginannya cepat.
Dari grafik hasil pengujian dan pengolahan data, dapat kita lihat, bahwa nilai
elastic recovery yang terbesar dimiliki oleh material yang paling lunak. Hal ini
disebabkan karena adanya deformasi elastis yang dialami oleh material tersebut,
sehinmgga apabila senakin dalam penekanan, maka deformasi elastis yang
dialaminya semakin besar, sehingga nilai elastic recoverynyapun semakibn besar
pula.Demikianpun pada material yang memiliki tingkat kekerasan yang tinggi,
apabila diberikan penekanan, dia tidak mengalami deformasi elastis yang besar,
karena sifat yang dimilikinya, sehingga nilai elastic recoverynyapun kecil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2 Saran
Harap alat yang kurang baik diperbaiki, sehingga dapat menunjang dalam
pengambilan data yang akurat.
Pengujian Kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
Erlangga, Jakarta.