You are on page 1of 7

FIQH SHAUM DAN

RAMADHAN SEBAGAI BULAN TARBIYAH

TIK: 1. Adik memahami tuntunan berpuasa seperti Rasulullah


2. Adik mengaplikasikan fiqh shaum dalam bulan Ramadhan
2 3. Adik termotivasi untuk senantiasa membersihkan hati dan mengisi
bulan Ramadhan dengan hal-hal yang bermanfaat.

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. 2 : 183)

A. KEUTAMAAN RAMADHAN DARI KHUTBAH RASULULLAH SAW SAAT


MENJELANG BULAN RAMADHAN

“ Wahai manusia, telah tiba kepada kalian bulan Ramadhan dengan


membawa keberkahan, kasih sayang Allah dan ampunan-Nya. Bulannya
yang paling utama, hari-harinya yang paling utama, malam-malamnya yang
paling utama, jam demi jamnya yang paling utama. Di bulan itu kalian
diundang menjadi tamu Allah dan berhak dimuliakan-Nya. Nafas kalian
dihitung sebagai tasbih, tidur kalian ibadah, amal kalian diterima, do’a kalian
dikabulkan. Karena itu, mohonlah kepada Allah dengan niat yang tulus dan
hati yang bersih agar Allah menuntun kalian untuk menjalankan shaum dan
membaca kitab-Nya.

“ Orang yang celaka ialah yang tidak mendapat ampunan Allah pada bulan
itu. Kenanglah, ketika kalian lapar dan dahaga, kelaparan dan kehausan
pada hari kiamat nanti. Bersedekahlah kepada fakir miskin di tengah-tengah
kalian. Hormati orang tua, sayangi anak muda. Sambungkan persaudaraan.
Tahan pandangan dari apa yang tidak halal dilihat. Jaga telinga dari yang
tidak halal didengar. Sayangi anak-anak yatim orang lain, agar Allah
menyayangi anak-anak yatim kalian. Bertobatlah pada Allah dari dosa-dosa
kalian. Angkat tangan ke arah langit, sampaikanlah do’a pada waktu-waktu
shalat, karena itulah saat ijabah. Di situ Allah memperhatikan hamba-Nya
dengan penuh kasih. Allah menjawab ketika mereka menyeru-Nya. Allah
menyambut mereka saat memanggil-Nya. Allah memperkenankan mereka
ketika berdo’a kepada-Nya.

“ Wahai manusia, barangsiapa :


- menjaga keindahan akhlaknya pada bulan ini, ia akan melewati shirath
(jembatan) dengan cepat, saat kaki-kaki manusia tergelincir,
- meringankan pekerjaan orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya,
Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya,
- menahan diri dari berbuat jelek, Allah akan menahan murka-Nya pada
hari saat ia bertemu dengan Dia,
- menyambungkan persaudaraan dengan sesama pada bulan itu, Allah
akan menjalin kasih-Nya dengannya pada hari ketika ia berjumpa dengan
Dia,
- shalat sunat pada bulan itu, Allah akan membebaskannya dari neraka
sedangkan pahala shalat wajib yang dilakukannya sama seperti
melakukan 70 kali shalat wajib pada bulan lain,
- memperbanyak shalawat kepadaku pada bulan itu, Allah akan
memperberat timbangannya pada hari kiamat, ketika ringan timbangan-
timbangan yang lain,
- membaca satu ayat Al-Qur’an pada bulan itu, pahalanya seperti orang
yang khatam Al-Qur’an pada bulan yang lain.

“ Ketahuilah, pada bulan itu pintu surga dibukakan. Mohonlah ampun agar
Allah tidak menutupnya bagimu selamanya. Pintu neraka ditutup. Mohonlah
agar pintu itu tidak pernah dibukakan pada kalian selamanya. Setan-setan
terbelenggu. Mohonlah agar Allah tidak melepaskannya untuk menguasai
kalian.”

B. ADAB SHAUM

Nabi SAW membimbing para shahabat melakukan shaum yang sebenarnya.


Berulangkali ditegaskan bahwa shaum tidak sekedar menahan lapar dahaga.
Dari bimbingan Nabi SAW, Imam al-Ghazali menyebutkan 6 hal sebagai
syarat batiniah shaum. Tanpa syarat ini shaum sama sekali tak berguna

1. Menahan pandangan dari segala yang tercela dan dari semua yang dapat
melalaikan kita dari dzikir pada Allah.
Nabi SAW bersabda : “ Pandangan mata ialah anak panah beracun yang
dilepaskan iblis. Barangsiapa menundukkan pandangan karena takut
pada Allah, Allah akan memberikan iman kepadanya yang ia temukan
manisnya iman itu dalam hatinya.” (HR. at-Thabrani)
Beliau juga berkata : “ Ada 6 hal yang membatalkan shaum : berdusta,
menggunjing, memfitnah, sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu.”

2. Menjaga lisan dari kejahatan omongan, seperti menggunjing, berdusta,


kata-kata kotor, apalagi memfitnah dan mengadu domba kaum Muslimin.
Kendalikan lisan dengan diam, dan lebih utama bila lisan disibukkan
dengan dzikrullah dan tilawah Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda : “
Sesungguhnya puasa adalah perisai. Apabila salah seorang di antara
kamu berpuasa maka jangan berkata kotor dan jangan bertindak bodoh.
Jika ada seseorang yang menyerang atau mencaci, katakanlah “
Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.”
3. Menahan pendengaran dari semua yang tercela dan dibenci Allah. Nabi
SAW mengatakan : “ Yang melakukan ghibah (pergunjingan) dan yang
mendengarnya adalah sekutu dalam kejelekan.” (HR. at-Thabrani)

4. Menahan semua anggota badan dari berbuat dosa dan maksiat, serta
menahan perut dari memakan bukan saja yang haram tapi yang syubhat
(samar). Nabi SAW bersabda : “ Betapa banyaknya orang yang shaum
yang tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya, kecuali lapar dan
dahaga.” (Musnad Ahmad 2 ; 441)

5. Tidak memperbanyak makan pada waktu berbuka. Bukankah shaum itu


melemahkan nafsu. Bila nafsu dilemahkan pada siang hari dan diperkuat
lagi pada malam hari, shaum menjadi perbuatan yang sia-sia. Al-Ghazali
menyebut nafsu sebagai kendaraan setan. Dengan makan yang banyak,
sangat sulit untuk dapat melakukan ibadah dengan khusyu.
Salah satu adab shaum yang sering dilupakan adalah mengurangi tidur
siang. Dengan tetap aktif di siang hari, kita bisa merasakan lapar, dahaga,
dan lemahnya kekuatan. Sehingga hati menjadi jernih, lembut dan timbul
empati terhadap penderitaan orang lain.

6. Pada waktu berbuka, hati hendaknya selalu diletakkan antara cemas dan
harap. Ia harus mencemaskan ibadah dan amal shalehnya. Jika tidak
diterima, ia akan termasuk orang yang dimurkai Allah. Tetapi ia juga harus
memelihara harapan. Diriwayatkan oleh Hasan al-Bashri lewat
sekelompok orang yang sedang tertawa-tawa pada Hari Raya. Ia berkata :
“ Sesungguhnya Allah SWT menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan
yang hasilnya tersembunyi bagi makhluk-Nya. Mereka berlomba
menaatinya. Sebagian berhasil maju dan beruntung. Sebagian lagi
tertinggal dan kecewa. Alangkah ajaibnya orang bermain dan tertawa
pada hari ketika beruntung orang yang maju dan celaka orang yang
gagal. Demi Allah, sekiranya tirai disingkapkan, orang baik akan sibuk
dengan kebaikannya dan orang jelek akan sibuk dengan kejelekannya.

C. RAMADHAN BERSAMA RASULULLAH


1. Memperbanyak do’a ketika berbuka
Dari Abdullah bin Amr bin Ash, “ Rasulullah SAW bersabda : “ Bagi orang
yang berpuasa ada do’a yang tidak akan ditolak ketika berbuka.” (HR.
Ibnu Majah)

2. Pahala menyediakan Makanan Berbuka


Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, “ Rasulullah SAW bersabda : “
Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka, maka ia mendapat pahala
yang sama dengan orang yang berpuasa, sedangkan pahala orang yang
berpuasa itu sendiri tidak berkurang sedikitpun.” (HR. Turmudzi. Ia
berkata : Hadits ini hasan dan shohih)
3. Hidupkan malam Ramadhan dengan sholat
Dari Abu Hurairah ra, “Rasulullah SAW bersabda : “ Barangsiapa
melakukan sholat pada malam-malam Ramadhan dengan iman dan
mengharapkan keridhoan-Nya, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” (HR. Bukhori dan Muslim)

4. Memperbanyak sedekah dan tadarus Al-Qur’an


Dari Ibnu Abbas ra, “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan
lebih besar kedermawanannya pada bulan Ramadhan ketika Jibril
menemuinya. Jibril biasanya menemuinya setiap malam Ramadhan, lalu
tadarus Al-Qur’an (dengan beliau). Sungguh Rasulullah SAW ketika
ditemui Jibril menjadi orang yang lebih bermurah hati dalam memberi
kebaikan sehingga lebih banyak memberi dari tiupan angin.” (HR. Bukhori
dan Muslim)
5. Memperbanyak istighfar pada malam terakhir Ramadhan
Rasulullah SAW bersabda, “Pada bulan Ramadhan umatku diberi lima
perkara yang tidak pernah diberikan pada seorang Nabi pun sebelumku.
Pertama, bila datang setiap awal Ramadhan, Allah azza wa jalla melihat
mereka. Barangsiapa dilihat Allah, maka selamanya tidak akan disentuh
adzab. Kedua, bau mulut mereka pada sore hari disisi Allah lebih harum
dari aroma minyak kesturi. Ketiga, para malaikat memohonkan ampunan
bagi setiap siang dan malam. Keempat, Allah azza wa jalla menyuruh
surga-Nya dengan firman-Nya : “Bersiap-siaplah dan hiasilah dirimu untuk
hamba-hamba-Ku. Kamu sekalian telah dekat saat beristirahat dari
kelelahan hidup di dunia dan kembali ke tempat-Ku dan rahmat-Ku.
Kelima, bila telah tiba akhir Ramadhan, Allah mengampuni dosa-dosa
mereka semua.” (HR. Ahmad, Baihaqi dan Al-Bazzar)

D. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHAUM


1. Sengaja makan dan minum
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang lupa sedang berpuasa,
lalu makan dan minum, maka hendaknya dia menyempurnakan
puasanya. Karena sesungguhnya Allah yang menberi dia makan dan
minum.” (HR. Bukhari 3/40, Muslim 2/809)
2. Sengaja Muntah
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda, “Siapa yang muntah,
maka tidak harus mengqadha. Adapun yang sengaja muntah, maka dia
harus mengqadha.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
3. Haidh dan Nifas
4. Onani/masturbasi
5. Berhubungan seksual

E. HAL-HAL YANG DIBOLEHKAN DALAM BERPUASA


1. Bersiwak/menggosok gigi
Rasulullah SAW bersabda, “ Kalau bukan karena aku khawatir
memberatkan umatku, aku akan memerintahkan mereka bersiwak, setiap
hendak shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Orang yang berpuasa tidak mandi junub hingga pagi
Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa Nabi SAW dalam keadaan junub
setelah berkumpul dengan istrinya. Setelah fajar terbit, beliau mandi dan
berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung
4. Mencicipi makanan untuk keperluan yang mendesak
5. Bercelak dan memakai tetes mata
6. Cuci darah dan menyuntik
7. Tidak sengaja makan dan minum
8. Tidak sengaja muntah

F. RAMADHAN SEBAGAI BULAN TARBIYAH

Diantara ciri khas bulan Ramadhan adalah tumbuh suburnya suasana ke-
Islaman di semua tempat. Umat Islam mempunyai kesempatan lebih banyak
untuk beribadah. Puasa merupakan sarana yang sangat efektif untuk
menahan segala kecenderungan negatif dan memotivasi untuk melakukan
semua bentuk kebaikan. Sehingga peluang tarbiyah di bulan Ramadhan lebih
terbuka dan lebih luas.
Ada beberapa rambu yang perlu diperhatikan agar kita tidak menjadi orang
yang menyia-nyiakan amal ibadah puasa ini.

1. Anggaplah Ramadhan kali ini adalah kesempatan Ramadhan terakhir.


Kehilangan momentum Ramadhan kali ini, berarti kita kehilangan
momentum yang sangat berharga untuk kelanjutan kehidupan setelahnya.

2. Isilah Ramadhan dengan agenda yang jelas.


Tujuannya agar kita lebih mudah melakukan evaluasi terhadap kuantitas
ibadah yang dilakukan. Seperti ungkapan Umar bin Khattab “ Hisablah
dirimu sebelum engkau dihisab pada hari kiamat.”

3. Jauhi sikap menunda-nunda amal ibadah.


Imam Hasan al Bashri mengatakan : “Nilai dirimu tergantung pada hari ini,
bukan besok”
“ Jika engkau telah mengoptimalkan amal shalih pada hari ini, engkau
takkan menyesal meskipun engkau besok mengalami kerugian.” (Az-
Zuhd: 4)

4. Tanamkan sikap untuk tidak mudah tunduk pada perasaan lelah dari
mengerjakan amaliyah Ramadhan.
Inti dari langkah ini adalah mujahadah atau melawan keinginan untuk
tidak melakukan amal ketaatan dengan berbagai alasan. Sikap
menghentikan keinginan nafsu, awalnya memang sulit, tapi hal itu bisa
kita lakukan kalau kita bersungguh-sungguh.

5. Melakukan muhasabah dan evaluasi harian sebelum tidur terhadap amal


yang telah dilakukan.

6. Menghindari pekerjaan yang terlalu berat di siang hari.


Terlalu lelah, bisa mengakibatkan tubuh malas dan bisikan setan pun
semakin punya alasan untuk melemahkan fisik kita.
Rasulullah SAW bersabda,” Puasa adalah amanah maka hendaklah salah
seorang diantara kamu menjaga amanahnya.” (Hadits Hasan)

7. Sedapat mungkin putuskan atau kurangi melakukan aktivitas yang


bernuansa hiburan, yang tidak memiliki kaitan dengan ibadah di bulan
Ramadhan.

8. Sering-sering dan perbanyak bertemu dengan komunitas dan lingkungan


yang mengajak kita untuk mengingat Allah.
Para sahabat pernah berkata “ta’ala nu’minu sa’ah” (Mari kita sejenak
meningkatkan keimanan)

9. Hindari terlalu kenyang ketika berbuka puasa.

10. Tunaikan ibadah sunnah I’tikaf di masjid dalam sepuluh hari terakhir di
bulan Ramadhan untuk menggapai malam Lailatul Qadar.
Sesungguhnya sepuluh hari terakhir adalah detik-detik perpisahan kita
dengan Ramadhan yang sangat mulia dan dirindukan. Karenanya, saat
itulah kita harus lebih memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

“Allahumma bariklana fi Rajab wa Sya’ban, wa ballighna Ramadhan” Ya Allah


berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah usia kami
pada bulan Ramadhan.

G. MENCARI LAILATUL QADAR


Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berdiri (shalat) pada Lailatul Qadar
atas dasar iman dan mencari ridha Allah maka akan diampuni segala
dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, pada malam ganjil.”(HR.
Bukhari dan Muslim)
Ibnu ‘Abbas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Carilah pada
sepuluh hari terakhir dari Ramadhan. Lailatul Qadar pada malam kedua
puluh sembilan, kedua puluh tujuh, dan kedua puluh lima.” (HR. Bukhari)
Pada malam Lailatul Qadar dianjurkan untuk memperbanyak do’a terutama
do’a yang diajarkan Rasulullah SAW yang berbunyi “Allahumma innaka
‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha
Pemaaf, mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku)” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu
Majah)
Tanda-tanda Lailatul Qadar diantaranya :
1. Matahari di pagi harinya tidak terlalu terang seperti biasanya
2. Malam itu cerah dan udara terasa sedang, tidak panas dan tidak pula
dingin.
“Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak pula
dingin. Pada pagi harinya matahari tampak kemerahan redup.” (HR. ibnu
Khuzaimah dan Ath-Thayalisi)
3. Tidak ada bintang jatuh (meteor)
Rasulullah SAW bersabda, “Lailatul Qadar adalah malam yang cerah,
tidak panas dan tidak pula dingin, dan tidak ada bintang yang jatuh
(meteor).” (HR. Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW pernah berdo’a : “Ya Allah, ampunilah bagiku kesalahan dan
kebodohanku, kelebihan-kelebihanku dalam urusanku dan apa-apa yang
Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Ya Allah, ampunilah bagiku
kesungguhan dan candaku, kekeliruanku dan kesengajaanku, dan semua itu
ada padaku. Ya Allah, ampunilah bagiku apa yang kudahulukan dan apa yang
ditangguhkan, apa yang kusembunyikan dan apa yang kutampakkan, dan apa-
apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau Ilahku, yang tiada
Ilah selain Engkau.” (diriwayatkan oleh Bukhari Muslim)

Maroji’ :
1. Berpuasa seperti Rasulullah, Saliem al-Hilali & Ali Hasan Ali
Abdulhamied, Gema Insani Press.
2. Tarhib dan Panduan Ramadhan, DR. Salim Segaf Al-Jufri, MA, Daarut
Tarbiyah.
3. Renungan Ramadhan, “Membina Generasi Tangguh”, Majalah Sabili,
2000.
4. Majalah Tarbawi, Edisi 15 Th/2 31 Desember 2000 M.
5. Majalah Tarbawi, “Menjadi Alumni Teladan Bulan Ramadhan”, Edisi
27 Th.3/ 31 Desember 2001
6. Majalah Saksi, “Bonus itu Bernama Lailatul Qadar”, No. 6 Tahun IV
25 Desember 2001

You might also like